Munculnya benjolan di area leher, terutama yang terasa dekat dengan amandel (tonsil), dapat menimbulkan kekhawatiran. Amandel adalah jaringan limfoid yang berfungsi sebagai garda pertahanan pertama tubuh terhadap infeksi. Ketika terjadi pembengkakan atau muncul massa di sekitar area tersebut, penting untuk memahami apa saja kemungkinan penyebabnya.
Benjolan yang terletak di dekat amandel sering kali merupakan pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati). Kelenjar getah bening berfungsi menyaring zat asing dan sel abnormal. Mereka sangat aktif di area leher karena bertanggung jawab untuk menguras cairan dari kepala dan tenggorokan.
Penyebab Umum Benjolan Dekat Amandel
Sebagian besar kasus benjolan di area leher bersifat jinak dan merupakan respons normal tubuh terhadap ancaman. Berikut adalah beberapa penyebab paling umum yang perlu dipertimbangkan:
- Infeksi Lokal (Tonsilitis atau Faringitis): Ini adalah penyebab paling sering. Ketika amandel terinfeksi (misalnya oleh bakteri seperti Streptococcus atau virus), kelenjar getah bening di dekatnya akan membengkak sebagai bagian dari respons imun untuk melawan kuman tersebut. Benjolan biasanya lunak, nyeri saat disentuh, dan bisa hilang setelah infeksi sembuh.
- Infeksi Lain di Kepala dan Leher: Infeksi seperti radang telinga (otitis), infeksi gigi, atau mononukleosis (disebabkan virus Epstein-Barr) juga dapat memicu pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar tenggorokan.
- Kista: Kista adalah kantung berisi cairan yang bisa terbentuk di dekat amandel. Meskipun umumnya tidak berbahaya, kista yang besar mungkin memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
- Abses Peritonsil: Ini adalah komplikasi serius dari tonsilitis di mana nanah terbentuk di jaringan di belakang salah satu amandel. Ini menyebabkan pembengkakan hebat, nyeri hebat, dan kesulitan menelan.
Kapan Benjolan Menjadi Tanda Serius?
Meskipun mayoritas benjolan di leher bersifat sementara dan terkait infeksi, ada beberapa karakteristik yang memerlukan perhatian medis segera. Penting untuk memantau perubahan pada benjolan tersebut.
Jika benjolan tersebut memiliki karakteristik berikut, konsultasi dengan dokter spesialis THT atau dokter umum sangat dianjurkan:
- Kekerasan dan Ketetapan: Benjolan yang terasa keras seperti batu dan tidak mudah digerakkan.
- Ukuran yang Membesar atau Tidak Berubah: Benjolan yang terus membesar atau tetap ada (tidak hilang) selama lebih dari dua hingga empat minggu, meskipun gejala infeksi awal sudah mereda.
- Tidak Nyeri: Kelenjar getah bening yang membengkak karena infeksi biasanya terasa nyeri. Benjolan yang tidak nyeri bisa menjadi pertanda kondisi yang berbeda, termasuk potensi keganasan.
- Gejala Penyerta Lain: Kehilangan berat badan tanpa sebab yang jelas, keringat malam berlebihan, atau suara serak yang berkepanjangan.
Proses Diagnosis dan Tindakan
Diagnosis benjolan dekat amandel dimulai dengan anamnesis (wawancara medis) dan pemeriksaan fisik menyeluruh oleh dokter. Dokter akan mengevaluasi ukuran, konsistensi, lokasi, dan sensitivitas benjolan tersebut, serta memeriksa tanda-tanda infeksi pada amandel dan tenggorokan.
Tergantung pada temuan awal, dokter mungkin merekomendasikan beberapa langkah berikut:
- Observasi Awal: Jika diduga kuat akibat infeksi ringan, dokter mungkin menyarankan pengawasan di rumah sambil mengonsumsi obat pereda nyeri atau antibiotik (jika dicurigai infeksi bakteri).
- Tes Darah: Untuk memeriksa tanda-tanda infeksi sistemik atau kondisi lain seperti mononukleosis.
- Pencitraan: Ultrasonografi (USG) leher sering digunakan untuk melihat struktur internal benjolan (apakah padat, berisi cairan, atau kompleks).
- Biopsi: Jika benjolan dicurigai memiliki asal yang tidak jelas atau mengarah pada keganasan, sampel jaringan akan diambil untuk diperiksa di laboratorium (biopsi).
Penanganan akan sangat bergantung pada penyebab dasarnya. Penanganan infeksi memerlukan antibiotik atau antivirus, sementara kondisi lain mungkin memerlukan prosedur drainase (untuk abses) atau penanganan spesifik lainnya. Jangan pernah mencoba memijat atau memencet benjolan tersebut, karena dapat memperburuk peradangan atau menyebarkan infeksi. Selalu utamakan konsultasi profesional kesehatan untuk diagnosis yang akurat.