Simbol Komitmen Terhadap Janji
Dalam Al-Qur'an, Surah Ali Imran ayat ke-81 merupakan salah satu ayat yang sarat makna dan mengandung pesan mendalam mengenai hubungan antara Allah SWT, para nabi, dan umat manusia. Ayat ini seringkali direnungkan karena menggabungkan aspek spiritualitas, tanggung jawab, dan konsekuensi dari sebuah perjanjian suci. Memahami Al Imran 81 berarti menyelami inti dari bagaimana seorang hamba seharusnya berinteraksi dengan Sang Pencipta dan bagaimana perjanjian tersebut membentuk perjalanan hidupnya.
وَإِذْ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَـٰقَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ لَمَا آتَيْتُكُم مِّن كِتَـٰبٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَآءَكُمْ رَسُولٌۭ مُّصَدِّقٌۭ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِۦ وَلَتَنصُرُنَّهُۥ ۚ قَالَ أَءَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَىٰ ذَٰلِكُمْ إِصْرِى ۚ قَالُوٓا۟ أَقْرَرْنَا ۚ قَالَ فَٱشْهَدُوا۟ وَأَنَا۠ مَعَكُم مِّنَ ٱلشَّـٰهِدِينَ
(Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, "Sesungguhnya, apa pun Kitab dan Hikmah yang telah Aku berikan kepadamu, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada pada dirimu, niscaya kamu akan beriman kepadanya dan menolongnya." Allah berfirman, "Apakah kamu setuju dan memikul perjanjian-Ku atas yang demikian itu?" Mereka menjawab, "Kami setuju." Allah berfirman, "Kalau begitu, bersaksilah kamu, dan Aku pun beserta kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan.")
Secara etimologis, 'mītsāq' merujuk pada ikatan yang kuat, sumpah, atau janji. Dalam konteks Al Imran 81, 'mītsāq' yang diambil oleh Allah SWT adalah sebuah perjanjian yang sangat kokoh. Perjanjian ini bukan hanya antara Allah dan para nabi secara individu, tetapi juga mencakup nabi-nabi terdahulu dan nabi terakhir, Muhammad SAW. Allah mengambil janji dari setiap nabi bahwa ketika datang seorang rasul yang membawa kebenaran dan membenarkan risalah yang telah mereka bawa, maka mereka wajib beriman kepadanya dan membantunya. Ini menunjukkan adanya kesinambungan risalah kenabian dan penegasan bahwa seluruh nabi adalah pembawa pesan dari Tuhan yang sama, meskipun syariat yang dibawa mungkin memiliki perbedaan dalam detailnya.
Ayat ini menegaskan bahwa para nabi diberikan Kitab (wahyu) dan Hikmah (kebijaksanaan). Ini adalah anugerah besar dari Allah. Namun, anugerah ini datang dengan tanggung jawab yang menyertainya. Janji yang diambil adalah sebuah bentuk penegasan komitmen mereka terhadap risalah Allah dan keterbukaan mereka terhadap kedatangan utusan-Nya yang terakhir. Ini bukan sekadar persetujuan, melainkan sebuah ikrar yang mengikat, yang diakui dan disaksikan oleh para nabi itu sendiri dan juga oleh Allah SWT.
Al Imran 81 secara eksplisit menyebutkan kewajiban para nabi untuk beriman dan menolong rasul yang datang kemudian. Kewajiban ini kemudian menjadi teladan bagi umat mereka. Jika para nabi yang mulia saja terikat oleh perjanjian semacam ini, maka umat Islam, yang mengikuti risalah Nabi Muhammad SAW, memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk memegang teguh ajaran Islam, menyebarkannya, dan membela kebenarannya.
Ketika Allah bertanya, "Apakah kamu setuju dan memikul perjanjian-Ku atas yang demikian itu?" dan para nabi menjawab, "Kami setuju," ini adalah momen pengakuan yang tulus. Mereka tidak hanya menerima janji itu, tetapi juga bersedia memikul beban dan tanggung jawab yang dibebankan. Dalam Islam, setiap mukmin adalah khalifah di bumi, yang memiliki tugas untuk menegakkan keadilan, menyebarkan kebaikan, dan menjaga amanah Allah. Ayat ini mengingatkan kita bahwa keimanan sejati tidak pasif; ia menuntut tindakan nyata, kepatuhan, dan pembelaan terhadap kebenaran.
Ayat ini memiliki relevansi khusus dalam konteks keislaman. Nabi Muhammad SAW adalah penutup para nabi. Kedatangannya membenarkan risalah para nabi sebelumnya, seperti Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa AS. Al Imran 81 memperkuat keyakinan bahwa ajaran Islam bukanlah sesuatu yang baru semata, melainkan kelanjutan dan penyempurnaan dari ajaran-ajaran ilahi sebelumnya. Para nabi sebelum Muhammad SAW telah diberi peringatan dan petunjuk mengenai kedatangan beliau, dan mereka diperintahkan untuk beriman kepadanya.
Bagi umat Islam, pesan Al Imran 81 adalah sebuah pengingat konstan. Kita adalah pewaris perjanjian ini. Kita telah menerima Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk hidup. Oleh karena itu, kewajiban kita adalah untuk memahami, mengamalkan, dan menyebarkan ajaran Islam dengan bijaksana. Menolong risalah ini berarti tidak hanya dengan lisan, tetapi juga dengan perbuatan, memberikan kontribusi positif bagi masyarakat, dan menjadi agen perubahan yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Lebih jauh lagi, ayat ini mengajarkan pentingnya kesaksian. Allah berfirman, "Kalau begitu, bersaksilah kamu, dan Aku pun beserta kamu termasuk orang-orang yang menyaksikan." Kesaksian ini bersifat timbal balik. Para nabi bersaksi atas persetujuan mereka terhadap perjanjian, dan Allah menjadi saksi atas perjanjian tersebut, sekaligus menjamin bahwa Dia bersama mereka. Bagi kita, kesaksian berarti menjadi saksi kebenaran Allah di muka bumi, melalui akhlak, perkataan, dan perbuatan kita. Ini juga berarti bahwa Allah adalah saksi atas segala usaha dan perjuangan kita dalam menegakkan kebenaran dan amanah-Nya.
Di era modern yang penuh dengan tantangan dan informasi yang begitu deras, pemahaman mendalam terhadap Al Imran 81 menjadi semakin krusial. Kita seringkali dihadapkan pada berbagai pilihan dan godaan yang dapat mengaburkan pandangan kita terhadap tujuan hidup yang sebenarnya. Ayat ini memberikan fondasi yang kuat: bahwa ada sebuah perjanjian suci yang mengikat kita kepada Sang Pencipta, dan perjanjian itu menuntut komitmen serta tindakan nyata.
Setiap muslim perlu merenungkan: Apakah kita telah memenuhi janji kita? Apakah kita benar-benar beriman kepada wahyu Allah dan mengikuti petunjuk Rasul-Nya? Apakah kita berkontribusi dalam menolong dan menyebarkan risalah Islam? Al Imran 81 bukan sekadar ayat sejarah para nabi, melainkan sebuah panggilan abadi untuk introspeksi diri dan evaluasi komitmen spiritual kita. Dengan memahami dan menginternalisasi makna ayat ini, kita diharapkan dapat menjalani hidup dengan lebih bermakna, penuh tanggung jawab, dan senantiasa dalam naungan rahmat dan pertolongan Allah SWT.