Ilustrasi gambar voltmeter analog yang umum digunakan.
Voltmeter analog adalah salah satu jenis instrumen pengukuran listrik yang digunakan untuk menentukan beda potensial atau tegangan listrik antar dua titik dalam suatu rangkaian. Berbeda dengan voltmeter digital yang menampilkan hasil dalam bentuk angka digital, voltmeter analog menggunakan jarum penunjuk (pointer) yang bergerak di atas skala kalibrasi untuk merepresentasikan nilai tegangan yang diukur.
Prinsip kerja dasar dari sebagian besar voltmeter analog modern, terutama yang digunakan untuk arus searah (DC), didasarkan pada prinsip galvanometer, khususnya mekanisme D'Arsonval. Mekanisme ini memanfaatkan interaksi antara medan magnet permanen dan medan magnet yang dihasilkan oleh arus listrik yang mengalir melalui kumparan bergerak (moving coil).
Meskipun tampak sederhana, voltmeter analog terdiri dari beberapa komponen penting yang bekerja sama untuk menghasilkan pembacaan yang akurat. Komponen utamanya meliputi:
Membaca hasil pengukuran pada voltmeter analog memerlukan perhatian khusus pada beberapa detail penting, seperti yang terlihat pada gambar voltmeter analog di atas. Langkah-langkahnya adalah:
Perhatikan nilai tegangan tertinggi yang tertulis pada skala (misalnya 10V). Jika alat Anda memiliki beberapa rentang (range), pastikan switch selektor berada pada rentang yang sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur.
Ini adalah langkah paling krusial. Untuk mengetahui nilai yang diwakili oleh setiap garis skala (divisi), gunakan rumus:
$$\text{Resolusi} = \frac{\text{Nilai Skala Tertinggi}}{\text{Jumlah Total Divisi hingga Nilai Tertinggi}}$$Misalnya, jika skala tertinggi adalah 10V dan terdapat 50 garis utama dari 0 hingga 10, maka resolusinya adalah $10V / 50 = 0.2V$ per garis.
Lihat dengan seksama di mana ujung jarum penunjuk berhenti. Kalikan posisi tersebut dengan nilai resolusi yang telah dihitung. Dalam ilustrasi di atas, jika jarum berhenti pada tanda yang setara dengan 7.5 pada skala (yaitu 15 garis jika resolusinya 0.2V per garis), maka tegangan yang terukur adalah $15 \times 0.2V = 3V$. Namun, dalam ilustrasi SVG, jarum diarahkan kira-kira menunjuk angka 7.5, yang berarti pembacaan saat itu adalah 7.5V (asumsi skala 0-10V).
Kesalahan paralaks (Parallax Error) sering terjadi pada alat analog. Ini terjadi jika mata pengamat tidak berada tepat tegak lurus di atas jarum penunjuk saat membaca skala. Untuk meminimalkan kesalahan ini, posisikan mata sejajar dengan jarum.
Voltmeter analog tetap digunakan karena beberapa alasan. Mereka menawarkan visualisasi perubahan tegangan secara kontinu; pergerakan jarum memberikan intuisi yang baik tentang fluktuasi cepat dalam sinyal (walaupun kecepatan respons terbatas). Selain itu, alat analog tidak memerlukan sumber daya eksternal untuk beroperasi.
Namun, keterbatasannya jelas terlihat pada akurasi pembacaan yang bergantung pada interpretasi visual, sensitif terhadap getaran mekanis, dan lebih rentan terhadap kesalahan paralaks dibandingkan rekan digitalnya. Meskipun demikian, pemahaman mengenai cara kerja dan cara membaca gambar voltmeter analog ini adalah dasar penting dalam dunia elektronika dan kelistrikan.