Dalam berbagai bidang, mulai dari akuakultur, pengelolaan sumber daya air, hingga penelitian ilmiah, pemantauan kandungan garam atau salinitas dalam air merupakan aspek krusial. Kadar garam yang tepat sangat penting untuk kelangsungan hidup organisme akuatik, keseimbangan ekosistem, dan efektivitas proses industri. Untuk memastikan parameter ini tetap dalam batas yang diinginkan, dibutuhkan alat pengukur salinitas yang akurat dan andal.
Salinitas merujuk pada jumlah total garam terlarut dalam air. Umumnya, salinitas diukur dalam satuan parts per thousand (ppt) atau per mil (‰), yang berarti jumlah gram garam per kilogram air. Air laut memiliki salinitas rata-rata sekitar 35 ppt, sementara air tawar biasanya memiliki salinitas kurang dari 1 ppt. Air payau, yang merupakan campuran air tawar dan air laut, memiliki salinitas di antara keduanya.
Mengukur salinitas memiliki peran vital dalam berbagai aplikasi:
Saat ini, terdapat beberapa jenis alat pengukur salinitas yang umum digunakan, masing-masing dengan prinsip kerja dan keunggulannya:
Alat ini bekerja berdasarkan prinsip pembiasan cahaya. Ketika cahaya melewati larutan garam, arah pembiasannya akan berubah. Sudut pembiasan ini berbanding lurus dengan konsentrasi garam dalam air. Refraktometer biasanya portabel, mudah digunakan, dan tidak memerlukan daya listrik. Hasil pengukuran ditampilkan dalam bentuk skala yang mudah dibaca. Alat ini sangat populer di kalangan penghobi akuarium dan nelayan.
Alat ini mengukur kemampuan air untuk menghantarkan listrik. Ion garam dalam air adalah konduktor listrik. Semakin tinggi konsentrasi garam, semakin tinggi pula konduktivitas airnya. Konduktivitas meter biasanya dilengkapi dengan elektroda yang dicelupkan ke dalam air. Alat ini umumnya lebih akurat dibandingkan refraktometer untuk pengukuran yang presisi, dan banyak model digital yang dilengkapi dengan kompensasi suhu otomatis.
Meskipun bukan alat digital, metode titrasi masih digunakan, terutama di laboratorium. Metode ini melibatkan penambahan reagen kimia standar ke dalam sampel air secara bertahap hingga terjadi reaksi yang dapat dideteksi (misalnya, perubahan warna). Jumlah reagen yang digunakan untuk mencapai titik akhir reaksi digunakan untuk menghitung konsentrasi garam.
Untuk pemantauan berkelanjutan, sensor salinitas otomatis yang terintegrasi dengan sistem data logger atau SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) sering digunakan. Sensor ini biasanya berbasis konduktivitas dan dirancang untuk operasi jangka panjang di lapangan, memberikan data secara real-time.
Meskipun alat yang berbeda memiliki prosedur yang sedikit berbeda, prinsip dasarnya serupa:
Memilih alat pengukur salinitas yang tepat bergantung pada kebutuhan aplikasi, tingkat akurasi yang dibutuhkan, anggaran, dan kemudahan penggunaan. Dengan pemahaman yang baik tentang pentingnya dan cara kerjanya, alat ini menjadi instrumen yang tak ternilai dalam menjaga kualitas air untuk berbagai keperluan.