Surah Ali Imran merupakan salah satu surah Madaniyah terpanjang dalam Al-Qur'an, yang banyak membahas tentang akidah, hukum, sejarah para nabi, dan perbandingan antara Islam dengan agama-agama lain. Di dalam surah ini, terdapat beberapa ayat kunci yang memberikan pemahaman mendalam mengenai hakikat keimanan, konsekuensi dari pengakuan terhadap keesaan Allah, serta janji-janji mulia yang diberikan kepada hamba-Nya yang taat. Ayat 18, 19, 26, dan 27 dari surah Ali Imran secara spesifik menegaskan kebenaran Islam dan keutamaan pengikutnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 18: "Allah menyaksikan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang-orang berilmu (menyatakan demikian) seraya menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." Ayat ini adalah sebuah pernyataan tauhid yang paling fundamental. Allah sendiri menjadi saksi atas keesaan-Nya. Kesaksian ini tidak hanya datang dari Dzat-Nya yang Maha Benar, tetapi juga didukung oleh kesaksian para malaikat dan orang-orang yang berilmu (ulil albab). Ulil albab di sini merujuk pada orang-orang yang memiliki akal sehat, hati yang bersih, dan ilmu yang mendalam, yang mampu melihat kebenaran hakiki. Mereka tidak hanya sekadar mengetahui, tetapi juga mengamalkan dan menegakkan kebenaran tersebut dengan keadilan.
Selanjutnya, ayat 19 dari surah yang sama melanjutkan penegasan ini: "Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa mengingkari ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya." Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang diterima oleh Allah. Konsep "Islam" di sini mencakup ketundukan total kepada Allah, yang merupakan inti dari ajaran semua nabi dan rasul, mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Perpecahan dan perselisihan yang terjadi di kalangan Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) bukan karena inti ajaran yang berbeda, melainkan karena kedengkian dan penyimpangan yang muncul setelah datangnya ilmu dan penjelasan yang jelas. Ayat ini juga memberikan peringatan keras bagi siapa saja yang mengingkari ayat-ayat Allah, bahwa perhitungan-Nya sangat cepat dan pasti.
Kemudian, Allah Ta'ala menegaskan kembali kekuasaan-Nya yang mutlak atas seluruh alam semesta dalam Surah Ali Imran ayat 26: "Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Ya Allah, Tuhan yang mempunyai kekuasaan atas segala kerajaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.'" Ayat ini adalah sebuah doa dan pengakuan akan kebesaran Allah sebagai Dzat yang memegang kendali mutlak atas segala sesuatu. Kekuasaan di dunia ini, baik yang bersifat kerajaan, kenegaraan, maupun kekuasaan dalam arti yang lebih luas, semuanya berada di bawah kekuasaan Allah. Allah memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan mencabutnya dari siapa saja yang Dia kehendaki. Demikian pula, kemuliaan dan kehinaan, kekayaan dan kemiskinan, kesehatan dan penyakit, semuanya adalah ketetapan dan kehendak-Nya. Di tangan-Nya segala kebaikan berada. Pengakuan ini mengajarkan seorang mukmin untuk tidak bersandar pada kekuasaan makhluk, melainkan pada Allah semata, dan untuk berserah diri serta menerima apa pun yang menjadi ketetapan-Nya.
Melanjutkan penjelasan tentang karunia dan kekuasaan-Nya, ayat 27 berbunyi: "Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan.'" Ayat ini memberikan contoh nyata dari kekuasaan Allah dalam mengatur alam semesta. Pergantian siang dan malam, siklus kehidupan dan kematian, serta pemberian rezeki yang tak terhingga merupakan bukti tak terbantahkan dari kebesaran dan kemurahan Allah. "Memberi rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan" menunjukkan bahwa karunia Allah tidak terbatas dan tidak bisa diukur oleh akal manusia. Allah memberikan rezeki materi, rezeki ilmu, rezeki keturunan, rezeki ketenangan jiwa, dan berbagai bentuk rezeki lainnya sesuai dengan kehendak dan kebijaksanaan-Nya. Bagi orang yang beriman, ayat ini menumbuhkan rasa syukur, tawakkal, dan keyakinan bahwa segala urusan mereka berada di tangan Tuhan yang Maha Pemurah.
Keempat ayat ini, Ali Imran ayat 18, 19, 26, dan 27, secara kolektif membangun sebuah fondasi pemahaman yang kuat tentang Islam. Ayat 18 dan 19 menegaskan kebenaran tauhid dan eksklusivitas Islam sebagai agama yang diridhai Allah. Sementara itu, ayat 26 dan 27 memaparkan tentang kekuasaan mutlak Allah atas segala sesuatu, serta janji-janji karunia dan rezeki yang tak terbatas bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Bagi umat Islam, ayat-ayat ini menjadi sumber motivasi untuk terus berpegang teguh pada ajaran Islam, senantiasa berserah diri kepada Allah, serta meyakini bahwa setiap perjuangan di jalan kebenaran akan senantiasa mendapat balasan dan pertolongan dari-Nya. Memahami dan merenungkan ayat-ayat ini akan menumbuhkan ketenangan hati, keyakinan yang kokoh, dan semangat untuk terus berbuat kebaikan.