Amandel, atau tonsil, adalah bagian dari sistem limfatik yang bertugas sebagai garda depan pertahanan tubuh terhadap infeksi yang masuk melalui mulut dan tenggorokan. Pembesaran amandel adalah kondisi umum, terutama pada anak-anak, namun seringkali menimbulkan kekhawatiran mengenai tingkat keparahannya. Untuk mengukur sejauh mana pembesaran terjadi, dokter menggunakan sistem klasifikasi berdasarkan ukuran relatif tonsil terhadap ruang orofaringeal (rongga tenggorokan). Dua kategori awal yang paling sering dibicarakan adalah Tonsil Grade 1 (T1) dan Tonsil Grade 2 (T2). Memahami perbedaan antara T1 dan T2 sangat penting untuk menentukan apakah pembesaran tersebut masih dalam batas normal atau memerlukan pemantauan lebih lanjut.
Sistem penilaian pembesaran amandel umumnya mengikuti skala yang ditetapkan secara klinis, di mana ukuran diukur berdasarkan persentase ruang tenggorokan yang ditutup oleh tonsil. Klasifikasi ini membantu dokter dan orang tua mendapatkan gambaran visual yang objektif mengenai kondisi tonsil pasien.
Tonsil T1 didefinisikan sebagai pembesaran amandel yang masih tergolong ringan. Pada klasifikasi ini, amandel terlihat sedikit membesar, namun tidak sampai menyentuh atau hampir menyentuh uvula (anak lidah) atau amandel yang berlawanan. Secara spesifik, Tonsil T1 menduduki kurang dari 25% hingga 50% dari ruang orofaringeal.
Pada kondisi T1, amandel masih relatif kecil. Pasien dengan amandel T1 biasanya tidak menunjukkan gejala signifikan, kecuali jika terjadi infeksi akut (tonsilitis). Amandel T1 seringkali dianggap sebagai ukuran normal atau pembesaran minimal yang tidak memerlukan intervensi medis invasif seperti operasi pengangkatan (tonsilektomi). Pemantauan rutin biasanya sudah cukup untuk memastikan ukurannya tidak berkembang menjadi grade yang lebih tinggi.
Tonsil T2 menunjukkan tingkat pembesaran yang lebih signifikan dibandingkan T1. Amandel pada grade ini sudah mulai terlihat lebih menonjol di dalam tenggorokan. Secara teknis, Tonsil T2 biasanya menempati antara 50% hingga 75% dari ruang tenggorokan. Dalam kondisi T2, tepi luar amandel mungkin mulai mendekati uvula, tetapi belum menyentuhnya secara penuh.
Meskipun belum dianggap sebagai obstruksi berat, pembesaran T2 seringkali menjadi titik di mana gejala mulai dirasakan. Gejala umum yang mungkin muncul termasuk sensasi mengganjal saat menelan, suara yang sedikit berubah (serak atau 'bengkak'), dan peningkatan risiko obstruksi jalan napas sesaat, terutama saat tidur atau saat sedang sakit. Jika pembesaran T2 disertai dengan infeksi berulang (tonsilitis kronis), dokter mungkin akan mulai mempertimbangkan evaluasi lebih lanjut mengenai opsi perawatan.
Perbedaan utama antara T1 dan T2 terletak pada persentase ruang orofaringeal yang diokupasi. Ini bukan sekadar masalah ukuran visual, tetapi berdampak langsung pada fungsi pernapasan dan menelan.
Penting untuk diingat bahwa klasifikasi ini adalah penilaian statis. Ukuran amandel dapat berubah drastis dalam hitungan jam ketika terjadi infeksi bakteri atau virus. Amandel yang tadinya T1 bisa membengkak menjadi T3 atau T4 saat tonsilitis akut terjadi. Oleh karena itu, penilaian oleh profesional medis sangat diperlukan, terutama jika pasien sering mengalami kesulitan menelan, nyeri tenggorokan berkepanjangan, atau gangguan tidur.
Untuk memberikan konteks lengkap, pembesaran amandel berlanjut hingga Grade 3 (T3) dan Grade 4 (T4). T3 terjadi ketika amandel mencapai 75% hingga 100% ruang tenggorokan, seringkali menyentuh uvula. Sementara T4 (disebut "kissing tonsils") adalah kondisi di mana kedua amandel bertemu di tengah, yang secara signifikan menghambat aliran udara dan hampir selalu memerlukan evaluasi bedah segera. Mengetahui bahwa T1 dan T2 adalah fase awal membantu dalam intervensi dini sebelum mencapai stadium obstruksi yang serius.