Simbol keagungan dan petunjuk ilahi.
Al-Qur'an, kitab suci yang menjadi panduan hidup bagi umat Islam, kaya akan ayat-ayat yang menyimpan makna mendalam dan keutamaan luar biasa. Di antara lautan ayat yang penuh hikmah, Surat Ali Imran memiliki posisi istimewa, terlebih pada rentang ayat 62 hingga 70. Ayat-ayat ini tidak hanya berbicara tentang kisah Nabi Isa 'alaihissalam, tetapi juga menegaskan kebenaran ajaran Islam dan membantah klaim-klaim keliru yang ditujukan kepada risalah ini. Merenungi kandungan Ali Imran 62-70 adalah sebuah perjalanan spiritual yang membuka pintu pemahaman tentang keesaan Allah, kemurnian ajaran para nabi, serta pentingnya berpegang teguh pada kebenaran.
Ayat-ayat awal dalam rentang ini, khususnya ayat 62, memulai dengan menceritakan dialog yang terjadi antara Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan delegasi Nashrani dari Najran. Dalam dialog tersebut, terjadi perdebatan mengenai hakikat Nabi Isa 'alaihissalam. Kaum Nashrani menganggap Isa sebagai anak Tuhan, bahkan Tuhan itu sendiri. Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui firman-Nya yang agung menegaskan bahwa sesungguhnya pandangan tersebut adalah bathil dan keliru.
Allah berfirman dalam Ali Imran ayat 62: "Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi Allah hanyalah Islam." Penegasan ini sangat fundamental. Allah secara lugas menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang diterima di sisi-Nya, yang berarti ketundukan total kepada perintah Allah. Ini adalah inti ajaran semua nabi dan rasul, dari Adam hingga Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka semua datang dengan membawa risalah yang sama: mengesakan Allah dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada-Nya.
Ayat-ayat selanjutnya, hingga ayat 70, terus membantah klaim-klaim keliru dan menyajikan bukti-bukti yang memperkuat kebenaran Islam. Allah memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam untuk berdebat dengan Ahli Kitab (Yahudi dan Nashrani) dengan cara yang lebih baik, namun juga tegas menunjukkan kesalahan mereka. Poin penting yang ditekankan adalah bahwa Nabi Isa 'alaihissalam sendiri adalah seorang hamba Allah, seorang rasul yang diutus-Nya, dan tidak pernah mengklaim dirinya sebagai Tuhan atau anak Tuhan.
Mempelajari dan merenungi Surat Ali Imran ayat 62-70 memberikan banyak manfaat spiritual dan intelektual. Pertama, ayat-ayat ini memperkuat keimanan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan keyakinan bahwa Islam adalah agama yang murni dan diridhai-Nya. Dengan memahami bantahan terhadap konsep trinitas dan ketuhanan Isa 'alaihissalam, kita semakin kokoh dalam memegang teguh tauhid (keesaan Allah).
Kedua, ayat-ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya dialog yang bijak namun tetap berpegang pada kebenaran. Allah mengajarkan cara berinteraksi dengan pemeluk agama lain, yaitu dengan cara yang sebaik-baiknya, namun tidak mengorbankan prinsip-prinsip dasar akidah Islam. Ini adalah pelajaran berharga dalam menghadapi perbedaan pandangan, terutama dalam isu-isu keyakinan.
Ketiga, memahami konteks turunnya ayat-ayat ini membantu kita untuk lebih menghargai risalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau diutus untuk menyempurnakan dan mengkonfirmasi ajaran-ajaran para nabi sebelumnya yang mungkin telah mengalami penyimpangan. Kisah Nabi Isa 'alaihissalam dalam ayat-ayat ini menjadi bukti nyata bagaimana Allah menjaga kebenaran ajaran-Nya dari distorsi.
Keempat, ayat-ayat ini juga mengandung ancaman bagi mereka yang mendustakan kebenaran setelah mereka mengetahuinya. Allah mengingatkan bahwa Allah Maha Melihat atas segala perbuatan hamba-Nya. Hal ini menjadi pengingat bagi kita untuk selalu introspeksi diri dan menjaga agar hati kita senantiasa tertaut pada kebenaran.
Merenungi Ali Imran 62-70 bukan sekadar kegiatan intelektual semata, melainkan harus berujung pada tindakan nyata dalam kehidupan. Pertama, teruslah memperdalam pemahaman tentang Islam. Belajarlah dari sumber-sumber yang terpercaya, bertanya kepada ulama yang kompeten, dan jangan pernah berhenti untuk mencari ilmu.
Kedua, jadikanlah ayat-ayat ini sebagai dasar dalam bersikap terhadap sesama. Tunjukkan akhlak mulia dalam berinteraksi, sebarkan kebaikan, dan tetap teguh pada prinsip-prinsip Islam tanpa bersikap keras atau memusuhi. Ingatlah bahwa dakwah dilakukan dengan hikmah dan mauizhah hasanah.
Ketiga, perkuatlah hubungan kita dengan Al-Qur'an. Bacalah, tafsirkan, dan amalkan isinya. Jadikan setiap ayat sebagai sumber cahaya yang menerangi jalan hidup kita.
Surat Ali Imran ayat 62-70 adalah permata hikmah yang patut kita selami. Melalui ayat-ayat ini, Allah mengingatkan kita akan hakikat Islam, kebenaran risalah para nabi, dan pentingnya hidup di atas petunjuk-Nya. Dengan merenungi keutamaan ayat-ayat ini, semoga keimanan kita semakin kokoh, pemahaman kita semakin luas, dan langkah kita semakin mantap dalam menggapai ridha Ilahi.