Surat Al-Imran adalah salah satu surat terpanjang dalam Al-Qur'an, terdiri dari 200 ayat dan termasuk dalam golongan surat Madaniyah. Nama "Al-Imran" diambil dari kisah keluarga Imran yang diceritakan dalam ayat 35 hingga 40. Kisah ini menggambarkan kesalehan, pengabdian, dan keteguhan keluarga Nabi Musa dan Nabi Isa 'alaihima salam, serta bagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala menganugerahkan keturunan yang mulia kepada mereka. Surat ini memiliki kedalaman makna dan tuntunan yang luar biasa bagi umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan, baik spiritual, sosial, maupun intelektual.
Surat Al-Imran memiliki banyak keutamaan yang disebutkan dalam berbagai riwayat. Salah satunya adalah bahwa surat ini menjadi saksi bagi orang yang membacanya di hari kiamat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits. Keutamaan lainnya adalah kandungan ayat-ayatnya yang mencakup berbagai ajaran penting, mulai dari tauhid, keimanan, kisah para nabi, hingga tuntunan dalam berjihad dan berinteraksi dengan sesama. Surat ini juga menjadi sumber penjelasan mengenai perbedaan antara kebenaran dan kebatilan, serta bagaimana menghadapi keraguan dan propaganda dari pihak-pihak yang menentang Islam.
Selain itu, surat ini juga mengandung ayat-ayat yang sangat penting, seperti Ayat Kursi (ayat 255) yang merupakan puncak keagungan Allah, dan ayat-ayat terakhir surat ini (ayat 190-200) yang berisi anjuran untuk merenungkan ciptaan Allah dan pentingnya zikir. Keutamaan membaca dan memahami surat Al-Imran sangatlah besar, karena ia membimbing setiap muslim untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan mengamalkan ajaran-Nya dengan penuh keyakinan.
Inti dari penamaan surat ini adalah kisah keluarga Imran. Imran adalah seorang tokoh saleh yang memiliki istri bernama Hannah. Hannah berdoa dengan tulus kepada Allah agar dikaruniai seorang anak. Ketika beliau hamil, beliau bernazar untuk menyerahkan anaknya yang masih dalam kandungan untuk melayani Baitul Maqdis. Allah mengabulkan doanya dan Hannah melahirkan seorang putri yang diberi nama Maryam. Namun, Allah juga mengizinkan Maryam untuk kelak memiliki seorang putra yang sangat istimewa, yaitu Nabi Isa 'alaihissalam.
Kisah ini mengajarkan tentang pentingnya doa, kesabaran, dan keteguhan dalam beribadah. Maryam tumbuh menjadi wanita yang suci dan menjadi pilihan Allah untuk melahirkan seorang nabi. Keluarga Imran menjadi teladan bagaimana kesalehan dan pengabdian dapat diwariskan dari generasi ke generasi, dan bagaimana Allah senantiasa menjaga orang-orang yang beriman.
Surat Al-Imran membahas berbagai topik fundamental dalam Islam, di antaranya:
Surat ini menegaskan keesaan Allah (tauhid) dan memperkokoh keimanan para mukmin. Ia menjelaskan hakikat penciptaan, kekuasaan Allah, serta kebenaran risalah para nabi. Surat ini juga membahas perbedaan antara mukmin, munafik, dan kafir, serta ciri-ciri masing-masing.
Selain kisah keluarga Imran, surat ini juga mengisahkan perjuangan Nabi Zakaria, Nabi Yahya, dan tentu saja, Nabi Isa 'alaihissalam beserta ibunya, Maryam. Kisah-kisah ini memberikan pelajaran berharga tentang kesabaran, ketawakalan, dan keikhlasan dalam menghadapi ujian.
Al-Imran banyak membahas tentang pentingnya berjihad di jalan Allah, baik dengan harta, jiwa, maupun lisan. Surat ini juga mengajarkan cara menghadapi cobaan, godaan, dan musuh-musuh Islam dengan penuh hikmah dan ketabahan.
Surat ini juga memuat beberapa aturan dan tuntunan, seperti pentingnya musyawarah, larangan riba, serta ajaran tentang persaudaraan sesama mukmin.
Berikut adalah beberapa contoh ayat beserta terjemahan latinnya yang sarat makna dari Surat Al-Imran:
إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿٣٥﴾ فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنثَىٰ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنثَىٰ ۖ وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ﴿٣٦﴾
Iż qālatimra'atu ‘imrāna rabbī innī nażartu laka mā fī baṭnī muḥarraran fataqabbal minnī, innaka anta as-samī‘u al-‘alīm(u). Fa lammā waḍa‘athā qālat rabbis innī waḍa‘tuhā untā wa-llāhu a‘lamu bimā waḍa‘at wa laysa aḻ-ḻakaru kal-untā, wa innī sammaytuhā maryama wa innī u‘īdhukā wa ḏurriyatahā mina asy-syaiṭāni ar-rajīm(i).
(Ingatlah ketika istri Imran berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada-Mu apa yang ada dalam kandunganku menjadi seorang hamba yang merdeka (berkhidmat pada rumah ibadat). Maka terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Maka ketika dia melahirkannya, dia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku memohon perlindungan dari setan yang durhaka kepada-Mu." )
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٠٢﴾ وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾
Yā ayyuhal-laẕīna āmanū-t-taqū-llāha ḥaqqa tuqātihi wa lā tamūtunna illā wa antum muslimūn(a). Wa‘taṣimū biḥabli-llāhi jamī‘an wa lā tafarraqū, waẕkurū ni‘mata-llāhi ‘alaikum iẕ kuntum a‘dā’an fa'allafa baina qulūbikum fa'aṣbaḥtum bini‘matihi ikhwānā, wa kuntum ‘alā shafā ḥufratin mina n-nāri fa'anqaḏakum minhā, kaẕālika yubayyinul-lāhu lakum āyātihi la‘allakum tahtadūn(a).
(Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan menyerah diri (kepada-Nya). Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah atasmu, ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati-hatimu, lalu jadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu dahulu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.)
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ ﴿١٩٠﴾ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿١٩١﴾
Inna fī khalqi s-samāwāti wal-arḍi wa-khtilāfi l-laili wan-nahāri la'āyātin li'ūlī l-albāb(i). Allażīna yaḏkurūna-llāha qiyāman wa qu‘ūdan wa ‘alā junūbihim wa yatafakkarūna fī khalqi s-samāwāti wal-arḍi rabbanā mā khalaqta hāḏā bāṭilan subḥānakafaqinā ‘aḏābā n-nār(i).
(Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau dalam keadaan duduk atau di samping mereka sambil berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.)
Membaca dan merenungkan makna Surat Al-Imran adalah sebuah perjalanan spiritual yang mendalam. Ia mengajarkan kita tentang kebesaran Allah, pentingnya iman yang kokoh, teladan para nabi, serta bagaimana menjalani kehidupan ini sesuai dengan tuntunan Ilahi. Dengan memahami dan mengamalkan isinya, seorang muslim diharapkan dapat menjadi pribadi yang lebih bertakwa, berilmu, dan mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.