Ilustrasi simbolis terkait kisah nabi
Al-Qur'an, sebagai kitab suci umat Islam, menyimpan mutiara hikmah dan pelajaran berharga dalam setiap ayatnya. Salah satu rangkaian ayat yang sarat akan makna mendalam adalah Surah Ali Imran ayat 45 hingga 46. Ayat-ayat ini secara khusus menyoroti kemuliaan dan mukjizat Nabi Isa Al-Masih 'alaihissalam, memberikan perspektif yang unik tentang statusnya di hadapan Allah SWT dan keyakinan para nabi sebelumnya.
Ayat 45 Surah Ali Imran diawali dengan seruan kepada para malaikat untuk mengingat ketika Allah berfirman, "Wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilihmu dan menyucikanmu serta memilihmu (menjadi ibu seorang nabi) atas sekalian wanita di dunia." Pernyataan ini menegaskan kedudukan Maryam binti Imran yang luar biasa, dipilih Allah untuk melahirkan seorang nabi besar. Ayat tersebut melanjutkan dengan menggambarkan kabar gembira yang diterima Maryam dari malaikat Jibril mengenai kelahiran putranya, Isa.
Kelahiran Nabi Isa bukan sekadar kelahiran biasa. Beliau lahir tanpa ayah biologis, sebuah mukjizat yang murni kehendak Ilahi. Allah berfirman, "Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, sedangkan belum pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku pula bukan seorang pezina?" Pertanyaan Maryam yang penuh keheranan ini dijawab oleh malaikat Jibril dengan penegasan bahwa ini adalah ketetapan Allah. "Demikianlah, Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, maka Dia hanyalah berfirman kepadanya, 'Jadilah!' Maka jadilah ia." Ayat ini menekankan bahwa kehendak Allah tidak terikat oleh hukum alam yang biasa berlaku bagi manusia.
Selanjutnya, Surah Ali Imran ayat 46 beralih untuk menjelaskan status dan keutamaan Nabi Isa 'alaihissalam. Allah SWT berfirman, "Dan dia (Isa) berbicara dengan manusia ketika masih dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan kenabiannya adalah di antara orang-orang saleh." Ayat ini mengungkapkan dua fase penting dalam kehidupan Nabi Isa yang menunjukkan keajaibannya: kemampuan berbicara saat masih bayi dan pengakuan kenabiannya yang diakui sejak dini. Kemampuan berbicara di saat bayi adalah bukti nyata kebesaran Allah, menandakan bahwa sejak awal penciptaannya, Isa telah dianugerahi keistimewaan.
Lebih lanjut, ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Isa akan menjadi orang yang terkemuka di dunia dan di akhirat. Frasa "terkemuka di dunia dan di akhirat" (wajiihan fid-dunya wal-akhirah) merujuk pada pengakuan dan penghormatan yang akan diterimanya. Di dunia, ia akan dihormati sebagai nabi dan rasul Allah, pembawa risalah tauhid. Di akhirat, ia akan memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah, bahkan namanya disebut-sebut sebagai salah satu nabi yang akan memberi syafaat.
Penting untuk dicatat bahwa penafsiran Surah Ali Imran ayat 45-46 oleh umat Islam berbeda dengan pandangan sebagian kaum Nasrani mengenai Isa. Islam mengakui Isa sebagai seorang nabi dan rasul utusan Allah, seorang hamba yang mulia, dan Al-Masih yang lahir dari Maryam. Namun, Islam menolak klaim ketuhanan Isa atau bahwa ia adalah anak Allah dalam pengertian harfiah. Islam teguh pada konsep tauhid, yaitu keesaan Allah yang mutlak, dan memandang Isa sebagai manusia yang dipilih dan diistimewakan oleh Allah, bukan sebagai Tuhan.
Ayat-ayat ini menegaskan bahwa Isa adalah seorang nabi yang mukjizatnya merupakan tanda kebesaran Allah. Kemampuannya berbicara saat bayi, menyembuhkan orang sakit, bahkan menghidupkan orang mati atas izin Allah, semuanya adalah bukti kekuasaan Tuhan yang diilhamkan kepada hamba-Nya yang terpilih. Pengakuan kenabiannya sejak usia dini juga menjadi penegasan posisinya sebagai pembawa pesan ilahi.
Renungan terhadap Surah Ali Imran ayat 45-46 memberikan banyak hikmah. Pertama, pengakuan atas keagungan Allah SWT yang mampu menciptakan segala sesuatu tanpa terkecuali, termasuk kelahiran Isa yang ajaib. Kedua, penguatan keyakinan terhadap para nabi dan rasul yang diutus oleh Allah, termasuk Nabi Isa. Ketiga, pemahaman yang benar mengenai kedudukan Nabi Isa dalam ajaran Islam, sebagai nabi yang mulia dan dihormati, namun tetap sebagai hamba Allah.
Keempat, ayat-ayat ini mengajarkan tentang pentingnya meyakini takdir Allah dan menyerahkan segala urusan kepadanya. Maryam menunjukkan ketawadukan dan kepasrahan total kepada kehendak Allah. Kelima, pesan tentang pentingnya meneladani sifat-sifat saleh yang dimiliki oleh para nabi, termasuk kejujuran, ketakwaan, dan perjuangan dalam menegakkan kebenaran.
Dengan memahami makna mendalam dari Ali Imran ayat 45-46, seorang Muslim dapat semakin memperkaya imannya dan memperluas wawasannya tentang sejarah kenabian serta ajaran Islam yang komprehensif. Kisah Nabi Isa 'alaihissalam, sebagaimana digambarkan dalam ayat-ayat ini, menjadi salah satu bukti nyata kebesaran Allah dan hikmah yang tak terhingga dalam setiap firman-Nya.