Ali Imran 64: Seruan untuk Persatuan dan Tauhid

Surah Ali Imran, ayat ke-64, merupakan salah satu ayat yang memiliki makna mendalam dan relevan sepanjang masa bagi umat Islam. Ayat ini bukan sekadar seruan biasa, melainkan sebuah fondasi penting yang menekankan pentingnya persatuan di atas dasar tauhid (keesaan Allah). Dalam kerangka ajaran Islam, persatuan umat adalah kunci utama untuk meraih kejayaan, kekuatan, dan kemaslahatan bersama, sementara perpecahan hanya akan membawa kelemahan dan kehancuran.

"Katakanlah (hai Muhammad): 'Wahai Ahli Kitab, marilah kita ambil satu kalimat yang sama antara kami dan kamu, yaitu kita tidak menyembah selain Allah, dan kita tidak mensekelamkan sebagian kepada sebagian yang lain selain Allah, dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah'. Jika mereka berpaling, maka katakanlah: 'Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)'." (QS. Ali Imran: 64)

Ayat ini dibuka dengan perintah kepada Nabi Muhammad SAW untuk menyampaikan ajakan kepada Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Ajakan ini bersifat universal, mencari titik temu fundamental yang dapat menyatukan berbagai keyakinan di atas pondasi yang paling kokoh: keesaan Allah. Inti dari ajakan ini adalah pengakuan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan manusia tidak boleh menyembah selain-Nya. Ini adalah esensi dari tauhid, pilar utama agama Islam yang membedakannya dari kepercayaan lain yang mungkin menyekutukan Allah atau mengangkat selain-Nya sebagai tuhan.

Lebih lanjut, ayat ini secara tegas melarang praktik mempersekutukan sebagian dengan sebagian yang lain, atau menjadikan sebagian manusia sebagai tuhan selain Allah. Larangan ini mencakup berbagai bentuk perbudakan, baik secara material maupun spiritual. Dalam konteks historis dan kontekstual, ini bisa merujuk pada praktik-praktik yang terjadi di kalangan Ahli Kitab pada masa itu, di mana para pendeta atau tokoh agama kadang dianggap memiliki otoritas ilahi, atau di mana sistem perbudakan manusia masih dilegalkan. Namun, maknanya meluas hingga kini, mengingatkan kita untuk tidak tunduk atau menyembah selain Allah dalam bentuk apapun, baik itu materi, kekuasaan, ideologi, atau bahkan kepada sesama manusia.

0NPC90ZXh0Pjwvc3ZnPg==" alt="Ilustrasi persatuan umat Islam di atas tauhid">

Menariknya, ayat ini tidak hanya berfokus pada ajakan, tetapi juga memberikan instruksi bagaimana bersikap jika ajakan tersebut tidak diterima. Jika Ahli Kitab tetap berpaling dari seruan tauhid ini, maka umat Islam diperintahkan untuk tetap teguh pada pendirian mereka dan menjadi saksi bahwa mereka adalah orang-orang yang berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Ini menunjukkan sikap tegas namun tetap santun dalam mempertahankan akidah. Penekanan pada "berserah diri" (muslimin) menegaskan bahwa identitas sejati seorang mukmin adalah totalitas penyerahan diri kepada kehendak Allah.

Makna persatuan yang ditekankan dalam Ali Imran 64 bersifat fundamental. Ia bukan persatuan yang dibangun di atas kepentingan duniawi semata, atau persatuan yang mengabaikan perbedaan prinsipil. Sebaliknya, ia adalah persatuan yang bersumber dari aqidah yang sama, yaitu pengakuan terhadap keesaan Allah sebagai sumber segala kebenaran dan otoritas tertinggi. Dengan berpegang teguh pada prinsip ini, umat Islam dapat mengatasi perbedaan-perbedaan kecil yang mungkin timbul, karena fondasi yang menyatukan jauh lebih kuat dan abadi.

Dalam konteks kekinian, ayat ini memiliki relevansi yang sangat besar. Di tengah maraknya paham-paham yang mendegradasi nilai-nilai spiritual, mengagungkan materi, atau bahkan menciptakan kultus individu, Ali Imran 64 menjadi pengingat penting untuk kembali kepada esensi ajaran Islam. Persatuan umat di atas tauhid akan menjadi benteng pertahanan terhadap segala bentuk penyimpangan dan perpecahan yang dapat melemahkan umat. Ketika umat Islam bersatu padu dalam keimanan yang murni, mereka akan menjadi kekuatan yang disegani, mampu memberikan kontribusi positif bagi kemanusiaan, dan meraih rahmat serta pertolongan dari Allah SWT.

Oleh karena itu, memahami dan mengamalkan kandungan Surah Ali Imran ayat 64 adalah sebuah keniscayaan. Ayat ini adalah seruan abadi untuk menguatkan tali persaudaraan sesama Muslim dengan berpegang teguh pada akidah tauhid, menjauhi segala bentuk penyimpangan, dan senantiasa berserah diri kepada Allah semata.

🏠 Homepage