Surah An Nahl, yang berarti "Lebah," adalah surah ke-16 dalam urutan Mushaf Al-Qur'an dan tergolong surah Makkiyah. Surah ini kaya akan ayat-ayat yang menjelaskan kebesaran Allah SWT melalui ciptaan-Nya di alam semesta, termasuk mukjizat lebah yang menghasilkan madu. Di tengah pembahasan tentang nikmat dan tanda-tanda keesaan Tuhan, terdapat ayat kunci yang menjadi pedoman hidup bagi setiap Muslim, yaitu Surah An Nahl ayat 64.
Ayat ini seringkali dikutip sebagai penegasan bahwa Al-Qur'an adalah sumber petunjuk yang detail dan jelas, diturunkan agar manusia dapat berpikir, merenung, dan mengambil pelajaran dari setiap firman-Nya. Memahami konteks dan makna ayat ini sangat penting untuk memperkuat keimanan dan panduan perilaku sehari-hari.
Ayat ini secara gamblang menegaskan fungsi utama diturunkannya Al-Qur'an, yaitu sebagai pembeda kebenaran dari kebatilan, serta sebagai sumber rahmat bagi orang-orang yang meyakininya.
Ayat 64 Surah An Nahl memuat tiga fungsi utama Al-Qur'an yang saling berkaitan erat, semuanya bermuara pada tujuan akhir yaitu keimanan yang benar:
Fungsi pertama yang ditekankan adalah "untuk menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu." Dalam konteks turunnya ayat ini, perselisihan tersebut merujuk pada perbedaan pendapat di kalangan Bani Israil atau masyarakat umum saat itu mengenai ajaran tauhid, kenabian, dan syariat. Nabi Muhammad ﷺ membawa kebenaran yang murni, dan Al-Qur'an hadir sebagai wasit penentu, memisahkan mana yang hak dan mana yang batil.
Dalam kehidupan modern, perselisihan ini tidak terbatas pada isu teologis semata. Al-Qur'an menjadi panduan dalam menyelesaikan konflik sosial, etika, ekonomi, dan hukum. Ketika umat Islam menghadapi keraguan atau perbedaan pandangan yang membingungkan, kembali kepada ayat-ayat Al-Qur'an dan Sunnah adalah cara untuk mendapatkan klarifikasi yang tidak mengandung bias hawa nafsu.
Fungsi kedua adalah sebagai "petunjuk." Hudan adalah konsep yang lebih luas daripada sekadar penjelasan. Petunjuk berarti memberikan arah jalan yang lurus (shiratal mustaqim) bagi kehidupan manusia secara menyeluruh. Ini mencakup panduan ibadah, tata krama, cara berinteraksi dengan sesama makhluk, hingga prinsip-prinsip moral tertinggi.
Petunjuk Al-Qur'an bersifat komprehensif, mencakup aspek ruhani dan jasmani. Tanpa petunjuk ini, manusia akan tersesat dalam kegelapan ketidaktahuan dan kesalahan. Kejelasan petunjuk inilah yang membedakan ajaran Islam dari ideologi lain.
Fungsi ketiga, yang melengkapi dua fungsi di atas, adalah sebagai "rahmat bagi orang-orang yang beriman." Rahmat di sini berarti kasih sayang dan anugerah terindah dari Allah SWT. Mengapa rahmat ini dikhususkan bagi orang yang beriman?
Karena hanya orang yang hatinya telah terikat oleh iman yang akan menerima dan mengamalkan petunjuk tersebut dengan tulus. Bagi mereka yang beriman, Al-Qur'an bukan hanya kumpulan teks hukum, melainkan sumber ketenangan jiwa, penghapus dosa, dan janji kebahagiaan abadi di akhirat. Rahmat ini termanifestasi dalam kemudahan memahami kebenaran dan kekuatan untuk istiqamah di jalan-Nya.
Bayangkan Al-Qur'an sebagai mercusuar di tengah lautan yang penuh badai perdebatan dan kesesatan. Ayat ini menggarisbawahi peran kitab suci tersebut sebagai pemandu utama.
Ayat ini bukan sekadar deskripsi historis tentang penurunan kitab suci, melainkan perintah untuk menjadikannya standar hidup. Bagi seorang Muslim, mengamalkan An Nahl 64 berarti:
Kesimpulannya, Surah An Nahl ayat 64 adalah deklarasi universal mengenai otoritas dan keunggulan Al-Qur'an. Ia adalah obat bagi kebingungan, peta bagi pejalan, dan sumber kasih sayang ilahi bagi jiwa-jiwa yang beriman.