Ilustrasi: Pentingnya waktu penyimpanan ASI perah.
Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi emas yang tak tertandingi, mengandung antibodi, sel hidup, dan komposisi gizi yang sempurna untuk pertumbuhan bayi. Bagi orang tua yang memutuskan untuk memerah dan menyimpan ASI, pertanyaan krusial yang sering muncul adalah: "Berapa lama ASI perah dapat bertahan aman jika diletakkan pada suhu ruangan?"
Jawaban atas pertanyaan ini tidak sekadar angka, melainkan melibatkan pemahaman mendalam tentang keamanan pangan, pertumbuhan mikroorganisme, dan bagaimana kondisi lingkungan—terutama suhu—mempengaruhi stabilitas biologis ASI. Memahami batasan waktu ini adalah langkah fundamental dalam memastikan bahwa bayi menerima ASI dengan kualitas gizi dan keamanan optimal.
Kesalahan dalam manajemen suhu dapat mengurangi efektivitas antibodi dan, yang lebih serius, memicu pertumbuhan bakteri berbahaya, mengubah makanan terbaik menjadi risiko kesehatan. Oleh karena itu, kita perlu merujuk pada pedoman penyimpanan yang ketat yang disarankan oleh lembaga kesehatan global dan lokal.
Secara umum, mayoritas organisasi kesehatan internasional, termasuk Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat, menyepakati batas waktu penyimpanan ASI segar yang baru diperah pada suhu ruangan. Pedoman standar yang paling sering dikutip merujuk pada **aturan 4 jam**.
ASI yang baru diperah dan diletakkan pada suhu ruangan (idealnya antara 16°C hingga 25°C) umumnya dianggap aman untuk digunakan selama **4 jam**. Batasan 4 jam ini adalah batas waktu yang konservatif dan dirancang untuk memberikan margin keamanan yang luas. Beberapa sumber terdahulu atau pedoman di lingkungan yang sangat bersih mungkin menyebutkan 6 hingga 8 jam, namun untuk praktik terbaik dan meminimalkan risiko, **4 jam adalah standar emas yang direkomendasikan**.
Penting untuk menggarisbawahi definisi dari "suhu ruangan." Suhu ruangan yang ideal untuk penyimpanan ASI adalah suhu yang sejuk, bukan suhu ruangan di iklim tropis yang panas tanpa pendingin udara. Jika ruangan sangat hangat—misalnya di atas 27°C—waktu amannya harus dikurangi secara signifikan, mungkin hanya menjadi 2 hingga 3 jam.
ASI segar adalah ASI yang baru dikeluarkan dari payudara. Setelah 4 jam berada di suhu ruangan (25°C atau lebih rendah), risiko pertumbuhan bakteri patogen mulai meningkat drastis, melebihi kemampuan sel-sel hidup dan antibodi dalam ASI untuk menanggulanginya.
Tidak seperti susu formula yang steril hingga dibuka, ASI mengandung bakteri komensal yang sehat, tetapi juga rentan terhadap kontaminasi dari lingkungan dan pertumbuhan mikroba yang ada di udara atau wadah. Komponen unik dalam ASI adalah kandungan leukosit (sel darah putih) dan antibodi (IgA sekretori) yang bertindak sebagai pengawet alami. Selama periode awal, komponen ini aktif melawan pertumbuhan bakteri. Namun, seiring berjalannya waktu dan meningkatnya suhu, efektivitas pelindung alami ini berkurang, dan pertumbuhan mikroba berbahaya seperti *Staphylococcus aureus* dan *E. coli* dapat berlipat ganda dengan cepat.
Pemahaman mengenai ketahanan ASI harus dibedakan berdasarkan statusnya. ASI yang baru diperah memiliki ketahanan yang berbeda dengan ASI yang sudah melalui proses pemanasan atau pencairan.
Ini adalah ASI yang paling tahan. Selama wadah penampung sudah disterilkan atau dibersihkan dengan benar, ASI ini memiliki waktu toleransi 4 jam pada suhu ruangan sejuk.
ASI yang telah beku kemudian dicairkan memiliki periode stabilitas yang jauh lebih pendek karena beberapa komponen pelindung (termasuk beberapa sel hidup) mungkin telah rusak selama proses pembekuan dan pencairan.
Ini adalah skenario paling berisiko. Ketika bayi minum langsung dari botol, terjadi kontak antara ASI dan mulut bayi (yang mengandung bakteri). Bakteri ini akan masuk ke dalam sisa ASI di botol.
Ketahanan ASI bukan hanya ditentukan oleh waktu, tetapi juga oleh berbagai variabel lingkungan dan biologis. Memahami variabel ini memungkinkan orang tua membuat keputusan yang lebih aman, terutama saat berada di luar rumah atau bepergian.
Ini adalah faktor terpenting. Suhu adalah pendorong utama pertumbuhan bakteri. Semakin tinggi suhu, semakin cepat bakteri berkembang biak, dan semakin pendek waktu amannya.
Kontaminasi sering terjadi pada saat proses perah atau penyimpanan. Jika botol atau kantong penyimpanan tidak dibersihkan dan dikeringkan dengan benar, mikroba yang tersisa akan mempercepat kerusakan ASI, mengurangi waktu ketahanan 4 jam menjadi lebih singkat.
ASI tidak statis; komposisinya berubah. ASI yang diperah dari ibu bayi prematur (ASI preterm) cenderung memiliki kadar antibodi dan sel hidup yang lebih tinggi dibandingkan ASI bayi cukup bulan. Meskipun hal ini memberikan perlindungan alami yang lebih baik, pedoman waktu penyimpanan tetap harus diikuti secara ketat.
Bayi baru lahir (neonatus) dan terutama bayi prematur memiliki sistem kekebalan yang belum matang dan lebih rentan terhadap infeksi bakteri. Untuk kelompok bayi ini, pedoman penyimpanan harus diterapkan dengan sangat ketat (lebih konservatif), bahkan mungkin mengurangi batas 4 jam menjadi 3 jam sebagai tindakan pencegahan ekstra.
Ilustrasi: Kontrol suhu adalah kunci keamanan penyimpanan.
Durasi penyimpanan yang aman di suhu ruangan sangat bergantung pada bagaimana ASI tersebut ditangani sejak awal. Mengikuti protokol kebersihan yang ketat dapat memaksimalkan masa simpan dan meminimalkan risiko kontaminasi.
Kebersihan tangan adalah garis pertahanan pertama. Sebelum memerah, ibu harus mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setidaknya selama 20 detik. Penggunaan pompa yang bersih dan terawat juga esensial.
Jika Anda tahu bahwa ASI akan segera digunakan, penyimpanan di suhu ruangan selama 4 jam adalah pilihan yang praktis. Namun, jika ada keraguan mengenai kapan bayi akan minum, pindahkan ASI ke lemari pendingin segera setelah diperah. Transisi ini harus dilakukan secepat mungkin.
Penting: ASI yang disimpan di kulkas (4°C atau lebih rendah) memiliki batas waktu 4 hari. Jika Anda menyimpannya sebentar di suhu ruangan (misalnya 1 jam), kemudian memindahkannya ke kulkas, total waktu di luar kulkas (1 jam) harus dipertimbangkan. Waktu yang sudah berlalu tidak bisa diulang.
Perlu dicatat bahwa pedoman dapat sedikit berbeda berdasarkan institusi, meskipun inti aturannya tetap sama:
| Institusi/Area | Suhu Ruangan (Maksimal) | Catatan Khusus |
|---|---|---|
| CDC (Amerika Serikat) | 4 jam (pada 25°C atau lebih rendah) | Menganjurkan 4 jam sebagai batas paling aman dan konservatif. |
| NHS (Inggris) | Hingga 6 jam | Sering merekomendasikan 6 jam jika suhu di bawah 25°C, namun banyak profesional kesehatan kini beralih ke 4 jam. |
| La Leche League International (LLLI) | 6 hingga 8 jam | Mengakui bahwa penelitian menunjukkan ASI dapat aman hingga 6-8 jam, tetapi tetap menekankan pentingnya suhu lingkungan yang sejuk. |
Dalam situasi praktis, **mengikuti batas waktu 4 jam** adalah tindakan yang paling bertanggung jawab dan meminimalkan keraguan risiko kesehatan.
Masalah penyimpanan ASI pada suhu ruangan tidak hanya berfokus pada risiko pertumbuhan bakteri, tetapi juga pada penurunan kualitas nutrisi. ASI adalah zat hidup. Paparan panas, meskipun tidak mencapai titik pasteurisasi, dapat merusak komponen-komponen pentingnya.
ASI kaya akan sel-sel hidup seperti leukosit dan makrofag, yang penting untuk kekebalan bayi. Selain itu, ASI mengandung enzim lipase yang membantu pencernaan lemak. Paparan suhu ruangan yang berkepanjangan dapat:
Oleh karena itu, jika Anda ingin mempertahankan sebanyak mungkin sifat bioaktif ASI, **semakin cepat didinginkan atau dibekukan, semakin baik**.
Penelitian telah memonitor pertumbuhan bakteri dalam ASI pada suhu ruangan. Pada suhu 27°C, pertumbuhan bakteri dimulai lebih cepat dan mencapai tingkat berbahaya dalam 4 jam. Pada suhu 15°C, pertumbuhan bakteri melambat secara signifikan, sehingga margin keamanan meningkat.
Namun, dalam kehidupan sehari-hari, jarang sekali orang tua memiliki kontrol suhu 100% yang presisi. Fluktuasi suhu di ruangan yang sama bisa terjadi, misalnya jika terkena sinar matahari atau dekat jendela. Oleh karena itu, batasan 4 jam berfungsi sebagai batas waktu yang ketat, mengakui adanya variasi suhu harian dan lingkungan.
Perluasan dan pengulangan poin ini sangat penting: Ketika ASI disimpan di suhu ruangan, meskipun pertumbuhan bakteri berbahaya mungkin belum mencapai tingkat kritis pada jam keempat, viabilitas sel-sel imun sudah mulai menurun drastis. Ini berarti perlindungan yang ditawarkan ASI mulai terkompromi. Kita tidak hanya ingin ASI *aman*, kita ingin ASI *berkualitas*.
Jika kita mempertimbangkan ASI sebagai obat hidup yang kaya akan faktor bioaktif, setiap jam yang dihabiskan pada suhu ruangan adalah pengurangan efektivitas. Pikirkan antibodi dan sel-sel hidup sebagai tentara pelindung; tentara ini lebih efektif di lingkungan yang dingin (kulkas atau freezer) dibandingkan saat terpapar panas ruangan yang fluktuatif.
Bagi ibu pekerja yang memerah ASI di kantor atau ibu yang bepergian, manajemen suhu adalah tantangan terbesar. ASI yang diperah di tempat kerja sebaiknya segera dimasukkan ke dalam *cooler bag* dengan *ice pack* beku. *Cooler bag* berkualitas baik dapat mempertahankan ASI pada suhu kulkas (sekitar 4°C) selama 24 jam. Dalam skenario ini, ASI tidak dianggap berada pada "suhu ruangan," melainkan dalam "suhu pendingin portabel."
Mengandalkan batas 4 jam suhu ruangan hanya direkomendasikan jika Anda yakin akan segera memberikan ASI kepada bayi dalam waktu tersebut, misalnya, perjalanan singkat dari rumah ke penitipan anak atau dari kantor ke rumah yang memakan waktu kurang dari 4 jam, dan selama tas atau wadah penyimpanan tidak terpapar langsung oleh panas eksternal.
Pengulangan penting: **Jangan pernah menggunakan batas 4 jam jika ASI disimpan di dalam mobil panas**; suhu di dalam mobil dapat mencapai 40°C dalam hitungan menit, mengharuskan ASI dibuang dalam waktu kurang dari 1 jam.
Ada beberapa kesalahpahaman umum yang dapat menempatkan bayi pada risiko. Penting untuk membedakan fakta ilmiah dari mitos yang beredar di kalangan orang tua.
Fakta: ASI segar yang dingin (sudah didinginkan di kulkas selama minimal satu jam) boleh dicampur dengan ASI segar dari sesi perah yang berbeda. Namun, jangan pernah mencampur ASI hangat (baru diperah, suhu ruangan) dengan ASI dingin (dari kulkas) secara langsung. Hal ini dapat menghangatkan ASI dingin, meningkatkan suhu total, dan memicu pertumbuhan bakteri. Selalu dinginkan ASI segar terlebih dahulu sebelum mencampurkannya dengan stok lama.
Fakta: ASI yang berbau seperti sabun atau logam seringkali disebabkan oleh kandungan lipase tinggi yang memecah lemak terlalu cepat (lipase berlebih), bukan karena pembusukan bakteri. Ini disebut 'kelebihan lipase' dan ASI tersebut masih aman diminum oleh sebagian besar bayi. ASI yang benar-benar basi karena bakteri akan memiliki bau asam atau tengik yang jelas.
Fakta: Ini adalah risiko kontaminasi silang terbesar. Sisa ASI yang sudah kontak dengan air liur bayi harus dibuang setelah maksimal 1-2 jam. Menyimpan sisa tersebut di kulkas dapat mengontaminasi kulkas dan stok ASI lainnya, dan pertumbuhan bakteri yang dimulai di botol akan berlanjut, meskipun melambat.
Fakta: Ini benar karena komponen antibakteri yang unik. Susu formula yang sudah disiapkan harus dibuang setelah 1 jam di suhu ruangan. ASI bertahan lebih lama (4 jam), tetapi hal ini tidak berarti boleh dilonggarkan. Batas waktu untuk keduanya harus diikuti dengan ketat untuk menghindari risiko infeksi.
Kesadaran akan perbedaan antara kerusakan gizi dan keamanan bakteri adalah kunci. Menyimpan ASI di suhu ruangan memang mengurangi kualitas gizi, tetapi menyimpannya melebihi batas 4 jam (atau 2 jam di suhu panas) secara langsung mengancam kesehatan bayi melalui peningkatan risiko infeksi gastrointestinal.
Untuk mencapai durasi penyimpanan yang panjang dan aman, manajemen harus dilakukan secara bertahap, menghindari penyimpanan suhu ruangan kecuali benar-benar diperlukan segera.
Setiap kali ASI dipindahkan ke lingkungan yang lebih hangat dari sebelumnya, stabilitasnya mulai menurun lebih cepat. Misalnya, ASI yang dipindahkan dari kulkas ke suhu ruangan harus digunakan dalam 1 hingga 2 jam, terlepas dari berapa lama sisa waktu 4 hari kulkasnya.
Jangan menyimpan ASI di pintu kulkas. Pintu kulkas adalah area yang mengalami fluktuasi suhu paling besar setiap kali dibuka, yang dapat memengaruhi stabilitas. ASI harus disimpan di bagian belakang rak utama kulkas, di mana suhu paling konsisten dan dingin.
Detail ini mungkin terlihat kecil, tetapi dalam konteks penyimpanan yang panjang, konsistensi suhu sangat krusial. Fluktuasi suhu yang berulang, meskipun hanya beberapa derajat, dapat memecahkan membran lemak dan protein dalam ASI, mempercepat proses degradasi enzimatik dan mempersingkat masa aman penyimpanan.
Jika seorang ibu menyumbangkan ASI, standar keamanannya harus lebih tinggi dan lebih konservatif. ASI donor harus diproses dan dibekukan secepat mungkin setelah diperah. Dalam kasus donor ASI, waktu penyimpanan suhu ruangan harus diminimalkan, idealnya tidak lebih dari 1-2 jam, sebelum dipindahkan ke pendingin atau freezer untuk mempertahankan kualitas tertinggi demi keamanan penerima.
Keputusan untuk membuang ASI adalah hal yang sulit bagi orang tua, namun keselamatan bayi harus selalu menjadi prioritas utama. Jika Anda ragu, selalu buang ASI tersebut (If in doubt, throw it out).
Mengelola ASI perah adalah pekerjaan yang membutuhkan ketelitian layaknya di laboratorium. Setiap ibu adalah manajer bank ASI rumah tangga, dan pemahaman yang mendalam mengenai "ASI suhu ruangan tahan berapa jam" adalah pilar utama dari manajemen yang sukses dan aman.
Mengulang kembali poin inti: Batas waktu 4 jam adalah batas maksimal di lingkungan yang terkontrol. Jika Anda berada di lingkungan di mana suhu melebihi 25°C, batas tersebut harus dikurangi menjadi 2 jam. Mempertahankan margin keamanan, bahkan jika itu berarti membuang sedikit stok yang melewati batas waktu, adalah investasi dalam kesehatan jangka panjang bayi Anda. Protokol penyimpanan yang ketat ini adalah wujud nyata dari cinta dan dedikasi dalam memberikan nutrisi terbaik yang tersedia di dunia: Air Susu Ibu.
Pemahaman menyeluruh ini mencakup tidak hanya aspek mikrobiologis tetapi juga psikologis. Orang tua sering merasa bersalah jika harus membuang ASI, yang adalah usaha keras. Namun, rasa bersalah ini harus diimbangi dengan pengetahuan bahwa mencegah potensi penyakit akibat makanan adalah tanggung jawab yang jauh lebih besar. Dengan mengadopsi standar 4 jam yang konservatif, orang tua dapat merasa yakin bahwa mereka telah melakukan segala yang terbaik untuk menjaga kemurnian dan keamanan 'emas cair' tersebut.
Pada akhirnya, prinsip paling dasar yang harus dipegang teguh adalah konsistensi pendinginan. Setiap menit yang dihabiskan ASI di atas suhu kulkas (4°C) adalah menit di mana perlindungan alaminya melemah dan potensi bahaya meningkat. Batas 4 jam pada suhu ruangan adalah pengecualian yang diizinkan untuk kemudahan logistik, bukan praktik penyimpanan standar. Penyimpanan standar harus selalu mengarah pada pendinginan segera, diikuti pembekuan jika diperlukan penyimpanan jangka panjang.
Jika Anda memerah ASI pukul 08.00 pagi, maka batas waktu aman mutlak di suhu ruangan adalah 12.00 siang. Jika suhu lingkungan meningkat menjadi 28°C di tengah hari, batas tersebut secara otomatis ditarik mundur menjadi 10.00 pagi. Ini adalah pertimbangan dinamis yang harus dilakukan orang tua setiap hari.
Meskipun ASI memiliki sifat antibakteri yang superior dibandingkan susu formula, ASI juga merupakan media nutrisi yang sempurna, yang berarti ia juga merupakan media yang sempurna bagi pertumbuhan bakteri patogen setelah efek perlindungan alaminya hilang. Menjaga suhu tetap rendah adalah cara paling efektif untuk menonaktifkan pertumbuhan bakteri sambil mempertahankan komponen nutrisi penting lainnya yang sensitif terhadap panas. Penggunaan *ice pack* dan *cooler bag* dalam perjalanan harus dianggap wajib, bukan opsional, karena ia memindahkan ASI dari kategori "suhu ruangan" ke kategori "pendinginan," yang memberikan margin waktu keamanan hingga 24 jam.
Pengetahuan tentang waktu ketahanan ASI di suhu ruangan adalah alat pemberdayaan. Ini menghilangkan dugaan dan menggantinya dengan pedoman berbasis sains yang terbukti melindungi kesehatan bayi. Jangan pernah mengambil risiko dengan ASI perah; selalu pilih opsi yang paling konservatif dan aman.
Ibu bekerja menghadapi tantangan unik dalam menjaga keamanan ASI perah. Pemahaman yang mendalam tentang batas 4 jam di suhu ruangan memungkinkan mereka merencanakan jadwal perah dan penyimpanan mereka. Misalnya, seorang ibu yang memerah pada jam 10 pagi, dan memiliki jam makan siang pukul 12 siang, memiliki opsi untuk meninggalkan ASI tersebut di atas meja (asumsi suhu ruangan kantor sejuk) dan memberikannya saat makan siang, karena hanya berselang 2 jam. Namun, jika sesi perah dilakukan pukul 2 siang dan ia baru pulang pukul 5 sore (3 jam kemudian), sangat dianjurkan untuk segera memasukkan ASI tersebut ke dalam kulkas kantor atau *cooler bag*.
Mengadvokasi tempat kerja untuk menyediakan fasilitas kulkas yang layak, terpisah dari makanan karyawan, adalah langkah penting. Kulkas khusus untuk ASI memastikan bahwa stok berharga tersebut tidak mengalami fluktuasi suhu yang disebabkan oleh lalu lintas buka-tutup yang sering dari karyawan lain. Kepatuhan terhadap batas waktu suhu ruangan secara langsung berkaitan dengan infrastruktur pendukung yang tersedia bagi ibu menyusui.
Seringkali, orang tua mengandalkan indra penciuman untuk menentukan keamanan makanan. ASI segar memiliki aroma yang manis dan lembut. Jika ASI telah berada di suhu ruangan mendekati batas 4 jam, perubahan aroma mungkin mulai terdeteksi. Namun, jangan mengandalkan aroma sebagai satu-satunya indikator keamanan. Bakteri patogen berbahaya (yang menyebabkan penyakit) seringkali tidak menghasilkan bau atau rasa yang signifikan sampai mereka mencapai konsentrasi sangat tinggi. Oleh karena itu, **waktu** harus selalu diutamakan di atas indra. Jika waktu sudah terlampaui, meskipun ASI tampak dan berbau normal, risiko mikrobiologis tetap tinggi dan harus dibuang.
Perubahan warna ASI (misalnya, menjadi sedikit kehijauan atau merah muda) umumnya disebabkan oleh diet ibu atau adanya darah (yang harus dikonsultasikan dengan profesional kesehatan). Namun, jika perubahan warna ini disertai dengan waktu penyimpanan yang terlalu lama di suhu ruangan, ini adalah tanda yang tidak dapat diabaikan.
Salah satu strategi terbaik untuk memperpanjang usia penyimpanan ASI adalah dengan proses pendinginan cepat setelah perah. Setelah 4 jam di suhu ruangan berakhir, pertumbuhan bakteri akan meningkat dua kali lipat setiap 20 menit pada suhu hangat. Untuk menghentikan proses ini secepat mungkin, jika ASI tidak langsung dimasukkan ke kulkas besar, pertimbangkan menggunakan wadah es atau bak air dingin (ice bath) untuk mendinginkan botol sebelum dipindahkan ke kulkas. Pendinginan yang cepat membantu melestarikan komponen bioaktif ASI. Ini adalah tindakan proaktif yang mengurangi durasi paparan ASI terhadap suhu ideal pertumbuhan mikroba.
Penting untuk selalu mengingat hierarki penyimpanan. Suhu ruangan adalah pilihan yang paling tidak aman dan paling singkat. Kulkas memberikan perlindungan sedang. Freezer memberikan perlindungan terbaik untuk jangka panjang. Setiap keputusan penyimpanan ASI harus dimulai dengan pertanyaan: "Bisakah saya mendinginkannya sekarang?" Jika jawabannya ya, maka lakukanlah, dan hindari penggunaan batas 4 jam suhu ruangan.
Pengulangan detail spesifik ini bertujuan untuk menanamkan kepatuhan yang ketat terhadap protokol waktu. Waktu 4 jam tidak dapat diubah-ubah. Ini adalah batas yang didukung oleh penelitian mikrobiologi yang bertujuan untuk melindungi sistem pencernaan bayi yang sensitif. Mengelola ASI perah adalah salah satu tanggung jawab terpenting bagi orang tua yang bekerja dan ini memerlukan disiplin ilmu yang tinggi terhadap suhu dan waktu.
Kita kembali pada inti dari kekhawatiran orang tua: kekhawatiran akan pemborosan. Namun, risiko membuang ASI yang mahal dan berharga harus selalu dibandingkan dengan potensi biaya pengobatan dan penderitaan bayi akibat infeksi bakteri. Ketika waktu batas 4 jam telah berlalu, fokus harus beralih dari 'nilai nutrisi yang hilang' menjadi 'risiko infeksi yang didapat'. Keamanan selalu menang. Dalam konteks iklim tropis seperti Indonesia, di mana suhu ruangan rata-rata seringkali melebihi 28°C, batasan 4 jam ini harus diperlakukan sebagai pedoman yang sangat longgar, dan 2 jam harus menjadi standar keamanan praktis.
Penggunaan *cool pack* yang sudah dicairkan atau tidak sepenuhnya beku juga merupakan kesalahan umum. *Cool pack* harus benar-benar beku padat untuk efektif menjaga suhu ASI di bawah 15°C selama beberapa jam. Jika *cool pack* mulai mencair, hitungan waktu 4 jam suhu ruangan harus segera dimulai. Jangan pernah berasumsi bahwa ASI masih aman hanya karena botol terasa "agak dingin." Pengukuran suhu yang akurat, atau minimal, kepatuhan konservatif terhadap waktu adalah tindakan paling aman.
Setiap wadah ASI harus diperlakukan sebagai unit terpisah dengan riwayat waktunya sendiri. Jika Anda mencampur dua porsi ASI yang berbeda (setelah didinginkan), waktu penyimpanan yang berlaku adalah waktu dari porsi ASI yang lebih lama atau lebih tua. Prinsip ini, yang dikenal sebagai 'First In, First Out (FIFO)' atau 'yang tertua keluar duluan', berlaku tidak hanya untuk tanggal pembekuan tetapi juga untuk durasi penyimpanan suhu ruangan.
Memahami bagaimana sel-sel kekebalan dalam ASI bekerja pada suhu yang berbeda adalah kunci. Sel-sel ini, terutama leukosit dan sel darah putih, mati dengan cepat pada suhu tubuh (37°C) atau suhu ruangan hangat. Fungsi kekebalan ASI jauh lebih baik dipertahankan pada suhu kulkas. Inilah sebabnya mengapa ASI yang disimpan di kulkas, meskipun kehilangan beberapa nutrisi dari waktu ke waktu, tetap lebih aman dan lebih bergizi daripada ASI yang ditinggalkan di meja selama 8 jam.
Terakhir, edukasi berkelanjutan sangat penting. Pedoman penyimpanan ASI telah disempurnakan selama bertahun-tahun seiring munculnya data ilmiah baru. Orang tua harus rutin memeriksa panduan dari lembaga kesehatan tepercaya. Dalam setiap skenario, entah itu di rumah, di tempat kerja, atau saat bepergian, kepatuhan pada batas waktu 4 jam (atau 2 jam jika panas) di suhu ruangan adalah jaminan terbaik untuk memberikan ASI yang tidak hanya bergizi, tetapi juga bebas dari risiko patogen.