Simbol keadilan dan kedamaian dalam ajaran Islam.
Surat An-Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan salah satu surat terpanjang dalam Al-Qur'an. Surat ini banyak membahas tentang hukum-hukum keluarga, hak-hak wanita, serta berbagai aspek sosial kemasyarakatan dalam Islam. Di antara ayat-ayatnya yang kaya makna, An Nisa ayat 93 memiliki kedudukan yang sangat penting, memberikan penekanan pada keadilan, pertanggungjawaban, dan keselamatan bagi seorang mukmin. Ayat ini seringkali dibahas dalam konteks bagaimana seorang mukmin harus bersikap terhadap orang lain, terutama dalam menghadapi perbedaan pandangan atau perlakuan.
Berikut adalah teks Arab dan terjemahan dari An Nisa ayat 93:
Ayat ini secara tegas menyatakan konsekuensi berat bagi siapapun yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja. Kata "mukmin" merujuk pada orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Tindakan "membunuh dengan sengaja" menunjukkan adanya niat dan kesadaran untuk menghilangkan nyawa.
Konsekuensi yang disebutkan sangat mengerikan:
Penting untuk dicatat bahwa ayat ini seringkali diikuti oleh ayat lain yang memberikan gambaran tentang kemungkinan pengampunan jika ada niat baik atau ada kebaikan yang dilakukan setelahnya, atau jika yang bersalah itu memiliki hubungan kekerabatan dengan korban, namun tetap ada tuntutan hukum di dunia. Namun, ancaman dalam ayat 93 tetap menjadi peringatan keras yang tidak bisa diremehkan.
An Nisa ayat 93 memberikan banyak pelajaran penting bagi kehidupan seorang mukmin:
Ayat ini menekankan betapa berharganya nyawa seorang mukmin di mata Allah. Membunuh seorang mukmin bukan hanya tindakan kriminal di dunia, tetapi juga dosa besar yang berujung pada murka dan laknat Allah. Ini mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga diri dari perbuatan yang dapat menyakiti, merugikan, apalagi menghilangkan nyawa sesama mukmin.
Ayat ini menjadi peringatan keras bagi mereka yang memiliki sifat tempramen, mudah marah, dan cenderung melakukan kekerasan. Islam sangat mengecam segala bentuk kekerasan yang tidak dibenarkan, terutama yang berujung pada hilangnya nyawa.
Ini adalah pengingat bahwa setiap perbuatan, sekecil apapun, akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Ancaman azab yang besar menunjukkan bahwa dosa membunuh seorang mukmin adalah dosa yang sangat besar dan memiliki konsekuensi spiritual yang sangat berat.
Meskipun ayat ini berbicara tentang konsekuensi akhirat, ia juga secara implisit mendukung tegaknya keadilan di dunia. Pelaksanaan hukum Islam yang adil terhadap pelaku pembunuhan adalah wujud penerapan ajaran Allah untuk menjaga ketertiban dan keselamatan masyarakat.
Bagi setiap mukmin, ayat ini menjadi bahan renungan untuk senantiasa mengintrospeksi diri. Apakah ada potensi dalam diri kita yang mengarah pada permusuhan atau kekerasan? Bagaimana kita bisa lebih sabar, lebih pemaaf, dan lebih menjaga lisan serta tindakan kita agar tidak menyakiti saudara seiman?
Dalam konteks sosial, An Nisa ayat 93 juga relevan ketika kita menghadapi perbedaan pendapat atau konflik dengan sesama. Meskipun perbedaan pandangan adalah hal yang wajar, namun permusuhan yang berujung pada kekerasan, apalagi fisik, adalah sesuatu yang sangat terlarang. Ajaran Islam menganjurkan penyelesaian masalah melalui dialog, musyawarah, dan pendekatan yang damai.
Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu memprioritaskan kedamaian, persaudaraan, dan saling menghormati antar sesama mukmin. Ketakwaan yang sesungguhnya tercermin dari kemampuan kita menjaga hak-hak sesama, termasuk hak atas keselamatan jiwa.
An Nisa ayat 93 merupakan ayat yang tegas dalam memberikan peringatan dan ancaman hukuman bagi pelaku pembunuhan terhadap mukmin. Namun, di balik ancaman tersebut, terkandung pesan mendalam tentang betapa mulianya kedudukan seorang mukmin dan pentingnya menjaga kesucian serta keselamatan jiwanya. Ayat ini mengajak kita untuk senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai keadilan, kedamaian, dan persaudaraan dalam ajaran Islam, serta takut kepada Allah atas setiap perbuatan yang kita lakukan.