Aseton (Propanone, C₃H₆O) adalah salah satu pelarut organik paling vital dan diproduksi secara massal dalam industri kimia global. Dikenal karena kemampuannya melarutkan berbagai macam bahan kimia, mulai dari plastik, resin, hingga serat sintetis, aseton memegang peranan krusial dalam rantai pasokan manufaktur. Namun, bagi para pelaku industri, mulai dari pengguna skala kecil hingga konglomerat petrokimia, memahami fluktuasi harga aseton bukanlah tugas yang sederhana. Harga komoditas ini dipengaruhi oleh matriks kompleks dari faktor-faktor hulu dan hilir, melibatkan dinamika minyak mentah, permintaan konstruksi global, dan kapasitas pabrik regional.
Artikel ini menyajikan kajian mendalam mengenai struktur biaya, rantai nilai, dan faktor-faktor makroekonomi yang secara langsung menentukan penawaran dan permintaan, sehingga membentuk titik harga aseton di berbagai pasar dunia.
I. Anatomi Kimia dan Proses Produksi Aseton
Untuk menganalisis harga aseton secara akurat, kita harus terlebih dahulu memahami bagaimana zat ini diproduksi dan dari mana bahan bakunya berasal. Mayoritas aseton komersial (sekitar 90%) diproduksi melalui proses yang dikenal sebagai Proses Kumena (Cumene Process).
1. Ketergantungan pada Petrokimia: Proses Kumena
Proses Kumena adalah metode yang sangat efisien dan dominan dalam menghasilkan fenol dan aseton secara simultan. Proses ini melibatkan dua bahan baku petrokimia utama yang sangat sensitif terhadap harga minyak mentah dan gas alam:
- Benzena: Senyawa aromatik yang berasal dari reformasi nafta minyak bumi. Harga benzena adalah kontributor terbesar dalam biaya variabel produksi aseton.
- Propilena: Olefin yang dihasilkan dari proses cracking (pemecahan) minyak bumi atau gas alam. Propilena juga merupakan bahan baku penting dalam berbagai sektor kimia lainnya, sehingga persaingan pasokannya sangat ketat.
Siklus produksi dimulai dengan alkilasi benzena dengan propilena untuk menghasilkan kumena. Kumena kemudian dioksidasi menjadi kumena hidroperoksida, yang selanjutnya dipecah (cleavage) menggunakan katalis asam menjadi dua produk utama dengan rasio yang hampir tetap: 1 ton fenol berbanding sekitar 0,62 ton aseton. Karena sifat koproduk ini, harga aseton dan harga fenol memiliki korelasi yang sangat erat dan saling memengaruhi ketersediaan serta margin produsen.
2. Metode Produksi Alternatif
Meskipun Proses Kumena mendominasi, fluktuasi harga bahan baku telah mendorong eksplorasi metode alternatif, meskipun kontribusinya terhadap pasokan global masih minor:
- Oksidasi Propilena Langsung: Proses ini kurang umum untuk produksi skala besar karena membutuhkan kondisi operasi yang sangat spesifik dan memiliki tantangan dalam selektivitas produk.
- Fermentasi (Bio-Aseton): Dulu merupakan metode utama sebelum petrokimia mendominasi, menggunakan mikroorganisme seperti Clostridium acetobutylicum. Minat terhadap bio-aseton kembali meningkat seiring dengan dorongan keberlanjutan, namun biaya produksinya saat ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan jalur petrokimia.
II. Faktor Utama yang Mengendalikan Harga Aseton
Harga aseton tidak ditentukan oleh satu variabel tunggal, melainkan oleh interaksi dinamis antara biaya input, keseimbangan pasar koproduk (fenol), dan kebutuhan pengguna hilir. Pemahaman mendalam mengenai variabel-variabel ini sangat penting bagi setiap negosiator kontrak pembelian aseton.
1. Biaya Bahan Baku (Raw Material Costs)
Karena aseton adalah turunan dari minyak dan gas, korelasi harganya dengan komoditas energi sangat kuat, namun tidak linier. Faktor bahan baku menyumbang proporsi terbesar dari biaya operasional (OPEX) produsen:
- Indeks Minyak Mentah dan Nafta: Harga minyak mentah Brent atau WTI, serta harga nafta (bahan baku utama untuk steam cracker), secara langsung memengaruhi biaya produksi benzena dan propilena. Kenaikan harga minyak secara umum mendorong biaya aseton naik, meskipun dengan jeda waktu (lag effect).
- Disparitas Benzena vs Propilena: Propilena seringkali memiliki pasokan yang lebih stabil karena permintaan yang beragam (polipropilena, akrilonitril, dll.). Sementara itu, harga benzena bisa sangat volatil karena dipengaruhi oleh permintaan untuk bahan bakar oktan tinggi dan senyawa kimia lain seperti stirena dan sikloheksana. Perubahan margin antara benzena dan propilena secara signifikan mengubah biaya kumena, yang kemudian diteruskan ke harga aseton.
- Biaya Energi dan Utilitas: Proses Kumena membutuhkan energi dalam jumlah besar, terutama untuk tahap pemisahan (distilasi). Oleh karena itu, lonjakan harga gas alam (yang digunakan untuk pembangkit listrik dan pemanas industri) di Eropa atau Asia Timur Laut dapat menaikkan biaya produksi, terlepas dari harga bahan baku petrokimia itu sendiri.
2. Dinamika Koproduk (Fenol)
Aspek unik dari aseton adalah statusnya sebagai koproduk fenol. Harga aseton sering kali menjadi variabel penyeimbang (balancing product) bagi produsen Kumena:
- Kapasitas Fenol yang Mendorong Produksi: Keputusan pabrik untuk berproduksi didasarkan pada permintaan gabungan fenol dan aseton. Jika permintaan fenol (yang digunakan untuk resin fenolik dan Bisphenol A/BPA) sangat tinggi, produsen akan meningkatkan kapasitas produksi Kumena. Peningkatan output ini akan membanjiri pasar dengan aseton tambahan, menyebabkan harga aseton tertekan, meskipun permintaannya sendiri mungkin tidak berubah signifikan.
- Fenol sebagai Produk Utama: Secara historis, fenol memiliki nilai pasar yang lebih tinggi. Jika pasar fenol kuat, produsen mungkin mampu menjual aseton di bawah biaya produksi marginal (marginal cost) hanya untuk memindahkan volume yang dihasilkan, yang sering disebut sebagai "aseton harga diskon". Sebaliknya, jika pasar fenol melemah, produsen harus menaikkan harga aseton untuk mempertahankan margin keuntungan pabrik secara keseluruhan.
3. Permintaan Hilir dan Musiman
Permintaan terhadap aseton diklasifikasikan menjadi dua segmen besar: industri kimia (BPA, MMA) dan pelarut umum. Kedua segmen ini memiliki siklus permintaan yang berbeda:
- Permintaan BPA (Bisphenol A): Ini adalah konsumen aseton terbesar. BPA digunakan untuk membuat polikarbonat (plastik keras, lensa, suku cadang otomotif) dan resin epoksi (pelapis, perekat, material konstruksi). Kesehatan sektor konstruksi dan otomotif secara langsung memengaruhi permintaan BPA, dan oleh karenanya, permintaan aseton curah.
- Permintaan MMA (Methyl Methacrylate): Penggunaan utama aseton untuk memproduksi MMA, yang merupakan bahan baku utama untuk lembaran akrilik (PMMA/Plexiglas), pelapis permukaan, dan cat. Permintaan MMA cenderung musiman; misalnya, meningkatnya proyek konstruksi pada musim semi dan musim panas di belahan bumi utara.
- Pelarut (Solvent): Permintaan pelarut cenderung lebih stabil tetapi dapat dipengaruhi oleh regulasi lingkungan yang membatasi penggunaan pelarut organik tertentu, meskipun aseton dianggap relatif ramah lingkungan di antara pelarut keton.
III. Aseton dalam Rantai Nilai Global: Konsumsi dan Harga
Struktur konsumsi aseton sangat terkonsentrasi. Dominasi penggunaan industri ini memberikan wawasan mendalam mengapa fluktuasi harga seringkali ditentukan oleh keputusan investasi di sektor kimia berat.
1. Konsumsi Utama: Bisphenol A (BPA)
Lebih dari separuh produksi aseton global dikonsumsi oleh produksi BPA. Oleh karena itu, analisis harga aseton harus selalu mempertimbangkan dinamika pasar BPA:
- BPA dan Plastik Polikarbonat: Polikarbonat, yang dihasilkan dari BPA, membutuhkan aseton dalam prosesnya. Kebutuhan global akan polikarbonat dipengaruhi oleh tren teknologi (misalnya, layar, casing elektronik) dan sektor otomotif (penggantian kaca dengan plastik ringan). Ketika sektor ini berkembang pesat (terutama di Asia), permintaan aseton curah melonjak, memberikan tekanan ke atas pada harga.
- Resin Epoksi: Penggunaan BPA untuk resin epoksi sangat vital dalam pelapis pelindung, lantai industri, dan komposit berkinerja tinggi. Peningkatan infrastruktur global dan permintaan energi terbarukan (turbin angin menggunakan komposit epoksi) secara tidak langsung meningkatkan kebutuhan aseton.
- Dampak Kapasitas Baru BPA: Pembangunan fasilitas BPA baru, terutama di Tiongkok dan Timur Tengah, akan menciptakan lonjakan permintaan aseton yang sangat besar, menguras pasokan regional, dan menyebabkan lonjakan harga jangka pendek hingga fasilitas baru tersebut beroperasi penuh.
2. Konsumsi Penting Kedua: Methyl Methacrylate (MMA)
MMA adalah turunan penting aseton, sering diproduksi melalui proses aseton sianohidrin (ACH). Permintaan MMA yang kuat menstabilkan permintaan aseton, terutama di wilayah di mana Proses Kumena adalah jalur produksi utama.
- Pasar PMMA: MMA diubah menjadi Polimetil metakrilat (PMMA), dikenal sebagai akrilik atau Plexiglas. PMMA digunakan dalam kaca pesawat terbang, panel otomotif, tanda-tanda, dan perangkat medis. Peningkatan standar kebersihan global dan permintaan alat pelindung diri (APD) pasca-pandemi telah mendorong permintaan MMA, dan akibatnya, meningkatkan harga aseton sebagai bahan baku.
- Aplikasi Cat dan Pelapis: MMA juga digunakan dalam emulsi lateks, pelapis, dan perekat. Sifatnya yang tahan cuaca dan daya tahan membuatnya menjadi pilihan utama dalam cat industri dan konstruksi berkinerja tinggi.
3. Aplikasi Pelarut dan Konsumen
Meskipun secara volume lebih kecil, segmen pelarut memainkan peran penting dalam menentukan harga eceran dan grosir aseton:
- Farmasi dan Kosmetik: Aseton adalah pelarut standar dalam pembuatan obat-obatan, ekstraksi lipid, dan tentu saja, penghapus cat kuku. Permintaan di sektor ini relatif inelastis (kurang sensitif terhadap harga) dan stabil.
- Perekat dan Pembersih Khusus: Digunakan untuk melarutkan selulosa asetat, nitro-selulosa, dan berbagai resin. Dalam aplikasi pembersihan khusus, aseton sangat dihargai karena daya penguapannya yang cepat tanpa meninggalkan residu.
IV. Dinamika Harga Berdasarkan Geografi dan Logistik
Harga aseton dapat berbeda secara signifikan antara satu wilayah dengan wilayah lainnya, dipengaruhi oleh biaya transportasi, kapasitas penyimpanan, dan regulasi lokal.
1. Perbedaan Harga Regional (Arbitrase)
Pasar aseton global sangat terfragmentasi, menciptakan peluang arbitrasi dan volatilitas regional:
- Asia Pasifik (Terutama Tiongkok): Tiongkok adalah produsen dan konsumen aseton terbesar. Harga di Tiongkok sangat dipengaruhi oleh kebijakan energi dan tingkat operasional pabrik-pabrik BPA domestik. Jika kapasitas Kumena Tiongkok berlebih, harga domestik akan tertekan, namun jika impor bahan baku (Benzena) mahal, harga akan melonjak tajam.
- Amerika Utara: Pasar ini sering memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan Asia karena biaya energi dan tenaga kerja yang berbeda. Namun, surplus energi gas alam di AS (shale gas) telah memberikan keunggulan kompetitif dalam biaya operasional untuk beberapa produsen petrokimia, menstabilkan harga aseton dalam negeri.
- Eropa: Harga di Eropa sangat sensitif terhadap biaya gas alam (untuk energi) dan regulasi REACH (Registration, Evaluation, Authorisation and Restriction of Chemicals), yang dapat menambah biaya kepatuhan bagi produsen. Gejolak geopolitik yang memengaruhi pasokan energi Rusia memiliki dampak langsung dan signifikan pada harga aseton Eropa.
2. Biaya Logistik dan Pengemasan
Aseton adalah zat cair yang mudah terbakar (flammable liquid), yang meningkatkan kompleksitas dan biaya pengirimannya. Logistik menyumbang porsi biaya yang substansial, terutama untuk pasar eceran dan grosir:
- Pengiriman Curah (Bulk): Untuk pengguna industri besar (ribuan ton), aseton diangkut menggunakan kapal tanker atau ISO tank. Biaya pengangkutan curah per unit jauh lebih rendah, tetapi tunduk pada tarif pengiriman global dan biaya asuransi barang berbahaya.
- Pengiriman Drum dan Jeriken: Untuk pengguna menengah (ratusan hingga beberapa ton), pengemasan dalam drum (200 liter) atau jeriken (20-30 liter) memerlukan biaya pengemasan, penanganan, dan sertifikasi barang berbahaya (misalnya, klasifikasi UN number: UN 1090). Ini meningkatkan harga per kilogram secara signifikan.
- Faktor Keselamatan dan Penyimpanan: Persyaratan penyimpanan yang ketat (area tahan ledakan, ventilasi, dan alat pemadam kebakaran khusus) di lokasi pembeli juga merupakan biaya tidak langsung yang harus diperhitungkan dalam total biaya akuisisi aseton.
V. Membedah Struktur Harga Berdasarkan Skala dan Kemurnian
Harga aseton bervariasi drastis tergantung pada volume pembelian (skala ekonomi) dan tingkat kemurnian (grade). Pemahaman terhadap segmentasi harga ini krusial untuk manajemen anggaran.
1. Harga Curah Industri (Bulk Grade)
Ini adalah harga acuan pasar, sering disebut sebagai harga FOB (Free On Board) atau CIF (Cost, Insurance, Freight), diukur dalam satuan metrik ton (MT).
- Purity 99.5% - 99.9%: Grade ini, digunakan untuk produksi BPA, MMA, dan pelarut industri lainnya, selalu memiliki harga terendah. Pembelian dilakukan dalam volume puluhan ribu ton per tahun melalui kontrak jangka panjang. Harga dalam segmen ini sangat bergantung pada harga Benzena di bulan sebelumnya.
- Margin Produsen: Harga curah mencerminkan biaya bahan baku, energi, dan margin operasional. Margin ini sangat rentan terhadap surplus atau defisit pasokan global. Periode surplus besar bisa menekan harga curah hingga mendekati biaya operasional variabel, memaksa produsen dengan fasilitas kurang efisien untuk mengurangi produksi.
2. Harga Grosir (Wholesale Grade)
Melayani distributor regional dan pengguna akhir yang membeli dalam jumlah kontainer (ISO tank atau drum), biasanya antara 10 hingga 200 MT per pesanan.
- Tambahan Biaya: Harga grosir mencakup biaya logistik regional, biaya pengemasan drum atau tangki IBC, dan margin distributor. Di pasar yang kompetitif, margin distributor mungkin ketat, tetapi di pasar terpencil, biaya logistik bisa mendominasi harga jual akhir.
- Fluktuasi Lokal: Harga grosir lebih cepat merespons peristiwa lokal, seperti penutupan pabrik sementara di wilayah tertentu atau masalah transportasi domestik (misalnya, antrian pelabuhan atau kenaikan harga bahan bakar truk).
3. Harga Eceran (Retail Grade)
Harga untuk pembelian botol kecil (literan atau galon), yang umumnya dijual kepada konsumen (penghapus cat kuku, pembersih rumah tangga) atau laboratorium.
- Grade Laboratorium: Aseton yang digunakan di laboratorium (misalnya, HPLC grade, ACS grade) jauh lebih mahal. Meskipun volumenya kecil, proses pemurnian tambahan untuk mencapai kemurnian >99.95%, serta biaya pengemasan khusus, mendorong harganya naik berkali-kali lipat dibandingkan harga curah.
- Distribusi dan Branding: Di segmen eceran, biaya pemasaran, branding, margin pengecer, dan biaya operasional toko menjadi komponen harga yang paling signifikan, jauh melebihi biaya bahan baku aslinya. Konsumen akhir membayar premi besar untuk kenyamanan dan volume kecil.
VI. Proyeksi dan Tren Masa Depan yang Mempengaruhi Harga Aseton
Industri kimia terus berevolusi. Beberapa tren utama diperkirakan akan membentuk jalur harga aseton dalam dekade mendatang, terutama terkait dengan isu keberlanjutan dan energi.
1. Dampak Regulasi Lingkungan dan Keberlanjutan
Dorongan global menuju kimia hijau (Green Chemistry) memberikan dampak dua arah pada harga aseton:
- Pergeseran ke Bio-Aseton: Peningkatan minat pada aseton yang berasal dari fermentasi biomassa atau sumber terbarukan lainnya (bio-aseton) akan menciptakan pasokan premium. Jika produsen harus beralih dari petrokimia ke bio-aseton untuk memenuhi target keberlanjutan (terutama di Uni Eropa), harga produksi rata-rata akan meningkat secara substansial.
- Pembatasan Pelarut VOC: Regulasi yang membatasi senyawa organik volatil (VOCs) dapat meningkatkan permintaan untuk aseton karena sifatnya yang relatif lebih baik dibandingkan banyak pelarut hidrokarbon yang lebih berbahaya. Peningkatan permintaan yang didorong oleh kepatuhan regulasi dapat menopang harga.
- Kontroversi BPA: Kekhawatiran kesehatan masyarakat mengenai BPA telah mendorong beberapa produsen beralih ke alternatif non-BPA. Jika adopsi alternatif ini meluas dan mengurangi permintaan BPA, permintaan aseton akan menurun, yang pada gilirannya dapat menekan harga.
2. Konsolidasi dan Kapasitas Global
Industri Kumena/Fenol ditandai oleh konsolidasi global. Kapasitas baru sebagian besar terfokus di Asia dan Timur Tengah, di mana biaya bahan baku (Benzena dan Propilena) masih relatif kompetitif dibandingkan Eropa.
- Oversupply Jangka Pendek: Setiap kali proyek Kumena raksasa baru mulai beroperasi (terutama di Tiongkok), pasar aseton global akan mengalami periode oversupply yang signifikan, menekan harga di seluruh dunia.
- Integrasi Vertikal: Perusahaan yang terintegrasi secara vertikal, yang memproduksi sendiri bahan baku Benzena dan Propilena, serta menggunakan asetonnya untuk memproduksi BPA atau MMA di lokasi yang sama, memiliki keunggulan biaya yang jauh lebih besar. Mereka dapat menjual surplus aseton dengan harga yang sulit ditandingi oleh produsen non-terintegrasi.
3. Geopolitik dan Rantai Pasok
Perang dagang, sanksi, dan gangguan maritim (seperti yang terjadi di Terusan Suez atau Laut Merah) secara langsung meningkatkan biaya logistik dan risiko pasokan. Dalam kasus seperti ini, harga aseton seringkali melonjak tajam karena biaya asuransi pengiriman dan premi risiko yang dikenakan oleh pemasok.
VII. Strategi Manajemen Risiko dan Pembelian Aseton
Bagi perusahaan yang bergantung pada aseton, mengelola risiko harga sangat penting. Strategi pembelian harus mempertimbangkan bukan hanya harga spot, tetapi juga biaya hulu dan stabilitas rantai pasokan.
1. Melacak Indikator Ekonomi HULU
Keputusan pembelian aseton tidak boleh hanya didasarkan pada penawaran vendor. Tim pembelian harus secara rutin memantau indikator hulu yang memengaruhi biaya produsen:
- Harga Benzena Asia (FOB Korea/Singapore): Ini adalah patokan global untuk biaya input utama. Kenaikan harga benzena hari ini hampir pasti berarti kenaikan harga aseton di bulan berikutnya.
- Kapasitas Operasional BPA dan Fenol: Pelacakan data tingkat operasional (utilization rate) pabrik BPA/Fenol di kawasan Asia, Eropa, dan AS memberikan indikasi pasokan aseton yang akan datang. Tingkat operasi yang tinggi menunjukkan potensi surplus aseton.
- Margin Cracker Nafta: Margin yang kuat pada steam cracker nafta menunjukkan pasokan Propilena yang melimpah, yang dapat memberikan sedikit tekanan ke bawah pada biaya Propilena.
2. Strategi Kontrak
Terdapat tiga pendekatan utama dalam pengadaan aseton, masing-masing dengan risiko dan manfaat harga yang berbeda:
a. Kontrak Harga Tetap Jangka Panjang (Fixed Price):
Menawarkan perlindungan terhadap lonjakan harga spot tetapi berisiko jika harga pasar turun drastis. Ideal untuk perusahaan yang membutuhkan kepastian biaya dan memiliki anggaran yang ketat. Namun, jarang sekali produsen petrokimia mau menawarkan harga tetap murni karena volatilitas bahan baku mereka.
b. Kontrak Harga Berbasis Rumus (Formula Pricing):
Ini adalah metode yang paling umum dalam pembelian industri curah. Harga aseton (P_Aseton) ditetapkan berdasarkan rumus yang melibatkan harga rata-rata Benzena (P_Benzena) dan harga rata-rata Propilena (P_Propilena) dalam periode tertentu, ditambah biaya konversi (Conversion Cost) dan margin tetap. Rumusnya kira-kira: P_Aseton = [a * P_Benzena] + [b * P_Propilena] + C_Konversi. Strategi ini memindahkan risiko harga bahan baku, namun menjamin ketersediaan pasokan.
c. Pembelian Spot (Spot Buying):
Paling cocok untuk pengguna dengan volume rendah atau perusahaan yang yakin bahwa pasar sedang dalam periode kelebihan pasokan yang kronis. Risiko utama adalah terpapar pada lonjakan harga mendadak akibat penutupan pabrik yang tidak terencana atau gangguan logistik.
3. Kualifikasi Pemasok dan Pilihan Grade
Pemasok yang baik harus menawarkan lebih dari sekadar harga kompetitif; mereka harus menjamin kemurnian dan stabilitas pasokan:
- Kemurnian Tinggi vs. Teknis: Untuk aplikasi pelarut umum atau pembersihan (grade teknis), standar kemurnian yang sedikit lebih rendah mungkin dapat diterima, yang memungkinkan negosiasi harga yang lebih rendah. Namun, untuk sintesis kimia atau farmasi (grade tinggi), kompromi kemurnian tidak dapat ditoleransi.
- Audit Rantai Pasok: Memastikan pemasok memiliki sumber bahan baku yang terdiversifikasi atau terintegrasi dapat mengurangi risiko gangguan pasokan akibat masalah pada satu lokasi pabrik.
- Lead Time: Dalam kondisi pasar ketat, perusahaan harus siap menghadapi lead time pengiriman aseton yang lebih lama. Faktor ini, bila tidak diperhitungkan, dapat menyebabkan kelangkaan inventaris dan potensi kerugian produksi.
VIII. Kesimpulan dan Outlook Harga Aseton
Harga aseton adalah cerminan kompleks dari biaya energi global dan permintaan industri hilir yang saling terkait. Fluktuasi harga tidak terjadi secara independen; mereka adalah konsekuensi langsung dari keseimbangan antara produksi Fenol/BPA, ketersediaan Benzena dan Propilena, serta biaya logistik yang semakin mahal.
Di masa depan, meskipun tren ke arah bio-aseton menawarkan jalur yang lebih berkelanjutan, dominasi Proses Kumena akan terus menautkan harga aseton ke pasar minyak dan gas. Para pembeli harus bersiap menghadapi volatilitas yang dipicu oleh siklus investasi kapasitas baru BPA di Asia dan sensitivitas regional terhadap harga energi. Strategi pengadaan yang paling efektif adalah yang menggunakan kontrak berbasis rumus, memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan harga yang wajar sekaligus melindungi diri dari kejutan tiba-tiba di pasar spot. Memahami bahwa aseton seringkali berfungsi sebagai "produk penyeimbang" dalam rantai nilai Fenol-Kumena adalah kunci untuk memprediksi pergerakan harganya yang akan datang.
Dengan memantau secara cermat indikator Benzena dan proyeksi konstruksi global, perusahaan dapat memposisikan diri untuk mengelola risiko harga, mengamankan pasokan, dan mempertahankan margin operasional yang sehat di tengah pasar aseton yang kompetitif.