Surah Al-Imran merupakan salah satu surah terpanjang dalam Al-Quran yang sarat dengan ajaran, sejarah, dan hikmah. Di antara ayat-ayatnya yang kaya makna, ayat ke-42 seringkali menarik perhatian karena memuat kisah mulia tentang Maryam binti Imran dan bagaimana beliau mendapatkan kedudukan istimewa di sisi Allah SWT. Ayat ini tidak hanya menceritakan peristiwa masa lalu, tetapi juga memberikan pelajaran universal tentang kesucian, ketaatan, dan kehormatan yang dianugerahkan kepada hamba-Nya yang paling taat.
Ayat Al-Imran ayat 42 berbunyi:
Terjemahannya adalah: "Dan (ingatlah) ketika Malaikat berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang pada masa itu)."
Ayat ini menggambarkan momen krusial dalam kehidupan Maryam binti Imran. Malaikat Jibril alaihi salam datang menghadap Maryam untuk menyampaikan kabar gembira dan penghormatan langsung dari Allah SWT. Allah SWT menyatakan bahwa Dia telah memilih Maryam (isthafaaki) untuk kedudukan yang sangat tinggi. Pemilihan ini bukan semata-mata kebetulan, melainkan sebuah takdir ilahi yang menunjukkan keistimewaan dan kemuliaan Maryam.
Lebih lanjut, Allah menyatakan bahwa Maryam telah disucikan (thahharaki). Penyucian ini mencakup berbagai aspek, baik fisik maupun spiritual. Maryam terhindar dari noda-noda dosa, keburukan, dan segala hal yang dapat mengurangi kesuciannya. Ia adalah seorang wanita yang benar-benar murni, taat, dan dekat dengan Tuhannya.
Puncak dari penghormatan ini adalah firman Allah yang menyatakan bahwa Maryam telah dilebihkan (diistafaka) atas seluruh wanita di alam semesta pada masanya. Ini adalah sebuah pengakuan ilahi akan keunggulan Maryam dalam segala hal: keimanan, ketakwaan, kesucian, ibadah, dan kesabarannya dalam menghadapi ujian. Keutamaan ini menjadikan Maryam sebagai panutan dan teladan bagi seluruh wanita, bahkan hingga akhir zaman.
Ayat Al-Imran 42 memberikan banyak pelajaran berharga:
Mempelajari Al-Imran 42 seharusnya memotivasi kita untuk melakukan introspeksi diri. Sudah sejauh mana kita berusaha menjaga kesucian diri? Seberapa tuluskah ibadah kita? Apakah kita senantiasa memohon pertolongan dan memilih jalan Allah dalam setiap aspek kehidupan? Kisah Maryam mengingatkan kita bahwa kehormatan sejati terletak pada kedekatan dengan Allah, bukan pada popularitas duniawi atau pengakuan manusia.
Kita bisa meneladani Maryam dengan senantiasa menjaga wudhu, memperbanyak dzikir dan doa, serta berusaha sekuat tenaga untuk menghindari dosa. Mengisi waktu dengan hal-hal positif yang mendekatkan diri kepada Allah, seperti membaca Al-Quran, menuntut ilmu agama, dan berbuat kebaikan. Bagi para wanita, meneladani Maryam berarti menjaga kehormatan diri, mengutamakan akhlak mulia, dan berbakti kepada keluarga serta masyarakat dengan penuh keikhlasan.
Pada akhirnya, Al-Imran 42 adalah pengingat abadi bahwa Allah Maha Adil dan Maha Mengetahui. Dia akan membalas setiap usaha hamba-Nya yang tulus. Dengan mengikuti jejak para nabi dan orang-orang saleh, termasuk teladan Maryam binti Imran, kita berharap dapat meraih keridhaan Allah dan mendapatkan tempat yang mulia di akhirat kelak.