Mendalami Bacaan Tahiyat Akhir dalam Perspektif Fiqih Nahdlatul Ulama (NU)

Tahiyat akhir adalah salah satu rukun terpenting dalam shalat yang menentukan keabsahan ibadah. Bagi warga Nahdlatul Ulama (NU), panduan pelaksanaan shalat, termasuk tahiyat akhir, secara fundamental merujuk pada kerangka Madzhab Syafi'i, yang dikenal sangat memperhatikan detail, tertib, dan tuma’ninah.

Artikel komprehensif ini akan mengupas tuntas segala aspek mengenai bacaan tahiyat akhir, mulai dari kedudukannya sebagai rukun, rincian lafadz yang wajib dan sunnah, tata cara duduk, hingga makna spiritual yang terkandung di dalamnya. Pemahaman mendalam ini sangat esensial agar ibadah shalat kita sesuai dengan tuntunan para ulama salafus shalih dan mencapai kesempurnaan.


Ilustrasi Duduk Tawarruk Ilustrasi posisi duduk Tawarruk dalam shalat.

I. Kedudukan dan Klasifikasi Fiqih Tahiyat Akhir

Dalam Madzhab Syafi’i, yang menjadi landasan utama fiqih NU, shalat didirikan atas beberapa rukun (pilar) yang apabila ditinggalkan, baik sengaja maupun lupa, maka shalat tersebut batal. Tahiyat akhir memegang peranan vital yang terbagi menjadi beberapa elemen rukun dan sunnah yang sangat ditekankan (Sunnah Ab'adh).

1. Tahiyat Akhir Sebagai Rukun Qauli dan Fi'li

Tahiyat akhir mencakup dua jenis rukun shalat:

  1. Rukun Qauli (Ucapan): Ini adalah bagian bacaan yang wajib dilafalkan. Bagian rukun qauli dari tahiyat akhir adalah Tasyahud (atau Attahiyat) dan Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW setelah tasyahud. Tanpa lafadz ini, shalat tidak sah.
  2. Rukun Fi'li (Gerakan): Yaitu duduk yang dilakukan sebelum salam. Duduk ini dikenal sebagai Duduk Tawarruk (untuk tahiyat akhir) atau Duduk Tawarruk (bagi imam atau orang yang shalat sendiri, sementara makmum tawarruk di tahiyat akhir).

2. Perbedaan Rukun Tahiyat Awal dan Akhir

Perbedaan krusial yang dipegang Madzhab Syafi'i terletak pada kewajiban shalawat:

Catatan Tuma’ninah: Sebagaimana rukun fi’li lainnya, duduk tahiyat akhir wajib disertai tuma’ninah (berhenti sejenak hingga anggota tubuh tenang) sepanjang pembacaan rukun qauli tersebut.

II. Rincian Bacaan Rukun Tahiyat Akhir (Tasyahud)

Lafadz tahiyat yang paling sempurna dan dianjurkan adalah yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Abbas dan riwayat Imam Malik. Madzhab Syafi'i menekankan pentingnya melafalkan setiap huruf dan tasydid dengan benar. Berikut adalah rincian bacaan rukun qauli yang wajib dilafalkan dalam tahiyat akhir.

1. Lafadz Attahiyat (Rukun Qauli Pertama)

Bagian pertama ini adalah lafadz minimal yang harus diucapkan agar tasyahud sah. Lafadz ini mencakup pujian, penghormatan kepada Nabi, dan persaksian tauhid dan risalah.

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
At-tahiyyaatul mubaarokaatus sholawaatuth thoyyibaatu lillaah. Assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna muhammadar rosuulullaah.

Artinya: Segala penghormatan, keberkahan, shalawat, kebaikan adalah milik Allah. Salam sejahtera atasmu wahai Nabi, demikian pula rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Salam sejahtera atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Pentingnya Tasydid dalam Lafadz Attahiyat

Dalam madzhab Syafi'i, kesalahan dalam melafalkan tasydid (penekanan huruf) yang menyebabkan perubahan makna dapat membatalkan shalat. Terdapat empat belas tasydid yang wajib dijaga dalam lafadz tasyahud ini. Contohnya, tasydid pada: At-tahiyyaat, Al-mubaarokaat, As-sholawaat, Ath-thoyyibaat, dan tasydid pada Illaallaah dan Anna Muhammadar Rosuulullaah. Kesalahan fatal seperti menghilangkan tasydid pada 'anniyyu' (Anna) dapat mengubah status pengakuan menjadi pertanyaan.

2. Shalawat kepada Nabi (Rukun Qauli Kedua)

Setelah tasyahud, wajib hukumnya membaca shalawat yang dikenal sebagai Shalawat Ibrahimiyah. Bagian wajib dari shalawat ini hanyalah Allahumma shalli ‘ala Muhammad. Namun, sunnahnya adalah melafalkan shalawat lengkap sebagaimana yang diajarkan dalam Madzhab Syafi'i.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shollaita ‘alaa Ibraahiim, wa ‘alaa aali Ibraahiim. Wa baarik ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa baarokta ‘alaa Ibraahiim, wa ‘alaa aali Ibraahiim. Fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid.

Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan juga kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan juga kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

Dalam pandangan fiqih NU (Syafi'i), jika seseorang hanya membaca Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad, maka rukunnya sudah sah. Namun, dia kehilangan kesempurnaan dan pahala Sunnah Ab'adh dari keseluruhan Shalawat Ibrahimiyah tersebut. Pembacaan lengkap sangat dianjurkan karena menjadi puncak doa dalam shalat sebelum salam.


III. Tata Cara Duduk dan Isyarat Jari (Duduk Tawarruk)

Tahiyat akhir tidak hanya tentang bacaan, tetapi juga tentang posisi tubuh (rukun fi’li). Madzhab Syafi'i sangat membedakan tata cara duduk antara tahiyat awal dan akhir. Duduk tahiyat akhir disebut Tawarruk.

1. Penjelasan Duduk Tawarruk

Duduk Tawarruk (mengeluarkan) adalah posisi duduk di mana:

  1. Kaki kiri dikeluarkan dari bawah pantat menuju sisi kanan.
  2. Pantat diletakkan langsung di lantai (atau alas shalat).
  3. Kaki kanan ditegakkan atau dimiringkan, dengan jari-jari kaki kanan tetap menghadap kiblat.

Posisi ini memberikan kekokohan dan stabilitas yang lebih, sering ditafsirkan sebagai bentuk akhir dari ibadah sebelum penutup, memungkinkan fokus pada doa perlindungan dan salam.

2. Hukum dan Tata Cara Isyarat Jari (Tasbih)

Saat melafalkan tasyahud, disunnahkan mengangkat jari telunjuk kanan sebagai isyarat tauhid (persaksian keesaan Allah). Ada perincian mendalam dalam Madzhab Syafi'i terkait isyarat ini:

A. Awal Pengangkatan (Raf'u)

Jari telunjuk mulai diangkat pada lafadz Illaallaah (إِلاَّ اللَّهُ) dalam kalimat persaksian Asyhadu an laa ilaaha illallaah. Sebelum kata ini, jari harus tetap dalam keadaan digenggam atau diletakkan di paha.

B. Posisi Jari

Saat mengangkat jari, posisi jari telunjuk harus tegak lurus mengarah ke kiblat. Jari-jari lainnya (kelingking, manis, tengah) digenggam, sementara ibu jari diletakkan di sisi jari telunjuk, seolah membentuk lingkaran (seperti angka 53 dalam huruf hijaiyah).

C. Batasan Gerakan (Tahrik)

Madzhab Syafi'i berpendapat bahwa jari telunjuk harus terus diisyaratkan (diangkat) hingga akhir bacaan tahiyat akhir (sampai selesai salam). Mengenai gerakan jari, ulama Syafi'iyyah memiliki pandangan hati-hati:

Intinya, bagi warga NU yang mengikuti Syafi'i, fokuslah pada pengangkatan yang tepat waktu (pada kata Illaallaah) dan menjaga jari tetap tegak lurus, menghindari gerakan bolak-balik yang tidak perlu.

IV. Doa-Doa Sunnah Setelah Tahiyat Akhir

Setelah selesai membaca Shalawat Ibrahimiyah yang merupakan rukun, disunnahkan untuk membaca doa perlindungan yang sangat kuat sebelum salam. Doa ini termasuk Sunnah Ab'adh (Sunnah yang sangat ditekankan dan jika ditinggalkan dianjurkan sujud sahwi).

1. Doa Perlindungan Empat Perkara

Doa yang paling utama adalah memohon perlindungan dari empat perkara, berdasarkan hadits dari Abu Hurairah. Doa ini mencakup perlindungan dari siksa neraka, siksa kubur, fitnah hidup dan mati, dan fitnah Dajjal.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Allaahumma inni a'uudzu bika min 'adzaabi jahannam, wa min 'adzaabil qobri, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal.

Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari keburukan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.

2. Pentingnya Memperpanjang Doa Setelah Tahiyat

Para ulama Syafi'i menganjurkan agar seseorang memperpanjang duduk tahiyat akhir ini dengan memperbanyak doa. Ini adalah waktu istijabah (waktu dikabulkannya doa). Selain doa di atas, seseorang boleh menambahkan doa-doa lain yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah, seperti doa memohon ampunan, rahmat, dan permohonan kebaikan dunia akhirat (misalnya, doa Rabbana atina fid dunya hasanah).

Namun, perlu diingat bahwa doa yang dibaca harus menggunakan lafadz berbahasa Arab yang terdapat dalam Al-Qur'an atau hadits. Berdoa dengan bahasa non-Arab (Indonesia, Jawa, dll.) di dalam shalat dapat membatalkan shalat, kecuali jika seseorang baru masuk Islam dan belum mampu hafal lafadz Arabnya.


V. Analisis Filosofis dan Makna Spiritual Tahiyat Akhir

Bacaan tahiyat akhir bukan sekadar rangkaian kata-kata wajib, melainkan dialog spiritual antara hamba dan Tuhannya, serta mengenang kembali peristiwa Mi’raj (perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW).

1. Attahiyat: Dialog di Hadapan Allah

Ketika membaca At-tahiyyaat (Segala penghormatan), kita sedang mempersembahkan segala bentuk ibadah tertinggi—baik ucapan, gerakan, maupun harta—hanya kepada Allah SWT. Riwayat menyebutkan bahwa lafadz ini adalah ucapan Nabi Muhammad SAW ketika naik ke langit saat Mi’raj, yang kemudian dibalas langsung oleh Allah SWT.

2. As-Salamu Alaika: Mengenang Nabi dan Solidaritas Umat

Setelah memuji Allah, tahiyat beralih kepada salam kepada Rasulullah SAW: Assalaamu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatullaahi wa barokaatuh. Salam ini menunjukkan kecintaan dan pengakuan terhadap risalah beliau. Meskipun Nabi telah wafat, salam ini diyakini sampai kepada beliau. Para ulama NU sangat menekankan kesadaran ini, bahwa dalam shalat kita sedang berinteraksi langsung dengan esensi ajaran Nabi.

Kemudian, salam berlanjut kepada diri sendiri dan seluruh hamba Allah yang shalih: Assalaamu 'alainaa wa 'alaa 'ibaadillaahish shoolihiin. Bagian ini menumbuhkan kesadaran kolektif (ukhuwah). Setiap Muslim, di manapun ia shalat, sedang mendoakan dirinya sendiri dan semua orang baik di dunia ini. Ini adalah manifestasi dari persatuan spiritual umat.

3. Syahadat: Puncak Pengakuan

Syahadat dalam tahiyat adalah pembaruan janji dan pengakuan. Pada titik ini, isyarat jari diangkat, menegaskan keesaan Allah dan kerasulan Muhammad SAW. Momen ini seharusnya menjadi puncak kekhusyukan, di mana seluruh hati, pikiran, dan tubuh tunduk pada persaksian tersebut.

4. Shalawat Ibrahimiyah: Ikatan Sejarah Kenabian

Shalawat Ibrahimiyah adalah penghormatan tertinggi, menyamakan shalawat yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW dengan yang telah diberikan kepada Nabi Ibrahim AS. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah puncak dari seluruh rantai kenabian. Lafadz ini adalah doa universal yang menyatukan semua nabi dan rasul dalam satu rangkaian rahmat ilahi.


VI. Hukum Fiqih Khusus dan Permasalahan dalam Tahiyat Akhir

Madzhab Syafi'i memberikan panduan yang sangat rinci mengenai apa yang terjadi jika ada kekhilafan atau keraguan saat pelaksanaan tahiyat akhir.

1. Kasus Lupa Bacaan atau Rukun (Sujud Sahwi)

Sujud Sahwi disyariatkan karena tiga hal: meninggalkan Sunnah Ab'adh, melakukan hal yang dilarang/makruh, atau ragu-ragu dalam jumlah rakaat/rukun.

2. Batasan Lafadz Minimal (Mujzi')

Meskipun lafadz sempurna sangat dianjurkan, Madzhab Syafi'i menetapkan batas minimal (mujzi') dari tahiyat akhir agar shalat tetap sah:

3. Perbedaan Lafadz Tahiyat Akhir pada Mazhab Lain

Warga NU umumnya dianjurkan konsisten dengan lafadz yang diikuti Madzhab Syafi'i. Penting diketahui bahwa mazhab lain (misalnya Hanafi, Maliki, Hanbali) memiliki sedikit variasi dalam lafadz tasyahud dan dalam penetapan rukun serta sunnahnya. NU menekankan lafadz yang mencakup al-mubaarokaat dan ath-thoyyibaat seperti yang dicontohkan di atas.

VII. Panduan Mendalam Menggapai Khusyuk dalam Tahiyat Akhir

Khusyuk adalah ruh shalat. Tahiyat akhir adalah penutup ibadah yang seharusnya dipenuhi dengan kesadaran penuh akan makna setiap kata. Berikut adalah strategi untuk meningkatkan khusyuk saat tahiyat akhir, yang sangat ditekankan oleh ulama tasawuf NU:

1. Memaknai Isyarat Jari (Siroh Al-Harakat)

Saat mengangkat jari telunjuk pada lafadz Illaallaah, fokuskan hati pada keesaan Allah. Jari yang terangkat itu menjadi simbol visual bahwa tiada sekutu bagi Allah. Rasakan getaran tauhid tersebut mengalir dari hati hingga ke ujung jari.

2. Meresapi Dialog Salam (Munajat)

Ketika mengucapkan salam kepada Nabi (Assalaamu 'alaika...), bayangkan dan rasakan kehadiran spiritual beliau. Ketika mengucapkan salam kepada diri sendiri dan hamba shalih (Assalaamu 'alainaa...), hadirkan dalam hati niat untuk menjadi bagian dari hamba-hamba yang shalih tersebut. Ini meningkatkan fokus dari ibadah individu menjadi ibadah komunal.

3. Intensi dalam Shalawat Ibrahimiyah

Shalawat adalah ibadah yang pasti diterima. Saat membaca Shalawat Ibrahimiyah, sadari bahwa kita sedang memohon rahmat dan keberkahan dari Allah untuk kekasih-Nya, Nabi Muhammad SAW. Ini adalah momen untuk memohon syafaat dan mendekatkan diri kepada Rasulullah.

4. Memperpanjang Doa Perlindungan

Waktu antara tasyahud akhir dan salam adalah waktu yang mustajab. Dengan membaca doa perlindungan dari empat perkara, kita tidak hanya melafalkan kata-kata, tetapi sungguh-sungguh memohon kepada Allah agar dijauhkan dari segala macam kesengsaraan, baik di dunia maupun di akhirat. Duduk tawarruk yang stabil membantu menjaga ketenangan dan fokus saat memanjatkan doa.

VIII. Fiqih Bahasa dan Pelafalan yang Tepat

Kesempurnaan shalat dalam Madzhab Syafi'i sangat bergantung pada ketepatan pelafalan (makharijul huruf dan tajwid). Ini penting untuk dipelajari oleh setiap Muslim, khususnya yang mengikuti panduan fiqih NU.

1. Pentingnya Pelafalan Huruf Hijaiyah

Ada beberapa huruf dalam tasyahud yang sering keliru dilafalkan:

Pelafalan yang sempurna memastikan makna doa tidak berubah. Misalnya, jika seseorang membaca Assalamun 'alaika (salamun, tanpa alif lam), ia telah merubah makna yang dimaksud dan mengurangi kesempurnaan rukun shalat.

2. Menjaga Waqaf dan Washal (Berhenti dan Menyambung)

Saat membaca tahiyat akhir, disunnahkan untuk membaca secara tartil (perlahan) dan menjaga tempat berhenti (waqaf). Meskipun tahiyat adalah satu rukun qauli, boleh berhenti sejenak setelah lillaah, setelah barokaatuh, dan setelah shoolihiin, untuk mengambil nafas dan meresapi makna. Namun, saat bersyahadat, idealnya syahadat pertama (an laa ilaaha illallaah) dan syahadat kedua (anna Muhammadan Rasulullah) disambung, untuk menunjukkan kebersatuan dua kalimat tersebut.

IX. Peran Bacaan Tahiyat Akhir dalam Menentukan Penutup Shalat

Tahiyat akhir bukan hanya rukun sebelum salam, tetapi persiapan menuju penutup shalat yang sempurna.

1. Persiapan Menuju Salam

Setelah selesai tahiyat dan doa-doa sunnah, shalat ditutup dengan salam. Salam ini merupakan batas akhir shalat yang membebaskan diri dari segala larangan shalat. Terdapat sunnah sebelum salam, yaitu menoleh ke kanan dan kiri, sambil mengucapkan Assalaamu 'alaikum wa rohmatullaahi.

2. Transisi dari Munajat menjadi Mu'amalah

Tahiyat akhir adalah puncak dari munajat (dialog intim dengan Allah). Setelah salam, hamba kembali ke dunia interaksi sosial (mu'amalah). Oleh karena itu, duduk tawarruk yang dipanjangkan dengan doa dan zikir setelah tahiyat adalah jembatan spiritual yang kuat, memastikan bahwa dampak kekhusyukan shalat terbawa ke dalam kehidupan sehari-hari.

Syaikh Nawawi Al-Bantani, salah satu ulama Syafi’iyyah Nusantara yang menjadi rujukan penting bagi NU, menekankan bahwa memperpanjang waktu di tahiyat akhir dengan doa adalah bentuk keseriusan hamba dalam memohon perlindungan dari segala mara bahaya sebelum ia kembali menghadapi dunia luar.

Dengan memahami setiap detail lafadz, gerakan tawarruk, dan makna spiritual dari bacaan tahiyat akhir nu, seorang Muslim dapat memastikan bahwa ibadahnya tidak hanya sah secara fiqih, tetapi juga mencapai tingkat kekhusyukan yang maksimal, insya Allah.

🏠 Homepage