Representasi visual anting sebagai aksesori maskulin modern.
Aksesori telah lama menjadi penanda status, kekayaan, dan afiliasi budaya. Di antara berbagai perhiasan yang ada, anting bagi pria mungkin menjadi yang paling sarat makna dan mengalami transformasi sosial paling drastis sepanjang sejarah peradaban manusia. Dari simbol kekuasaan di Mesir kuno hingga tanda pemberontakan di era punk, hingga kini menjadi elemen gaya sehari-hari yang diterima secara luas, perjalanan anting pada kaum Adam adalah cerminan dari evolusi identitas maskulin itu sendiri. Fenomena "cowo pake anting" bukan sekadar tren mode yang berlalu, melainkan sebuah pernyataan visual yang kompleks tentang kebebasan berekspresi, penolakan terhadap norma gender yang kaku, dan pemahaman baru tentang estetika pribadi.
Artikel ini akan mengupas tuntas segala dimensi yang melingkupi penggunaan anting oleh pria. Kita akan menelusuri kembali akar historisnya yang sering kali terlupakan, menganalisis peranannya dalam berbagai subkultur global, membahas keragaman jenis anting yang tersedia, hingga meninjau bagaimana penerimaan sosial dan psikologi di balik keputusan seorang pria untuk menusuk daun telinganya. Eksplorasi mendalam ini bertujuan untuk memberikan pemahaman holistik bahwa perhiasan telinga pada pria adalah sebuah narasi panjang yang terus ditulis ulang oleh setiap generasi.
Mitos umum yang mengaitkan anting pria dengan hal-hal yang kontroversial sering kali mengabaikan fakta sejarah bahwa anting pada awalnya adalah aksesori yang dominan maskulin. Jauh sebelum era modern, anting berfungsi sebagai penanda yang jelas dalam struktur sosial, bukan sekadar hiasan.
Di Mesir Kuno, anting sering dipakai oleh bangsawan dan Firaun, melambangkan kekayaan dan status yang tinggi. Artefak dari makam Tutankhamun menunjukkan penggunaan anting yang rumit dan berharga. Demikian pula di Persia kuno (sekitar 3000 SM), ukiran-ukiran prajurit di Persepolis menunjukkan mereka mengenakan anting. Ini menegaskan bahwa anting adalah bagian integral dari atribut maskulin dan militeristik, menunjukkan keberanian dan kedudukan terhormat. Peran anting di peradaban awal ini sangat jauh dari konotasi feminin atau kontroversial yang muncul ribuan tahun kemudian. Penggunaannya adalah afirmasi dari kekuatan dan otoritas yang diakui secara universal dalam strata sosial atas. Bahkan, bahan yang digunakan—emas, perak, dan batu mulia—menambah bobot simbolis dari pemakainya, menegaskan bahwa mereka adalah individu yang mampu mengakses kemewahan dan memiliki posisi istimewa dalam tatanan masyarakat yang kaku.
Di era pelayaran abad pertengahan dan Renaisans, anting memiliki fungsi yang sangat praktis dan mistis bagi para pelaut. Pelaut sering menggunakan anting emas atau perak sebagai jimat pelindung. Lebih dari itu, jika seorang pelaut tewas di laut atau terdampar di pantai asing, anting yang dikenakannya diharapkan dapat digunakan sebagai pembayaran untuk biaya pemakaman yang layak. Anting, dalam konteks ini, berfungsi sebagai polis asuransi pribadi dan warisan yang dapat dipertukarkan. Bagi pelaut yang telah mengarungi tujuh lautan, anting juga bisa menjadi penanda prestasi dan pengalaman, kadang-kadang melambangkan penyeberangan garis khatulistiwa atau mengelilingi Tanjung Harapan yang berbahaya. Makna ini menguatkan anting sebagai simbol ketangguhan dan petualangan yang sangat maskulin, jauh dari citra kemewahan, tetapi lebih dekat kepada perjuangan hidup dan mati di tengah ganasnya samudra.
Seiring berjalannya waktu, terutama di dunia Barat yang didominasi oleh nilai-nilai konservatif Victoria, anting mulai ditinggalkan oleh pria kelas atas. Perhiasan yang mencolok dianggap terlalu feminin atau diasosiasikan dengan kelas pekerja, imigran, atau kelompok yang dianggap 'rendah', seperti gipsi. Inilah titik balik historis di mana anting pria mulai kehilangan legitimasi mainstream. Ketika fashion pria semakin mengarah ke keseragaman jas dan dasi, setiap bentuk hiasan tubuh yang dianggap berlebihan dipandang sebagai penyimpangan. Hanya di pinggiran masyarakat—di antara para seniman, kelompok teater, atau subkultur tertentu—anting pria tetap bertahan, mempertahankan sedikit konotasi bohemianisme dan pemberontakan halus terhadap kekakuan sosial yang mendominasi era tersebut. Penolakan ini adalah fondasi bagi asosiasi anting dengan 'outsider' yang akan memuncak di paruh kedua abad ke-20.
Kebangkitan anting pada pria di paruh kedua abad ke-20 tidak terjadi di ruang rapat atau istana, melainkan di panggung konser, jalanan, dan lingkungan seni. Anting menjadi alat visual yang ampuh untuk menolak otoritas dan norma-norma yang diwariskan.
Grup rock legendaris dan seniman folk mulai mengadopsi anting sebagai bagian dari penampilan androgini dan anti-kemapanan mereka. Tokoh-tokoh seperti Mick Jagger atau musisi dari gerakan hippie menggunakan anting—seringkali hanya satu di telinga kiri—untuk menantang definisi maskulinitas tradisional. Anting di sini adalah perpanjangan dari rambut panjang dan pakaian berwarna-warni; semuanya adalah simbol penolakan terhadap konservatisme era pasca-perang. Mereka menuntut kebebasan ekspresi yang lebih cair, di mana garis pemisah antara gaya pria dan wanita sengaja dikaburkan untuk tujuan artistik dan filosofis. Anting menjadi ikon visual yang menandai partisipasi dalam sebuah revolusi budaya yang lebih besar, yang menolak materialisme dan mendukung individualisme yang mendalam.
Pada dekade ini, anting menjadi lebih ekstrem dan integral dalam identitas subkultur.
Perluasan ini membuat anting pria semakin jauh dari konotasi status dan kekayaan, dan semakin dekat ke konotasi identitas kelompok, solidaritas, dan penanda ideologi musik atau sosial. Anting bukan lagi sekadar dekorasi; ia adalah lencana keanggotaan dalam sebuah komunitas yang menolak norma-norma yang ada.
Pasar anting pria modern menawarkan keragaman yang luar biasa, mencerminkan kebutuhan pria untuk mengekspresikan kepribadian mereka secara spesifik. Pemilihan jenis anting sering kali menentukan pesan yang ingin disampaikan oleh pemakainya.
Stud adalah jenis anting paling populer dan serbaguna bagi pria. Stud biasanya berupa satu batu permata, berlian, atau bola logam kecil yang duduk datar di cuping telinga. Populeritasnya terletak pada sifatnya yang minimalis dan profesional. Stud dapat dikenakan di hampir semua lingkungan kerja tanpa menarik perhatian berlebihan, menjadikannya pilihan ideal bagi pria yang ingin menunjukkan gaya halus namun tetap mengikuti protokol. Bahan yang paling sering digunakan adalah emas putih, platinum, atau titanium, yang menawarkan kesan elegan dan modern. Namun, stud juga dapat dibuat dari bahan seperti keramik hitam atau kayu untuk tampilan yang lebih kasual atau edgier. Pemilihan ukuran stud sangat krusial; stud yang terlalu besar dapat mengubah kesan minimalis menjadi mencolok, sementara stud yang tepat hanya memberikan kilau halus yang melengkapi fitur wajah.
Anting hoop, atau lingkaran, telah lama menjadi ikon dalam dunia fashion pria, meskipun sempat mengalami masa pasang surut. Hoops pria cenderung lebih kecil, lebih tebal, dan sering kali hadir dalam warna logam gelap (hitam, perak oksidasi) atau baja tahan karat. Hoops kecil (disebut huggies) yang menempel erat pada telinga memberikan kesan dewasa dan maskulin yang kuat, sering diasosiasikan dengan gaya Mediterania atau Latin. Hoops yang lebih besar, sementara kurang umum, masih sering terlihat dalam komunitas seni atau musik, menekankan ekspresi diri yang berani. Perbedaan mendasar antara hoop pria dan wanita terletak pada ketebalan material dan minimnya ornamen; hoop pria mengutamakan struktur dan tekstur logam, bukan hiasan permata.
Tipe ini populer di kalangan penggemar tindik non-tradisional. Barbells adalah batang logam lurus dengan bola di kedua ujungnya, sering digunakan pada tindik tulang rawan (helix atau industrial). Dumbbells adalah versi pendek yang mirip dengan stud, tetapi bentuknya lebih industrial dan simetris. Penggunaan barbells dan dumbbells mencerminkan apresiasi terhadap estetika industrial dan subkultur tindik. Bahan yang aman seperti titanium kelas implan sangat penting untuk jenis anting ini, mengingat seringkali digunakan pada area telinga yang lebih sensitif dan membutuhkan waktu penyembuhan yang lama. Penampilan yang dihasilkan adalah tegas, modern, dan seringkali menunjukkan tingkat komitmen tertentu pada seni modifikasi tubuh.
Untuk pria yang ingin bereksperimen tanpa komitmen permanen, anting cuff atau klip menawarkan solusi. Cuff menjepit bagian luar telinga (helix) tanpa memerlukan lubang tindik. Jenis ini sangat populer dalam fashion kontemporer karena memungkinkan eksperimen gaya yang cepat. Cuff seringkali hadir dalam desain geometris atau minimalis dan dapat dikenakan tunggal untuk efek yang dramatis dan modern. Popularitasnya menunjukkan adanya tren di mana pria ingin mengakses estetika anting tanpa melalui proses tindik, mencerminkan fleksibilitas gaya dan kecenderungan untuk menghindari rasa sakit atau masalah di tempat kerja terkait tindik permanen.
Walaupun secara teknis ini adalah bentuk modifikasi tubuh, gauges atau plugs (tindik yang meregangkan lobus telinga) merupakan kategori anting yang signifikan. Fenomena ini berakar pada tradisi kuno di banyak budaya non-Barat, dan kembali populer di Barat melalui subkultur punk dan alternatif. Memakai gauge adalah pernyataan ekstrem yang menunjukkan toleransi risiko dan pemisahan yang jelas dari gaya konvensional. Materialnya bervariasi dari kayu organik, tulang, hingga akrilik dan baja. Ukuran gauges yang besar mengubah lobus telinga secara permanen, sehingga pemakainya biasanya sangat berhati-hati dalam memilih desain yang mewakili identitas pribadi atau afiliasi subkultural mereka.
Dalam dua dekade terakhir, anting telah sepenuhnya diintegrasikan ke dalam fashion pria arus utama. Hal ini didorong oleh selebriti, desainer high fashion, dan pergeseran sosial yang lebih luas mengenai apa artinya menjadi pria modern.
Desainer seperti Gucci, Dior, dan Saint Laurent telah secara konsisten menampilkan model pria dengan anting di panggung peragaan busana. Dalam konteks high fashion, anting sering digunakan untuk menyuntikkan elemen androgini atau untuk menyeimbangkan garis maskulin yang keras dari pakaian formal. Tren runway seringkali mendorong anting asimetris—sebuah hoop tunggal di satu telinga, dan telinga lainnya dibiarkan kosong, atau kombinasi stud dan dangle (anting gantung) yang sangat halus. Ini adalah upaya sadar untuk memposisikan anting bukan sebagai aksesori subversif, melainkan sebagai elemen gaya yang canggih dan esensial.
Pengaruh selebriti dalam mempopulerkan anting tidak bisa diremehkan. Bintang pop, rapper, dan aktor papan atas sering terlihat mengenakan berbagai jenis anting, dari berlian besar (terutama dalam komunitas hip-hop, melambangkan kesuksesan) hingga stud hitam yang sederhana (di kalangan aktor Hollywood).
Lebih lanjut, para atlet profesional, khususnya di liga basket (NBA) dan sepak bola, telah membuat anting menjadi umum dan dapat diterima secara luas. Ketika ikon-ikon maskulin yang secara tradisional diasosiasikan dengan kekuatan fisik mengadopsi anting, stigma sosial yang tersisa semakin terkikis. Mereka menunjukkan bahwa anting adalah aksesori yang kompatibel dengan citra maskulinitas yang kuat dan berprestasi.
Ada beberapa 'aturan tak tertulis' dalam menata anting pria, meskipun aturan tersebut semakin fleksibel.
Kesadaran akan etiket ini menunjukkan bahwa anting telah bertransisi dari penanda identitas yang ekstrem menjadi bagian yang dipertimbangkan dengan cermat dalam lemari pakaian pria. Pilihan anting kini mencerminkan kecerdasan gaya dan perhatian terhadap detail.
Keputusan untuk menusuk telinga dan mengenakan anting melibatkan lebih dari sekadar estetika. Ada lapisan psikologis dan sosiologis yang mendalam mengenai bagaimana anting memengaruhi persepsi diri dan interaksi sosial.
Bagi banyak pria, anting adalah salah satu cara termudah dan paling terlihat untuk mengekspresikan individualitas mereka di dunia yang semakin seragam. Dalam masyarakat di mana pakaian pria formal seringkali terbatas pada warna dan potongan standar, anting menawarkan sebuah 'kanvas kecil' di wajah untuk menunjukkan sedikit warna, kilauan, atau tekstur. Ini adalah bentuk kontrol atas citra pribadi, memungkinkan pemakainya untuk menonjol tanpa harus mengubah seluruh penampilan mereka secara drastis. Keputusan ini sering kali merupakan afirmasi diri, sebuah penegasan bahwa mereka tidak takut untuk menjadi berbeda atau untuk menerima aspek gaya yang secara tradisional ditolak oleh maskulinitas yang sempit.
Anting, karena konotasinya yang sering ambigu secara gender atau historis kontroversial, secara inheren menantang pandangan tradisional tentang apa yang dianggap 'pantas' bagi seorang pria. Dengan memakai anting, pria modern secara tidak langsung menolak tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan citra maskulinitas yang kaku, yang menekankan kekasaran dan menolak perhatian terhadap detail kosmetik. Tindakan ini merupakan bagian dari pergerakan yang lebih luas menuju maskulinitas yang lebih inklusif dan cair, di mana pria merasa bebas untuk merawat diri, tertarik pada fashion, dan mengekspresikan emosi tanpa takut labelisasi. Hal ini berkontribusi pada dekonstruksi ide bahwa hanya wanita yang berhak atas perhiasan dan hiasan tubuh.
Aksesori, termasuk anting, bertindak sebagai bahasa non-verbal yang menyampaikan informasi tentang pemakainya kepada orang lain.
Pesan yang disampaikan oleh anting ini memengaruhi bagaimana orang lain mendekati dan menilai pria tersebut, membentuk kesan pertama yang kuat sebelum sepatah kata pun diucapkan. Oleh karena itu, pemilihan anting adalah keputusan strategis dalam manajemen citra diri.
Bagi pria yang memutuskan untuk memakai anting, proses tindik dan perawatan yang tepat sangat penting, tidak hanya untuk estetika tetapi juga untuk kesehatan dan pencegahan komplikasi. Kesadaran akan praktik yang aman telah meningkat secara signifikan, menjauhkan proses ini dari praktik amatir yang berisiko.
Keselamatan harus menjadi prioritas utama. Menggunakan pistol tindik (piercing gun) yang tidak steril di toko perhiasan non-spesialis kini sangat tidak dianjurkan. Praktik modern merekomendasikan penggunaan penindik profesional yang menggunakan jarum steril, sekali pakai. Penindik profesional memiliki pengetahuan mendalam tentang anatomi telinga, risiko infeksi, dan prosedur sterilisasi. Mereka dapat memberikan nasihat ahli tentang penempatan anting yang optimal, terutama jika pria tersebut berencana untuk mendapatkan beberapa tindikan atau tindikan tulang rawan yang lebih kompleks.
Anting pertama yang digunakan harus terbuat dari material yang hipoalergenik untuk meminimalkan risiko reaksi alergi dan infeksi. Material standar emas untuk tindik awal meliputi:
Penggunaan anting yang tidak tepat atau bahan yang mengandung nikel tingkat tinggi adalah penyebab utama iritasi, kemerahan, dan bahkan pembentukan keloid (jaringan parut berlebihan) yang dapat merusak estetika dan kesehatan telinga.
Perawatan yang disiplin sangat penting untuk lobus telinga (membutuhkan 6-8 minggu) dan terutama untuk tindik tulang rawan (bisa memakan waktu 6-12 bulan).
Perhatian detail pada aspek kebersihan ini memastikan bahwa pengalaman memakai anting akan menjadi positif dan tahan lama, memungkinkan pria untuk menikmati aksesoris baru mereka tanpa komplikasi kesehatan yang mengganggu.
Penerimaan dan makna anting pria sangat bervariasi di seluruh dunia, mencerminkan keragaman sejarah dan norma sosial. Apa yang dianggap modis di satu negara mungkin memiliki konotasi ritualistik atau spiritual di negara lain.
Korea Selatan dan Jepang telah menjadi kekuatan pendorong utama dalam penerimaan anting pria secara global, terutama melalui industri hiburan mereka. Idola K-Pop dan J-Pop secara rutin mengenakan berbagai macam anting, mulai dari studs yang minimalis hingga anting gantung (dangles) yang mencolok. Di sini, anting adalah elemen kunci dari estetika 'flower boy' yang menekankan keindahan dan penampilan yang terawat. Popularitas global genre musik ini telah menormalkan anting pria di seluruh Asia dan bahkan di negara-negara Barat, menjadikannya simbol modernitas dan tren global, terlepas dari stereotip maskulinitas yang lebih tua.
Di India, tindik telinga pada pria (dikenal sebagai Karna Vedha) adalah salah satu dari 16 ritual samskaras Hindu. Secara tradisional, tindik ini dilakukan pada masa kanak-kanak karena diyakini memiliki manfaat kesehatan dan spiritual, seperti meningkatkan kekuatan pikiran dan membantu sirkulasi darah. Pria dewasa, terutama di komunitas tertentu atau mereka yang berafiliasi dengan praktik spiritual, terus memakai anting sebagai penanda keimanan atau ketaatan pada tradisi. Dalam konteks ini, anting bukan sekadar fashion; ia adalah warisan budaya yang dihormati.
Di negara-negara Barat, tantangan terbesar bagi pria pemakai anting adalah integrasinya ke dalam lingkungan profesional yang konservatif. Meskipun stud berlian kecil semakin diterima di banyak industri kreatif dan teknologi, sektor keuangan, hukum, dan manajemen tingkat atas masih sering menuntut penampilan yang lebih tradisional. Penerimaan di tempat kerja sering kali bergantung pada industri dan lokasi geografis. Di kota-kota besar yang liberal, anting jarang menjadi isu. Namun, di daerah yang lebih konservatif atau dalam peran yang menuntut interaksi klien yang sangat formal, pria sering memilih anting yang sangat kecil atau melepasnya sama sekali selama jam kerja, menunjukkan adanya negosiasi berkelanjutan antara ekspresi pribadi dan tuntutan profesional.
Nilai dan kesan yang ditimbulkan oleh anting sangat bergantung pada material pembuatannya. Pilihan bahan tidak hanya memengaruhi daya tahan dan harga, tetapi juga pesan visual yang disampaikan.
Emas: Anting emas (terutama 14K dan 18K) sering dipilih karena nilai abadi dan ketahanannya terhadap korosi. Emas putih memberikan tampilan yang lebih modern dan sering dipilih untuk menahan berlian. Emas kuning klasik menawarkan sentuhan hangat dan tradisional. Pria yang memilih emas sering mencari perhiasan yang akan bertahan seumur hidup dan berfungsi sebagai investasi kecil, bukan sekadar aksesori musiman. Emas murni menunjukkan tingkat kedewasaan finansial dan gaya yang terdefinisi.
Perak Sterling: Lebih terjangkau daripada emas, perak sterling sangat populer untuk hoops, cuffs, dan desain yang lebih besar. Perak memberikan kilau cerah, tetapi memerlukan perawatan lebih karena cenderung teroksidasi (menghitam). Kesannya lebih kasual, artistik, dan kurang formal dibandingkan emas atau platinum.
Platinum: Platinum adalah logam termahal, paling padat, dan hipoalergenik. Sering digunakan untuk anting berlian pria kelas atas. Platinum melambangkan kemewahan ekstrem dan seringkali dipilih oleh mereka yang ingin menghindari kehangatan emas kuning, tetapi mencari kualitas yang lebih unggul daripada emas putih.
Baja tahan karat (stainless steel) dan titanium adalah raja material modern. Mereka sangat kuat, tahan lama, dan tidak menimbulkan korosi, menjadikannya ideal untuk gaya hidup aktif. Baja sering digunakan untuk anting dengan estetika industrial, seperti barbells atau hoop hitam tebal, yang menyampaikan kesan tangguh dan utilitarian. Titanium, yang lebih ringan dan sangat biokompatibel, tidak hanya digunakan untuk tindik awal tetapi juga populer untuk desain yang berani dalam warna-warna anodized (seperti biru atau ungu). Pilihan ini sering kali dianut oleh pria yang memprioritaskan fungsi dan gaya kontemporer yang kuat.
Untuk plugs dan gauges, bahan organik seperti kayu, tulang, batu, dan tanduk sangat populer. Kayu, misalnya, memberikan tampilan yang bersahaja, etnik, dan unik. Keuntungan bahan organik adalah ringan dan memungkinkan kulit bernapas, tetapi memerlukan perawatan yang lebih hati-hati untuk mencegah kerusakan air atau bakteri. Selain itu, ada anting yang terbuat dari bahan sintetis seperti akrilik atau resin, yang memungkinkan eksplorasi warna-warna cerah dan desain yang tidak mungkin dicapai dengan logam, menjadikannya favorit di kalangan subkultur yang berani berekspresi secara visual.
Pilihan bahan anting pria saat ini sangat beragam, yang memungkinkan setiap individu untuk menemukan perhiasan yang tidak hanya sesuai dengan anggaran mereka tetapi juga selaras sempurna dengan citra diri yang ingin mereka proyeksikan ke dunia luar. Ini adalah evolusi penting dari masa lalu di mana pilihan terbatas hanya pada emas atau perak, kini mencakup spektrum luas mulai dari kemewahan subtil hingga keindahan alami yang kasar.
Tren anting pria terus berkembang, didorong oleh pergeseran sosial yang mendalam menuju penerimaan gender yang lebih cair dan penghargaan yang lebih besar terhadap perawatan diri pria (grooming) dan fashion.
Tren saat ini menunjukkan peningkatan minat pada tindikan ganda (double piercing) atau tindikan kompleks (seperti helix atau conch) yang dikombinasikan dengan stud di lobus. Pria tidak lagi puas dengan satu lubang tindik sederhana; mereka mulai melihat telinga sebagai kanvas untuk rangkaian perhiasan yang terkurasi. Konsep "ear curation" atau kurasi telinga, yang sebelumnya didominasi oleh wanita, kini diadopsi oleh pria yang menggunakan kombinasi hoops, studs, dan cuffs untuk menciptakan tampilan yang berlapis dan sangat personal. Pergeseran ini menunjukkan tingkat komitmen dan perhatian terhadap detail yang lebih tinggi dalam penampilan maskulin.
Meskipun berlian dan emas tetap populer, estetika modern sering kali mengarah pada logam berwarna gelap dan matte. Anting hitam, baik yang terbuat dari titanium anodized atau baja berlapis PVD (Physical Vapor Deposition), memberikan kesan maskulin, tegas, dan modern. Warna hitam ini menawarkan kontras yang mencolok dengan warna kulit tanpa kilauan yang berlebihan, menjadikannya pilihan yang sangat populer untuk gaya minimalis dan urban. Tekstur matte semakin menambah kesan canggih dan tidak mencolok, ideal untuk pria yang ingin mengenakan anting tetapi menghindari tampilan yang terlalu glamor.
Ketersediaan desain anting yang unik dan niche melalui e-commerce telah memungkinkan pria untuk mencari perhiasan yang benar-benar merefleksikan identitas mereka tanpa harus terpaku pada penawaran ritel mainstream. Ini mendorong individualisasi yang lebih besar. Pria kini lebih mungkin berinvestasi pada anting buatan tangan, anting dengan simbol tertentu, atau bahan yang tidak biasa, memperkuat fungsi anting sebagai penanda narasi pribadi, bukan sekadar pelengkap mode generik. Desainer independen semakin fokus pada estetika maskulin yang beragam, dari punk-rock hingga minimalis Skandinavia, memastikan bahwa setiap pria dapat menemukan suara visual yang mereka cari melalui perhiasan telinga.
Fenomena pria memakai anting adalah kisah tentang pembebasan gaya dan evolusi sosial yang berkelanjutan. Dari pelaut hingga bintang K-Pop, perhiasan telinga pada pria telah melewati batas kelas, gender, dan profesi. Kini, anting adalah simbol yang tidak terikat oleh stereotip masa lalu; ia adalah alat ekspresi diri yang sah, cerminan dari identitas maskulin yang beragam, kompleks, dan semakin fleksibel. Keputusan untuk memakai anting adalah keputusan untuk merayakan individualitas dan menantang definisi maskulinitas yang telah usang.