Keajaiban Al-Imran 26-27: Kekuasaan Allah & Hikmah Ujian

Dalam Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang menyimpan kedalaman makna dan pelajaran berharga bagi umat manusia. Salah satu di antaranya adalah dua ayat yang terukir dalam Surah Ali-Imran, yaitu ayat 26 dan 27. Kedua ayat ini tidak hanya berbicara tentang kekuasaan Allah SWT yang mutlak atas segala sesuatu, tetapi juga memberikan pencerahan mengenai hikmah di balik ujian dan pemberian rezeki. Memahami kedua ayat ini dapat menjadi sumber kekuatan, ketenangan, dan keyakinan dalam menjalani kehidupan.

Kekuatan dan Hikmah Ilahi (Terinspirasi dari Surah Ali-Imran 26-27)

Ilustrasi kekuasaan dan ketenangan ilahi.

Ayat 26 Surah Ali-Imran berbunyi: "Katakanlah: ‘Ya Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.’"

Ayat ini menegaskan tentang keagungan dan kekuasaan Allah SWT yang tidak terbatas. Dialah sang Penguasa tunggal alam semesta, yang mengatur segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Pemberian dan pencabutan kekuasaan, kemuliaan dan kehinaan, semuanya berada dalam genggaman-Nya. Tidak ada satu pun makhluk yang dapat menentang atau mengubah ketetapan-Nya. Ini adalah pengingat penting bagi manusia agar tidak terbuai oleh kekuasaan duniawi yang sifatnya sementara, dan senantiasa menyadari bahwa sumber segala kekuatan dan kehormatan sejati adalah Allah SWT.

Dalam konteks ini, ayat tersebut mengajarkan kerendahan hati. Ketika seseorang diberikan kedudukan atau kekuasaan, ia harus memandangnya sebagai amanah dari Allah dan menggunakannya untuk kebaikan, bukan untuk kesombongan atau menindas sesama. Sebaliknya, ketika seseorang diuji dengan kesulitan atau berada dalam posisi yang kurang beruntung, ayat ini memberikan ketabahan dan harapan. Keadaan yang dialami bukanlah akhir segalanya, karena Allah berkuasa untuk mengubahnya. Kunci utamanya adalah tetap beriman dan berserah diri kepada-Nya.

Selanjutnya, ayat 27 Surah Ali-Imran melanjutkan dengan firman-Nya: "Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan."

Ayat ini semakin memperkuat pemahaman tentang kekuasaan Allah yang mencakup siklus alam semesta dan siklus kehidupan. Pergantian siang dan malam yang teratur, serta proses kehidupan yang berasal dari materi mati (seperti benih tumbuh menjadi tanaman, atau sperma menjadi manusia) dan sebaliknya (kematian organisme hidup), semuanya adalah bukti nyata dari kekuasaan-Nya. Ini menunjukkan betapa rumit dan harmonisnya ciptaan Allah, yang berlangsung tanpa cela sedikit pun.

Lebih lanjut, frasa "Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan" memiliki makna yang sangat mendalam. Allah tidak membatasi pemberian rezeki-Nya hanya kepada orang-orang yang beriman atau beramal saleh semata. Namun, Otoritas-Nya dalam memberikan rezeki adalah mutlak dan tidak terikat pada timbangan atau perhitungan seperti yang biasa kita pahami. Ini bisa berarti bahwa Allah memberikan rezeki kepada siapa saja yang Dia kehendaki, baik yang taat maupun yang durhaka, sebagai ujian. Bagi orang mukmin, rezeki yang berlimpah adalah kesempatan untuk bersyukur dan menggunakannya di jalan kebaikan. Bagi yang durhaka, rezeki tersebut bisa jadi merupakan istidraj (kesenangan yang menyesatkan) yang justru menjauhkan mereka dari Tuhan.

Kisah-kisah dalam Al-Qur'an sering kali mengilustrasikan bagaimana orang-orang yang tidak disangka-sangka justru mendapatkan anugerah rezeki yang melimpah, sementara orang yang dianggap layak justru diuji dengan kekurangan. Hal ini mengajarkan agar kita tidak iri hati atau berburuk sangka terhadap rezeki orang lain, dan tidak pula meremehkan kemampuan Allah dalam memberikan karunia-Nya. Setiap individu akan mendapatkan bagian rezekinya masing-masing sesuai dengan takdir dan ujian yang telah ditetapkan.

Memahami Surah Ali-Imran ayat 26-27 memberikan tiga pilar utama dalam pandangan hidup seorang Muslim:

Kedua ayat ini adalah penyejuk hati dan penguat iman. Dengan merenungkan makna di baliknya, kita dapat menjalani hidup dengan lebih tenang, bersyukur atas nikmat, sabar atas cobaan, dan senantiasa memohon perlindungan serta karunia dari Sang Pemilik Kekuasaan yang Maha Segalanya.

🏠 Homepage