Novel "Dear Nathan" karya Eross Candra telah berhasil mencuri perhatian banyak pembaca, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Kisahnya yang berlatar belakang persaingan antar geng sekolah, namun dibalut dengan romansa yang intens, menawarkan dinamika alur cerita yang memikat. Memahami alur cerita Dear Nathan berarti menyelami bagaimana dua karakter yang sangat berbeda, Nathan dan Salma, menemukan benang merah di tengah pusaran masalah dan idealisme masa muda.
Alur utama Dear Nathan dibuka dengan pengenalan tokoh Salma, seorang siswi baru yang mencoba beradaptasi dengan lingkungan SMA Garuda, yang terkenal keras dan dikuasai oleh geng-geng motor. Salma, yang cenderung kalem dan taat aturan, segera berhadapan dengan sosok antagonis sekaligus protagonis utama: Nathan. Nathan digambarkan sebagai sosok pemberontak, ketua geng ternama, dan seringkali terlibat masalah hukum di sekolah.
Pertemuan pertama mereka bukanlah pertemuan romantis biasa. Salma secara tidak sengaja terlibat dalam masalah yang disebabkan oleh teman-teman Nathan. Dari sinilah benih-benih ketertarikan mulai tumbuh, meskipun awalnya penuh gesekan. Nathan, yang terbiasa bersikap kasar, mendapati dirinya tertarik pada ketegasan dan kebaikan hati Salma yang kontras dengan dunianya.
Inti dari alur cerita ini terletak pada bagaimana Nathan berusaha keras untuk berubah demi Salma. Hubungan mereka diuji oleh berbagai faktor. Pertama, konflik internal Nathan sendiri yang harus bergulat antara loyalitas pada gengnya dan keinginan untuk menjadi sosok yang lebih baik. Kedua, penolakan dari lingkungan sekitar Salma yang menganggap Nathan berbahaya.
Bagian tengah cerita banyak mengeksplorasi upaya Nathan untuk membuktikan ketulusannya. Ia mulai menjauhi perkelahian dan berusaha menunjukkan sisi lembutnya hanya di depan Salma. Namun, masa lalu geng motornya selalu menghantui. Setiap kali ketenangan tercapai, selalu ada insiden yang memaksa Nathan kembali ke jurang pertempuran, yang pada akhirnya menciptakan kesalahpahaman besar antara dirinya dan Salma.
Alur Dear Nathan sangat efektif dalam menunjukkan evolusi karakter. Salma, yang awalnya takut, perlahan menjadi pendukung utama Nathan. Ia melihat potensi kebaikan di balik sikap keras Nathan. Momen-momen intim mereka, seringkali dalam bentuk surat atau percakapan rahasia, menjadi jangkar emosional cerita. Ini menunjukkan bahwa cinta sejati mampu tumbuh bahkan di tempat yang paling tidak terduga.
Konflik mencapai puncaknya ketika sebuah insiden besar terjadi, yang melibatkan salah satu anggota geng Nathan dan berujung pada konsekuensi serius. Situasi ini memaksa Nathan membuat pilihan sulit: kembali ke kehidupan lamanya demi melindungi orang yang dicintai, atau melepaskan segalanya demi masa depan bersama Salma. Ketegangan psikologis ini menjadi daya tarik utama bagi pembaca.
Resolusi dalam alur Dear Nathan tidak datang secara instan. Ini memerlukan pengorbanan besar dari kedua belah pihak. Nathan akhirnya memutuskan untuk meninggalkan gengnya secara permanen, menghadapi konsekuensi sosial dan pertemanan yang ia tinggalkan. Keputusan ini menunjukkan kedewasaan emosional yang ia raih berkat pengaruh Salma.
Akhir cerita memberikan rasa lega sekaligus harapan. Meskipun jalan mereka tidak akan pernah mulus karena trauma masa lalu, mereka memilih untuk menghadapinya bersama. Alur ini berhasil menyampaikan pesan kuat bahwa cinta bisa menjadi katalisator perubahan, asalkan ada kemauan tulus dari pihak yang ingin berubah. Bagi penggemar, alur ini terasa lengkap karena menggambarkan siklus emosi: dari benturan keras hingga penerimaan lembut.