Dalam lanskap kisah-kisah Alkitab yang kaya akan tokoh-tokoh penting, nama Henokh sering kali muncul sebagai sosok yang unik dan penuh misteri. Berbeda dari kebanyakan tokoh lain yang dicatat karena pertempuran, kerajaan, atau nubuat mereka, Henokh dikenang karena hubungannya yang mendalam dengan Tuhan dan cara luar biasanya mengakhiri hidupnya di dunia.
Catatan paling ringkas mengenai Henokh terdapat dalam Kitab Kejadian (Kejadian 5:21-24). Di sana disebutkan bahwa Henokh hidup selama 365 tahun. Ia adalah keturunan Adam melalui garis Set. Namun, yang paling menonjol dari deskripsi singkat ini adalah pernyataan yang mengulang-ulang: "Henokh hidup bergaul dengan Allah." Frasa ini bukanlah sekadar deskripsi pasif, melainkan indikasi sebuah hubungan yang aktif dan intim. Bergaul dengan Allah menunjukkan kedekatan, ketaatan, dan kehidupan yang berkenan di hadapan Tuhan.
Alkitab tidak merinci banyak tentang perbuatan Henokh sehari-hari. Namun, frasa "hidup bergaul dengan Allah" menyiratkan bahwa seluruh kehidupannya dijalani dalam kesadaran akan kehadiran Tuhan. Ini adalah gambaran iman yang hidup, di mana setiap langkah, setiap keputusan, dan setiap pikiran diarahkan untuk menyenangkan Penciptanya. Dalam dunia yang semakin menjauh dari Tuhan, seperti yang digambarkan dalam silsilah sebelum Air Bah, Henokh menjadi teladan kesetiaan dan kebenaran.
Kehidupan Henokh terjadi pada masa-masa awal sejarah manusia, di mana usia manusia masih sangat panjang dan kesenjangan moral mulai terlihat jelas. Ia hidup di antara generasi yang perlahan-lahan melupakan prinsip-prinsip ilahi yang ditanamkan Adam. Namun, di tengah kegelapan moral yang mungkin mulai menyelimuti, Henokh tetap memelihara cahayanya. Ketaatannya yang teguh dan hubungannya yang erat dengan Tuhan menjadikannya mercusuar iman.
Kisah Henokh mencapai puncaknya dengan pernyataan yang paling menakjubkan: "Dan Henokh tidak ada lagi, sebab Allah telah mengangkatnya." (Kejadian 5:24). Pernyataan ini sangat unik dalam narasi Alkitab. Kebanyakan manusia harus melewati ambang kematian untuk bertemu dengan Tuhan. Namun, Henokh, karena hubungannya yang luar biasa dekat dengan Tuhan, diangkat secara langsung. Ia tidak mengalami proses kematian fisik yang biasa dialami semua manusia.
Implikasi dari pengangkatan ini sangat besar. Ini menunjukkan bahwa Tuhan menghargai kesetiaan dan keintiman dengan-Nya. Henokh menjadi salah satu dari dua pribadi dalam Perjanjian Lama yang diangkat ke surga tanpa mengalami kematian, yang lainnya adalah Elia. Peristiwa ini memberikan gambaran tentang janji kehidupan kekal bagi orang-orang yang hidup benar di hadapan Tuhan.
Meskipun catatan Alkitab tentang Henokh sangat singkat, signifikansinya tidak berkurang. Perjanjian Baru memberikan pengakuan penting terhadapnya. Surat Ibrani mencatat, "Karena iman, Henokh telah diangkat, supaya ia tidak mengalami kematian, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Sebab sebelum diangkat, ia telah dikenal karena kesolehannya." (Ibrani 11:5). Ayat ini menegaskan kembali bahwa iman adalah dasar dari kesalehan Henokh dan alasan ia diangkat.
Surat Yudas juga menyebut Henokh, bahkan mengutip dari kitab apokrif yang dinamakan "Kitab Henokh" (Yudas 1:14-15). Meskipun kitab tersebut tidak termasuk dalam kanon Alkitab, penyebutan ini menunjukkan bahwa tradisi tentang Henokh sebagai nabi dan pembawa pesan ilahi sudah dikenal luas pada masa Perjanjian Baru. Kutipan tersebut berbunyi: "Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: 'Lihatlah, Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya, untuk menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman kepada semua orang durhaka mereka atas segala perbuatan durhaka, yang telah mereka lakukan dan atas segala kata-kata kasar, yang diucapkan kepadanya oleh orang-orang durhaka yang berbuat fasik.'"
Kisah Henokh, meskipun singkat, menawarkan pelajaran yang mendalam bagi umat beriman. Pertama, ia mengajarkan tentang pentingnya memiliki hubungan yang intim dan terus-menerus dengan Allah. Keintiman ini tidak hanya menghasilkan berkat di dunia, tetapi juga pahala kekal. Kedua, Henokh menunjukkan bahwa kesalehan dan ketaatan kepada Tuhan dapat membawa perbedaan luar biasa, bahkan di tengah masyarakat yang mungkin tidak lagi menghargai nilai-nilai ilahi.
Pengangkatannya tanpa kematian adalah bukti bahwa Tuhan dapat melakukan hal-hal yang luar biasa bagi mereka yang sungguh-sungguh mencari-Nya. Ia mengingatkan kita bahwa iman bukanlah sekadar keyakinan pasif, tetapi tindakan aktif yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Henokh mengundang kita untuk bertanya: Seberapa dekat hubungan kita dengan Tuhan? Apakah kita "berjalan bersama Allah" setiap hari, dalam suka maupun duka? Kisahnya adalah sumber inspirasi abadi tentang janji keselamatan dan penghargaan bagi mereka yang hidup dalam kesetiaan kepada Pencipta mereka.