Ilustrasi: Simbol koneksi dan keseimbangan
Dalam lautan ayat-ayat Al-Qur'an, terdapat mutiara-mutiara hikmah yang menuntun umat manusia menuju kehidupan yang harmonis, baik secara vertikal kepada Sang Pencipta maupun horizontal sesama makhluk. Salah satu ayat yang sangat relevan dalam konteks ini adalah Surat Ali-Imran ayat 28. Ayat ini memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana seorang mukmin seharusnya bersikap dalam menghadapi interaksi sosial dan menjaga keimanannya.
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Ali-Imran: 28)
Ayat ini secara tegas menghubungkan antara keimanan yang murni dengan keselamatan dan petunjuk. Mari kita bedah makna mendalam dari ayat ini. Frasa "orang-orang yang beriman" merujuk pada individu yang memiliki keyakinan teguh kepada Allah SWT, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan qada serta qadar. Keimanan ini bukan sekadar pengakuan lisan, melainkan tertanam dalam hati dan termanifestasi dalam perilaku sehari-hari.
Poin krusial selanjutnya adalah penegasan "tidak mencampur iman mereka dengan kezaliman". Kata "kezaliman" (ẓulm) dalam bahasa Arab memiliki makna yang sangat luas. Ia mencakup berbagai bentuk pelanggaran, baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun terhadap aturan-aturan Allah. Dalam konteks ayat ini, kezaliman yang paling utama adalah syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Hal ini karena syirik merupakan dosa terbesar yang tidak akan diampuni jika pelakunya meninggal dunia sebelum bertaubat.
Selain syirik, kezaliman juga bisa berarti melanggar hak-hak orang lain, berbuat aniaya, berkhianat, menipu, berbohong, melakukan korupsi, merusak moral, atau segala bentuk perbuatan yang mendatangkan mudharat bagi diri sendiri dan masyarakat. Dengan kata lain, orang yang imannya murni adalah mereka yang senantiasa berusaha menjaga diri dari segala bentuk dosa dan maksiat, serta tidak pernah menyekutukan Allah dalam bentuk apapun.
Mengapa keimanan yang bersih dari kezaliman sangat penting? Ayat ini menjawabnya dengan memberikan dua konsekuensi positif: "mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk."
Keamanan yang dimaksud bukan hanya keamanan duniawi dari ancaman fisik atau musibah, tetapi lebih luas lagi, yaitu keamanan di dunia dan akhirat. Di dunia, orang yang beriman dengan benar cenderung menjalani hidup yang lebih tenang karena memiliki pegangan hidup yang jelas dan berserah diri kepada Allah. Mereka tidak mudah gelisah atau takut menghadapi cobaan, karena yakin bahwa segala sesuatu terjadi atas izin-Nya. Di akhirat, keamanan ini berarti terhindar dari siksa neraka dan mendapatkan tempat yang mulia di surga.
Adapun petunjuk, ini merujuk pada bimbingan ilahi yang senantiasa menyertai langkah-langkah mereka. Orang yang imannya bersih akan lebih mudah memahami kebenaran, mampu membedakan antara yang hak dan batil, serta senantiasa berada di jalan yang lurus. Petunjuk ini membantu mereka dalam mengambil keputusan yang tepat, menjalani kehidupan yang bermakna, dan mencapai tujuan akhir penciptaan diri.
Relevansi Ali-Imran ayat 28 sangatlah fundamental dalam kehidupan bermasyarakat. Ia mengajarkan kita untuk senantiasa merefleksikan kualitas keimanan kita. Apakah keimanan kita murni, ataukah sudah tercampur dengan berbagai bentuk "kezaliman" dalam berbagai aspek kehidupan? Apakah kita menjaga amanah, berlaku adil, jujur, dan tidak menzalimi sesama? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi introspeksi diri yang mendalam bagi setiap individu yang ingin meraih keselamatan dan petunjuk ilahi.
Menjaga hubungan baik dengan Allah berarti senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sementara itu, menjaga hubungan baik dengan manusia berarti berlaku adil, penuh kasih sayang, saling menghormati, dan tidak pernah menyakiti atau merugikan orang lain. Kedua aspek ini saling berkaitan erat. Kezaliman terhadap sesama, sekecil apapun, dapat menjadi noktah dalam kemurnian iman kita.
Oleh karena itu, mari kita jadikan Surat Ali-Imran ayat 28 sebagai pengingat dan motivasi. Berusahalah untuk terus memurnikan iman kita, menjauhi segala bentuk kezaliman, dan mengarahkan hidup kita agar senantiasa berada dalam naungan keamanan serta petunjuk Allah SWT. Dengan demikian, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna, tenang, dan mencapai kebahagiaan sejati di dunia maupun di akhirat.