Dalam perjalanan hidup yang penuh dengan pasang surut, tak jarang kita dihadapkan pada situasi yang menguji kesabaran, menimbulkan kekhawatiran, bahkan ketakutan. Di saat-saat seperti inilah, kebutuhan akan ketenangan batin dan kekuatan spiritual menjadi sangat mendesak. Al-Qur'an, sebagai pedoman hidup umat Islam, senantiasa menawarkan solusi dan bimbingan untuk menghadapi segala macam cobaan. Salah satu ayat yang memberikan penyejuk hati dan pengingat akan pertolongan Allah adalah Surah Ali-Imran ayat 119.
"Tidak akan pernah kamu melihat orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, berbuat kasih sayang pada orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara, atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka telah ditanamkan Allah iman, dan yang dikuatkan mereka dengan pertolongan dari-Nya, maka dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas dengan (balasan) itu. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, sesungguhnya golongan Allah itu adalah orang-orang yang beruntung."
(QS. Ali-Imran: 119)
Ayat Ali-Imran 119 turun sebagai respons terhadap beberapa peristiwa sejarah yang dihadapi oleh kaum Muslimin pada masa kenabian. Terdapat berbagai riwayat mengenai sebab turunnya ayat ini, namun secara umum, ayat ini berbicara tentang karakter orang-orang mukmin sejati. Ayat ini menyoroti dua aspek penting dalam kehidupan seorang mukmin: keteguhan iman dan sikap terhadap sesama, bahkan terhadap mereka yang berbeda pandangan.
Bagian pertama dari ayat ini menekankan bahwa orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Akhir tidak akan pernah bersikap lunak atau terkesan "berkompromi" dalam hal prinsip akidah dan syariat. Mereka tidak akan menunjukkan kasih sayang yang berlebihan atau menyembunyikan permusuhan kepada orang-orang yang jelas-jelas menentang Allah dan Rasul-Nya, meskipun orang-orang yang menentang tersebut adalah kerabat dekat seperti orang tua, anak, saudara, atau anggota keluarga lainnya. Ini bukanlah berarti ajaran Islam menganjurkan kebencian atau permusuhan tanpa dasar. Sebaliknya, ini adalah penegasan bahwa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya haruslah menjadi prioritas tertinggi, bahkan di atas segala ikatan duniawi.
Namun, ayat ini tidak berhenti pada peringatan. Bagian kedua dari Ali-Imran 119 memberikan kabar gembira dan penegasan tentang anugerah yang luar biasa bagi orang-orang yang memiliki keteguhan hati tersebut. Disebutkan bahwa merekalah orang-orang yang di dalam hati mereka telah ditanamkan Allah iman. Ini menunjukkan bahwa keimanan yang kokoh bukanlah hasil usaha manusia semata, melainkan anugerah dan pemberian langsung dari Allah SWT. Allah menanamkan benih iman di hati mereka, lalu menguatkan hati mereka dengan pertolongan dan dukungan dari-Nya.
Keyakinan ini adalah sumber kekuatan terbesar. Ketika seseorang merasa imannya dikuatkan oleh Allah, ia tidak akan gentar menghadapi berbagai tantangan dan tekanan. Ia tahu bahwa di balik setiap kesulitan, ada pertolongan Allah yang siap membantunya. Pertolongan ilahi ini seringkali datang dalam bentuk yang tidak terduga, memberikan ketenangan batin, kelapangan dada, dan kemampuan untuk tetap teguh pada pendirian yang benar.
Buah dari keteguhan iman dan penguatan ilahi ini adalah balasan yang tak ternilai harganya. Allah menjanjikan untuk memasukkan mereka ke dalam surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di sana, mereka akan kekal menikmati segala kenikmatan dan kebahagiaan abadi. Yang lebih utama dari segala kenikmatan fisik adalah keridhaan Allah SWT. Allah ridha kepada mereka, dan sebagai balasannya, mereka pun merasa puas dengan apa yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka. Tingkat kebahagiaan tertinggi bagi seorang mukmin adalah ketika ia mendapatkan keridhaan dari Sang Pencipta.
Ayat ini diakhiri dengan sebuah pernyataan penting: "Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, sesungguhnya golongan Allah itu adalah orang-orang yang beruntung." Menjadi bagian dari "golongan Allah" adalah sebuah kemuliaan yang tak terhingga. Ini adalah label bagi mereka yang telah membuktikan kesetiaan dan keteguhan mereka kepada Allah. Keberuntungan yang mereka raih bukanlah keberuntungan duniawi semata, melainkan keberuntungan sejati di dunia dan akhirat.
Dalam konteks kehidupan modern yang serba cepat dan penuh gejolak, ayat Ali-Imran 119 memiliki relevansi yang sangat kuat. Kita sering dihadapkan pada tekanan sosial, godaan materi, dan berbagai pandangan yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai agama. Ayat ini mengajarkan kita untuk memprioritaskan cinta dan ketaatan kepada Allah di atas segalanya. Ia mengingatkan kita bahwa kekuatan sejati tidak datang dari manusia atau sistem duniawi, melainkan dari Allah SWT.
Ketika kita merasa cemas, ragu, atau tertekan, mari kita kembali merenungkan ayat ini. Ingatlah bahwa Allah telah menanamkan iman di hati orang-orang yang beriman, dan Ia akan menguatkan kita dengan pertolongan-Nya. Kitalah yang harus senantiasa berusaha menjaga dan merawat benih iman itu, serta memohon kepada Allah agar senantiasa dikuatkan dan dilindungi. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup dengan lebih tenang, tegar, dan penuh harapan, sembari menggapai keberuntungan hakiki di sisi-Nya.