Ketika berbicara mengenai "amandel di hidung," istilah medis yang lebih tepat adalah **adenoid**. Adenoid adalah jaringan limfoid yang terletak di bagian belakang rongga hidung, tepat di atas langit-langit lunak tenggorokan (nasofaring). Bersama dengan tonsil (amandel di tenggorokan bagian samping), adenoid merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh, berfungsi menangkap kuman dan virus yang masuk melalui hidung.
Namun, seperti amandel biasa, adenoid juga rentan mengalami peradangan dan pembengkakan (adenoiditis). Ketika adenoid membengkak, jaringan ini dapat menghalangi jalur udara normal yang menghubungkan hidung ke tenggorokan, inilah yang sering disalahartikan sebagai amandel yang tumbuh di area hidung.
Mengapa Adenoid Membesar? Penyebab Umum
Pembesaran adenoid umumnya terjadi pada anak-anak karena sistem kekebalan mereka sedang aktif berkembang. Namun, kondisi ini juga bisa dialami orang dewasa meskipun lebih jarang. Beberapa penyebab utama pembesaran adenoid meliputi:
- Infeksi Berulang: Paparan terhadap virus dan bakteri secara rutin, seperti flu biasa atau infeksi telinga, memaksa adenoid bekerja lebih keras, yang dapat menyebabkan pembengkakan kronis.
- Alergi Kronis: Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, atau bulu hewan dapat memicu peradangan berkelanjutan pada jaringan mukosa di sekitar adenoid.
- Faktor Lingkungan: Paparan polusi udara dalam jangka waktu lama juga dapat mengiritasi dan menyebabkan pembesaran.
- Refluks Laringofaringeal (LPR): Meskipun jarang dibahas, asam lambung yang naik hingga ke tenggorokan atas dapat menyebabkan iritasi kronis pada adenoid.
Gejala Khas Amandel di Hidung yang Membengkak
Gejala yang ditimbulkan oleh adenoid yang membesar sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama tidur. Karena posisi adenoid yang strategis, pembengkakan akan langsung memengaruhi pernapasan melalui hidung.
Gejala yang paling sering dilaporkan meliputi:
- Hidung Tersumbat Kronis: Kesulitan bernapas melalui hidung yang menyebabkan ketergantungan pada pernapasan mulut.
- Mendengkur (Snoring): Suara dengkuran keras saat tidur akibat penyempitan saluran napas.
- Sleep Apnea Obstruktif (OSA): Dalam kasus parah, pernapasan dapat berhenti sejenak saat tidur karena totalitas sumbatan.
- Infeksi Telinga Berulang: Adenoid yang membengkak dapat menekan saluran Eustachius (penghubung antara tenggorokan dan telinga tengah), menyebabkan penumpukan cairan dan infeksi telinga tengah (otitis media).
- Suara "Nasal" atau Sengau: Suara bicara terdengar seperti berbicara melalui hidung karena udara tidak bisa mengalir bebas.
Kapan Harus Mencari Bantuan Medis?
Jika gejala hidung tersumbat berlangsung lebih dari beberapa minggu, atau jika anak Anda sering terbangun karena kesulitan bernapas saat tidur, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan). Diagnosis biasanya melibatkan pemeriksaan fisik menggunakan endoskop kecil fleksibel yang dimasukkan melalui hidung atau sinar-X khusus.
Pilihan Penanganan Adenoid yang Membesar
Penanganan adenoid yang membengkak sangat bergantung pada tingkat keparahan gejala dan penyebab dasarnya. Untuk kasus ringan akibat infeksi sesaat, pengobatan mungkin hanya bersifat suportif.
1. Penanganan Non-Bedah
Jika pembengkakan disebabkan oleh alergi atau infeksi ringan, dokter mungkin merekomendasikan:
- Semprotan hidung kortikosteroid untuk mengurangi peradangan.
- Dekongestan (digunakan hati-hati dan dalam jangka pendek).
- Antihistamin jika alergi adalah pemicunya.
2. Tindakan Operasi (Adenoidektomi)
Jika pembesaran adenoid menyebabkan komplikasi serius seperti sleep apnea, infeksi telinga kronis yang mengancam pendengaran, atau gangguan pertumbuhan wajah akibat pernapasan mulut jangka panjang, operasi pengangkatan adenoid (adenoidektomi) mungkin diperlukan. Operasi ini sering dilakukan bersamaan dengan operasi tonsilektomi (pengangkatan amandel tenggorokan) jika kedua jaringan tersebut bermasalah. Prosedur ini umumnya cepat dan memiliki waktu pemulihan yang relatif singkat.
Meskipun adenoid memiliki peran dalam imunitas, tubuh biasanya dapat beradaptasi dengan baik setelah diangkat, karena jaringan limfoid lain tetap berfungsi melindungi tubuh.