Dalam Al-Qur'an, terdapat banyak ayat yang menjadi panduan hidup bagi umat Islam, mengajarkan berbagai aspek kehidupan, mulai dari akidah, syariah, hingga akhlak. Salah satu ayat yang sarat makna dan mengandung pelajaran berharga adalah Surat Al Imran ayat 180. Ayat ini secara tegas mengingatkan kita tentang bahaya kekikiran harta benda dan konsekuensinya di akhirat kelak. Pemahaman yang mendalam terhadap ayat ini dapat mendorong kita untuk melakukan introspeksi diri dan mempersiapkan diri menghadapi pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
Surat Al Imran ayat 180 berbunyi: "Dan jangan sekali-kali orang yang kikir dengan apa yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikirdalam hal itu) adalah baik bagi mereka. Sebenarnya itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan pada leher mereka pada hari kiamat. Dan Allah Maha Pewaris (segala) apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Tafsir dari ayat ini sangatlah jelas. Allah SWT melarang keras bagi orang-orang yang berhati kikir, yaitu enggan mengeluarkan harta yang telah dikaruniakan oleh-Nya. Kekikiran di sini bukan hanya sekadar menahan harta, tetapi juga menggunakannya untuk keburukan atau tidak menyalurkannya pada jalan yang benar, seperti bersedekah, berinfak, membantu sesama, atau menafkahi keluarga. Sebaliknya, Allah menegaskan bahwa perbuatan kikir tersebut bukanlah suatu kebaikan, melainkan keburukan yang akan membawa kerugian besar bagi pelakunya di dunia dan akhirat.
Ayat ini juga memberikan gambaran yang mengerikan mengenai nasib harta orang yang kikir di hari kiamat. Harta tersebut tidak akan menjadi penolong, melainkan akan menjadi beban yang dikalungkan di leher mereka. Ini adalah metafora yang sangat kuat untuk menggambarkan bahwa harta yang tidak disalurkan pada jalan Allah justru akan menjadi sumber siksaan. Harta yang seharusnya menjadi sarana untuk mendapatkan keridhaan-Nya, justru berubah menjadi alat yang menyeret pelakunya ke dalam jurang kehancuran.
Ayat Al Imran 180 menjadi momentum yang tepat untuk melakukan introspeksi diri mendalam terkait pola pengelolaan harta kita. Seringkali, manusia merasa memiliki harta sepenuhnya, padahal harta tersebut adalah titipan dari Allah SWT. Rasa memiliki yang berlebihan bisa menimbulkan sifat cinta dunia dan kekikiran. Kita menjadi enggan mengeluarkan sebagian dari harta tersebut, bahkan untuk kebutuhan mendesak atau untuk berbuat kebaikan.
Kekikiran bukanlah hanya sekadar tidak suka berbagi, tetapi juga mencerminkan ketidakpercayaan terhadap janji Allah SWT. Orang yang kikir cenderung berpikir bahwa jika ia mengeluarkan hartanya, maka hartanya akan berkurang dan ia akan menjadi miskin. Padahal, Allah telah berjanji akan melipatgandakan balasan bagi orang yang berinfak di jalan-Nya. Ketakutan akan kehilangan harta inilah yang seringkali menguasai hati dan menjauhkan seseorang dari kebaikan.
Lebih jauh lagi, ayat ini juga mengingatkan kita bahwa kekuasaan tertinggi tetap berada di tangan Allah. Dialah yang memiliki dan menguasai segala sesuatu di langit dan di bumi. Manusia hanyalah pengelola titipan-Nya. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk bersikap sombong atau kikir terhadap rezeki yang diberikan. Mengelola harta dengan baik, menyalurkannya pada jalan yang diridhai, adalah bentuk ketaatan dan rasa syukur kita kepada Allah SWT.
Kiamat dan hari pertanggungjawaban adalah keniscayaan yang pasti akan datang. Di hari itu, tidak ada lagi harta, kekuasaan, atau status sosial yang dapat menolong kita, kecuali amal perbuatan baik yang telah kita lakukan selama hidup di dunia. Ayat Al Imran 180 menegaskan betapa pentingnya kesadaran ini. Harta yang kita miliki saat ini akan diminta pertanggungjawabannya. Dari mana harta itu didapatkan dan ke mana harta itu dibelanjakan.
Oleh karena itu, setiap Muslim diajarkan untuk tidak hanya fokus pada mengumpulkan harta, tetapi juga bagaimana menggunakannya. Menjadi dermawan, ringan tangan dalam bersedekah, dan senantiasa membantu sesama adalah cara terbaik untuk "menginvestasikan" harta kita di akhirat. Kebaikan yang kita tebar di dunia akan menjadi bekal berharga yang akan meringankan hisab kita kelak. Sebaliknya, harta yang terkumpul namun tidak disalurkan dengan benar, hanya akan menjadi beban penyesalan.
Memahami dan meresapi kandungan Al Imran 180 mendorong kita untuk senantiasa mengontrol diri dari sifat serakah dan kikir. Kita diajak untuk senantiasa mensyukuri nikmat harta, menggunakannya secara bijak, dan menyalurkannya pada jalan kebaikan. Dengan demikian, harta yang kita miliki tidak hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga menjadi saksi kebaikan kita di hadapan Allah SWT pada hari perhitungan kelak.
"Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." - QS. Al Imran: 180