Amandel, atau tonsil, adalah sepasang jaringan limfoid yang terletak di bagian belakang tenggorokan. Fungsi utamanya adalah sebagai garis pertahanan pertama tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus yang masuk melalui mulut dan hidung. Namun, seiring waktu, tonsil seringkali mengalami pembesaran (hipertrofi) atau peradangan kronis (tonsilitis).
Dalam dunia medis, pembesaran amandel sering diklasifikasikan berdasarkan ukuran relatifnya terhadap ruang tenggorokan (orofaring). Klasifikasi ini sangat penting untuk menentukan apakah kondisi tersebut memerlukan pemantauan atau intervensi bedah, seperti tonsilektomi. Fokus utama dalam klasifikasi ini adalah pada tingkat oklusi atau penyumbatan yang ditimbulkan oleh ukuran amandel. Kita akan membahas secara spesifik mengenai Amandel T2 dan T3.
Visualisasi Sederhana Klasifikasi Amandel
Memahami Klasifikasi Amandel T2 dan T3
Klasifikasi ini didasarkan pada skala yang diukur oleh dokter THT berdasarkan persentase penyempitan saluran napas akibat pembesaran amandel.
Amandel T2 (Tonsil Grade 2)
Amandel T2 merujuk pada pembesaran yang signifikan namun belum mencapai tingkat parah. Secara umum, ini berarti amandel telah membesar hingga menempati antara 25% hingga 50% dari ruang orofaring (area antara kedua amandel).
Gejala Umum Amandel T2:
- Sering mengalami radang tenggorokan (tonsilitis) berulang, misalnya lebih dari 5 kali dalam setahun terakhir.
- Kadang-kadang terasa mengganggu saat menelan makanan padat.
- Suara mungkin terdengar sedikit sengau atau berat.
- Mendengkur ringan saat tidur, namun belum tentu disertai henti napas (apnea).
Pada tahap T2, penanganan konservatif seperti antibiotik (jika terinfeksi) dan manajemen gejala seringkali masih menjadi lini pertama, kecuali jika frekuensi infeksi sangat tinggi.
Amandel T3 (Tonsil Grade 3)
Amandel T3 menunjukkan pembesaran yang lebih serius, di mana tonsil telah membesar dan menempati sekitar 50% hingga 75% dari orofaring. Kondisi ini seringkali mulai menimbulkan masalah fungsional yang lebih jelas.
Gejala Khas Amandel T3:
- Gangguan menelan yang jelas terasa, menyebabkan kesulitan makan atau minum (disfagia).
- Mendengkur keras yang sangat sering terjadi.
- Risiko terjadinya Sleep Apnea Obstruktif (OSA) meningkat secara substansial, di mana pernapasan terhenti sementara saat tidur.
- Sering merasa tersedak atau tercekik saat makan.
Kondisi Amandel T3 seringkali menjadi indikasi kuat untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait gangguan tidur. Jika penyempitan melebihi 75% (yang diklasifikasikan sebagai T4), intervensi bedah hampir selalu direkomendasikan untuk mencegah komplikasi jangka panjang pada pernapasan dan jantung.
Kapan Harus Mempertimbangkan Tonsilektomi?
Keputusan untuk mengangkat amandel (tonsilektomi) tidak hanya didasarkan pada ukurannya (T2 atau T3) semata, tetapi juga pada dampak klinis yang ditimbulkannya. Kriteria umum untuk mempertimbangkan operasi meliputi:
- Infeksi Kronis: Tonsilitis yang sangat sering dan berulang, yang mengganggu aktivitas harian atau sekolah/pekerjaan.
- Gangguan Napas Tidur: Adanya Sleep Apnea yang terdiagnosis, bahkan pada ukuran T2 yang disertai gejala signifikan.
- Obstruksi Berat: Pada kasus T3 dan T4, di mana penyempitan jalan napas sangat mengkhawatirkan.
Penting untuk diingat bahwa tonsil yang membesar (T2 atau T3) tidak selalu berarti harus dioperasi. Dokter THT akan mengevaluasi riwayat kesehatan Anda secara menyeluruh, termasuk frekuensi infeksi, kualitas tidur, dan pemeriksaan fisik lainnya sebelum menyarankan prosedur pengangkatan amandel.
Penanganan Non-Bedah untuk T2 Ringan
Untuk amandel yang masih dalam kategori T2 dan belum menimbulkan gejala obstruksi parah, penanganan medis biasanya berfokus pada:
- Penggunaan obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) untuk mengurangi pembengkakan sementara.
- Menghindari pemicu iritasi seperti makanan pedas, terlalu dingin, atau asam.
- Pengobatan antibiotik yang tepat jika infeksi bakteri sedang aktif.
Pada beberapa anak, pembesaran amandel T2 bisa menyusut seiring bertambahnya usia, terutama setelah masa pertumbuhan pesat berakhir. Namun, jika pembesaran tetap ada dan mengganggu fungsi normal, konsultasi spesialis adalah langkah terbaik untuk menentukan prognosis jangka panjang.