Ali Imran Ayat 103-104: Pegangan Ukhuwah dan Kekuatan Persaudaraan

Dalam lautan kehidupan yang penuh gelombang, seringkali kita merindukan jangkar yang kokoh, sebuah pegangan yang mampu mengarahkan kita menuju keselamatan dan kedamaian. Al-Qur'an, sebagai petunjuk hidup abadi, senantiasa menyuguhkan ayat-ayat yang penuh hikmah. Di antara permata-permata ilahi tersebut, terdapat dua ayat dari Surah Ali Imran, yaitu ayat 103 dan 104, yang menjadi mercusuar bagi umat Islam dalam membangun dan menjaga persaudaraan. Ayat-ayat ini bukan sekadar bacaan, melainkan landasan fundamental yang mengingatkan kita akan pentingnya bersatu di bawah panji Tauhid dan berpegang teguh pada tali Allah.

Tangan Bergandengan Erat

Konteks Penurunan Ayat

Surah Ali Imran turun di Madinah, masa di mana umat Islam mulai membangun masyarakatnya sendiri. Pada masa ini, tantangan datang dari berbagai penjuru, baik dari internal umat maupun eksternal. Munculnya perpecahan, perbedaan pendapat, bahkan kecenderungan untuk kembali ke zaman jahiliah yang penuh perselisihan, menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan dakwah dan keutuhan umat. Di tengah kondisi seperti inilah, Allah menurunkan ayat 103 dan 104 Ali Imran sebagai pengingat dan peringatan agar umat Islam tidak terpecah belah.

Makna Mendalam Ali Imran Ayat 103

Ayat 103 Surah Ali Imran berbunyi:
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersaudarakan hatimu, lalu jadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk." (QS. Ali Imran: 103)

Ayat ini memberikan perintah tegas untuk berpegang teguh pada "tali (agama) Allah". Tali Allah ini diinterpretasikan sebagai Al-Qur'an, Sunnah, atau ajaran Islam secara keseluruhan. Ini adalah ikatan spiritual dan intelektual yang mengikat seluruh kaum mukmin. Perintah ini diikuti dengan larangan keras untuk "bercerai-berai". Perpecahan adalah musuh utama persatuan, yang dapat melemahkan kekuatan umat dan membuka celah bagi musuh-musuh Islam.

Selanjutnya, ayat ini mengingatkan kembali tentang nikmat besar yang telah diberikan Allah: persaudaraan. Dulu, sebelum Islam datang, masyarakat Arab diliputi permusuhan, kesukuan, dan perselisihan yang mendalam. Namun, dengan rahmat Allah, hati mereka dipersatukan. Mereka menjadi saudara, bukan karena nasab, melainkan karena iman. Allah juga mengingatkan betapa dekatnya mereka dengan jurang neraka karena kesesatan dan kekufuran, namun Allah telah menyelamatkan mereka melalui petunjuk Islam. Ini adalah pengingat akan anugerah yang luar biasa, yang seharusnya membuat mereka semakin erat dalam persaudaraan dan semakin bersyukur.

Pesona Ali Imran Ayat 104

Ayat 104 Surah Ali Imran melanjutkan pesan penting ini:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran: 104)

Jika ayat sebelumnya berbicara tentang keharusan bersatu, ayat 104 memberikan panduan bagaimana persatuan itu harus diwujudkan secara konkret. Allah memerintahkan agar ada "segolongan umat" yang memiliki misi mulia: menyeru kepada kebaikan (al-khair), menyuruh kepada yang ma'ruf (sesuatu yang baik dan diakui secara syariat maupun akal), dan mencegah dari yang mungkar (sesuatu yang buruk dan dilarang). Kelompok ini adalah agen perubahan positif dalam masyarakat, pelaksana amar ma'ruf nahi munkar.

Penting untuk dicatat bahwa ayat ini tidak menyerukan semua orang untuk menjadi aktivis amar ma'ruf nahi munkar dalam arti yang sama. Ia menyerukan adanya "segolongan", yang menyiratkan adanya pembagian tugas dan peran dalam umat. Ada yang fokus pada keilmuan, ada yang fokus pada dakwah, ada yang fokus pada pelayanan, dan ada pula yang memimpin dalam amar ma'ruf nahi munkar. Yang terpenting adalah semangat kebersamaan dalam menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran. Keberuntungan (al-muflihun) yang dijanjikan adalah bagi mereka yang menjalankan peran ini dengan ikhlas.

Ukhuwah dan Kekuatan Umat

Ayat Ali Imran 103 dan 104 memberikan pelajaran berharga bagi kita di era modern. Di tengah maraknya informasi yang terkadang memecah belah, di tengah perbedaan pandangan yang bisa meruncing menjadi permusuhan, kita diingatkan kembali untuk memegang erat tali persaudaraan dan ajaran agama.

Ukhuwah Islamiyah, persaudaraan sesama Muslim, adalah modal utama kekuatan umat. Tanpa ukhuwah, umat akan mudah dikalahkan oleh musuh. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang mukmin yang satu dengan mukmin lainnya ibarat satu bangunan yang saling menguatkan satu sama lain." (HR. Bukhari dan Muslim). Ayat-ayat ini menegaskan kembali prinsip tersebut. Persatuan dalam akidah, kesatuan dalam tujuan, dan kerja sama dalam kebaikan adalah kunci keberhasilan.

Lebih lanjut, ayat 104 mengajarkan pentingnya sinergi dan kontribusi positif. Setiap individu memiliki peran dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Dengan saling mengingatkan dalam kebaikan dan mencegah kemungkaran, umat Islam dapat terhindar dari kehancuran moral dan spiritual. Ini adalah tugas kolektif yang membutuhkan kesadaran, keberanian, dan kebijaksanaan.

Memahami dan mengamalkan kandungan Ali Imran 103 dan 104 bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif umat. Dengan berpegang teguh pada ajaran Allah, mempererat tali persaudaraan, dan aktif dalam menyeru kebaikan serta mencegah kemungkaran, kita dapat mewujudkan umat yang kuat, bersatu, dan senantiasa dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

🏠 Homepage