Dalam perjalanan hidup yang penuh dengan liku-liku dan tantangan, kesabaran menjadi salah satu bekal terpenting yang harus dimiliki oleh setiap insan. Ayat-ayat suci dalam Al-Qur'an senantiasa mengingatkan kita akan kedudukan tinggi dari sifat sabar, dan bagaimana ia menjadi kunci untuk meraih keridaan serta pertolongan dari Sang Pencipta. Salah satu rujukan penting yang menegaskan hal ini adalah Firman Allah SWT dalam Surah Ali Imran ayat 95.
Surah Ali Imran ayat 95 berbunyi, "Makanlah dari rezeki yang baik lagi baik (halalan thayyiban) dan janganlah kamu menuruti langkah-langkah syaitan; sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu." Meskipun ayat ini secara harfiah berbicara tentang keharusan mengonsumsi makanan yang halal dan baik serta menjauhi bisikan syaitan, para ulama dan ahli tafsir seringkali mengaitkannya dengan makna kesabaran yang lebih luas.
Penafsiran yang menghubungkan ayat ini dengan kesabaran seringkali berakar pada konteks bahwa untuk meraih rezeki yang halal dan baik, serta untuk menjauhi larangan-larangan syaitan, seseorang memerlukan kekuatan mental dan spiritual yang kuat. Ini berarti harus ada kesabaran dalam menahan diri dari godaan-godaan duniawi yang haram, kesabaran dalam berusaha mencari rizki yang halal meskipun terkadang sulit, dan kesabaran dalam menghadapi ujian ketika godaan datang menghampiri.
Lebih jauh, banyak tafsir yang menjelaskan bahwa "makanlah dari rezeki yang baik lagi baik" juga mencakup makna mengonsumsi kebaikan secara umum, baik dalam bentuk makanan, perkataan, perbuatan, maupun keyakinan. Untuk senantiasa berada di jalan kebaikan ini, seseorang harus bersabar menapaki jalan tersebut, berjuang melawan hawa nafsu dan bisikan syaitan yang senantiasa mengajak pada keburukan.
Dalam ajaran Islam, kesabaran (sabr) memiliki kedudukan yang sangat mulia. Kesabaran bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan keteguhan hati dalam menghadapi cobaan, musibah, serta godaan, sembari terus berupaya dan bertawakal kepada Allah SWT. Surah Ali Imran ayat 95, dalam interpretasinya yang lebih luas, mengajarkan kita untuk bersabar dalam memilih apa yang baik dan menghindari apa yang buruk.
Tantangan hidup seringkali datang dalam berbagai bentuk. Bisa berupa kesulitan ekonomi yang memaksa kita memilih antara rizki halal dan haram, bisa berupa ujian kesehatan yang menguji keikhlasan, atau bisa juga berupa cobaan dalam hubungan sosial yang menguji kesabaran dan pemaafan. Dalam setiap situasi tersebut, ayat ini mengingatkan kita untuk tetap berpegang teguh pada prinsip kebaikan dan menjauhi jalan yang menyesatkan.
Orang yang sabar dalam menjalani perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya akan mendatangkan banyak kebaikan. Mereka akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda, hati yang tenang, serta pertolongan dari Allah SWT. Kesabaran juga membentuk karakter yang kuat, pribadi yang tabah, dan pandangan hidup yang lebih jernih. Ketika kita mampu menahan diri dari kesenangan sesaat yang dilarang, atau mampu bertahan dalam kesulitan demi meraih kebaikan yang lebih besar, maka kita telah mengaplikasikan esensi dari apa yang diajarkan dalam Surah Ali Imran ayat 95.
Proses mendidik diri untuk menjadi pribadi yang sabar memang tidak mudah. Ia membutuhkan latihan terus-menerus, muhasabah diri, dan doa memohon kekuatan kepada Allah SWT. Setiap kali godaan datang, kita diingatkan untuk kembali pada prinsip dasar: memilih yang baik dan menjauhi yang buruk, sebagaimana diajarkan dalam ayat tersebut. Keberhasilan dalam ujian kesabaran ini akan mengantarkan kita pada keberkahan dan ketenangan jiwa yang hakiki.
Memahami dan mengamalkan ajaran yang terkandung dalam Surah Ali Imran ayat 95, dengan penekanan pada kesabaran dalam memilih kebaikan dan menjauhi keburukan, adalah langkah penting menuju kehidupan yang lebih bermakna dan diridai Allah SWT.