Ilustrasi visual yang menggambarkan makna keadilan dan harapan dari ayat Al Imran 107.
Ayat Al-Qur'an, sebagai firman Allah SWT yang diturunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia, seringkali mengandung makna mendalam yang melampaui sekadar kata-kata. Salah satu ayat yang sarat dengan nilai moral dan spiritual adalah Surah Al Imran ayat 107. Ayat ini mengingatkan kita tentang pentingnya menjaga diri dari ketidakadilan, baik yang dilakukan kepada diri sendiri maupun kepada orang lain, dan menekankan bahwa ketakwaan kepada Allah adalah fondasi utama untuk meraih keadilan dan keselamatan.
"Mereka itu adalah orang-orang yang merugi dirinya sendiri, yang tidak mau mendengarkan ayat-ayat Allah, bahkan ayat-ayat Allah dijadikan olok-olokan, dan mereka tidak akan mendapatkan penolong."
(QS. Ali 'Imran: 107)
Makna yang terkandung dalam Al Imran 107 ini sangatlah universal. Ia berbicara tentang konsekuensi dari perbuatan zalim dan penolakan terhadap kebenaran ilahi. Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa mereka yang menzalimi diri sendiri dengan mengingkari atau mengolok-olok ayat-ayat Allah adalah orang-orang yang merugi. Kerugian di sini bukan sekadar kerugian materi di dunia, melainkan kerugian abadi di akhirat, kehilangan rahmat dan pertolongan dari Sang Pencipta.
Keadilan, sebagaimana tercermin dalam ayat ini, adalah sebuah konsep yang luas. Ia mencakup keadilan terhadap Allah dengan mentauhidkan-Nya dan mematuhi perintah-Nya, keadilan terhadap diri sendiri dengan menjaga akidah, moral, dan menjaga diri dari perbuatan dosa, serta keadilan terhadap sesama manusia dengan tidak menzalimi, berlaku adil, dan menghormati hak-hak mereka. Orang yang tidak mau mendengarkan ayat-ayat Allah berarti menolak petunjuk-Nya, yang merupakan bentuk kezaliman terbesar terhadap diri sendiri. Mereka menutup hati dan pikiran dari kebenaran, seolah-olah mereka tak membutuhkan panduan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Ayat Al Imran 107 juga menyoroti konsekuensi dari sikap mendustakan atau mengolok-olok kebenaran. Sikap semacam ini akan membawa mereka pada jurang kehancuran. Mereka tidak akan mendapatkan penolong, baik dari manusia maupun dari selainnya, karena pertolongan hakiki hanya datang dari Allah. Ketika seseorang menolak pertolongan Allah, ia akan terombang-ambing dalam kesesatan dan kesengsaraan. Ini adalah peringatan keras agar kita senantiasa menjaga keimanan, menghormati setiap ajaran agama, dan tidak bersikap angkuh atau meremehkan kebesaran Allah.
Meskipun ayat ini berbicara tentang konsekuensi buruk, ia juga secara implisit mengajarkan kita tentang jalan keluar. Jalan keluar dari kerugian dan kesesatan adalah dengan memiliki ketakwaan kepada Allah. Ketakwaan berarti menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Orang yang bertakwa akan selalu berusaha untuk memahami dan mengamalkan ayat-ayat Allah, bukan malah mengolok-oloknya. Ketakwaan inilah yang akan menjadi pelindung dan sumber kekuatan, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun.
Dengan merenungkan Surah Al Imran ayat 107, kita diajak untuk melakukan introspeksi diri. Sudahkah kita benar-benar menjaga diri dari perbuatan zalim? Sudahkah kita menghormati ayat-ayat Allah dan menjadikannya pedoman hidup? Atau justru kita termasuk golongan yang menzalimi diri sendiri dengan lalai, meremehkan, atau bahkan menolak kebenaran yang telah disampaikan? Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk dijawab agar kita dapat memperbaiki diri dan senantiasa berada dalam lindungan serta rahmat Allah SWT.
Dalam setiap cobaan dan tantangan hidup, kita perlu mengingat bahwa pertolongan terbaik adalah dari Allah. Namun, pertolongan itu akan datang kepada hamba-Nya yang senantiasa menjaga hubungan baik dengan-Nya melalui ketakwaan dan ketaatan. Al Imran 107 menjadi pengingat abadi bahwa keadilan dan kebahagiaan sejati hanya dapat diraih dengan berpegang teguh pada ajaran Allah dan menjauhi segala bentuk kedzaliman.
Baca Lengkap Surah Al Imran