Marmer, dengan keindahan alaminya yang mewah dan pola urat yang unik, telah menjadi pilihan utama dalam arsitektur dan desain interior selama berabad-abad. Namun, untuk menjaga atau memulihkan kejernihan serta kilap permukaannya, proses yang disebut **pengamplasan marmer** (atau *marble honing/polishing*) sangatlah krusial. Proses ini bukan sekadar membersihkan, melainkan menghilangkan lapisan tipis permukaan yang rusak, tergores, atau kusam akibat penggunaan, bahan kimia, atau kelembaban.
Permukaan marmer secara alami bersifat berpori dan relatif lunak dibandingkan batu alam lain seperti granit. Hal ini membuatnya rentan terhadap tiga masalah utama: goresan halus (terutama dari debu atau alas kaki), noda (akibat tumpahan cairan asam seperti cuka atau lemon), dan hilangnya kilau alami (dikenal sebagai 'kusam').
Pengamplasan efektif mengatasi semua masalah tersebut. Tujuannya adalah menciptakan permukaan yang rata kembali. Jika tujuannya hanya menghilangkan kilap untuk mendapatkan tampilan *matte* atau *honed*, grit yang digunakan akan lebih kasar. Namun, jika tujuannya adalah mengembalikan kilau *mirror-like* (super mengkilap), prosesnya harus melalui serangkaian tahapan amplas yang semakin halus.
Dalam dunia pengamplasan, ukuran kehalusan abrasif diukur dengan sistem 'Grit' (butiran). Semakin rendah angka grit, semakin kasar amplasnya, dan semakin banyak material yang akan dihilangkan. Sebaliknya, semakin tinggi angkanya, semakin halus hasilnya.
Untuk marmer, prosesnya harus bertahap. Berikut adalah panduan umum tahapan grit:
Pengamplasan marmer modern hampir selalu dilakukan menggunakan mesin khusus, baik itu mesin gerinda lantai kecepatan rendah atau mesin *floor buffer* berkecepatan tinggi (HPS - High-Speed Polisher) yang dilengkapi dengan *pad* abrasif berlian atau resin.
Metode ini paling umum digunakan oleh profesional. Air digunakan sebagai pelumas dan pendingin selama proses pengamplasan. Keuntungan utama adalah air membantu membersihkan debu marmer (bubuk silika) yang sangat berbahaya jika terhirup, sekaligus menjaga batu tetap dingin sehingga mengurangi risiko panas berlebih yang dapat menyebabkan retak mikro atau perubahan warna.
Meskipun kadang digunakan untuk finishing sangat akhir dengan grit tertinggi, pengamplasan kering sering dihindari pada tahap awal karena menghasilkan banyak debu. Penggunaan vakum industri yang kuat wajib menyertai metode kering untuk menjaga kualitas udara dan kebersihan area kerja.
Setelah proses pengamplasan marmer selesai dan permukaan telah mencapai tingkat kilau yang diinginkan, langkah selanjutnya yang tidak boleh dilewatkan adalah aplikasi *sealer* (pelapis pelindung). Marmer yang baru dipoles sangat rentan karena pori-porinya terbuka lebar setelah pengikisan lapisan atas.
Sealer berkualitas baik akan meresap ke dalam pori-pori batu, menciptakan penghalang terhadap penyerapan cairan. Ini memberikan waktu reaksi yang lebih lama jika terjadi tumpahan, sehingga noda tidak langsung menembus dan merusak keindahan batu yang telah susah payah Anda poles kembali. Perawatan rutin dan pengaplikasian ulang *sealer* adalah kunci untuk mempertahankan hasil pengamplasan marmer dalam jangka panjang.