Simbol Penciptaan dan Awal
Kitab Kejadian, atau yang dalam bahasa Ibrani disebut Bereshit (yang berarti "pada mulanya"), merupakan kitab pertama dari Taurat dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama dalam Alkitab Kristen. Kitab ini memiliki peranan fundamental dalam memahami teologi dan narasi keselamatan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Isinya mencakup kisah penciptaan alam semesta, kejatuhan manusia ke dalam dosa, hingga awal mula bangsa Israel.
Bab-bab awal Kitab Kejadian menyajikan narasi agung tentang bagaimana Tuhan menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, dan beristirahat pada hari ketujuh. Ini bukan sekadar kisah sejarah, melainkan juga penegasan tentang kekuasaan mutlak Tuhan sebagai Sang Pencipta, serta tatanan yang Dia berikan pada alam semesta. Tuhan menciptakan segalanya dengan firman-Nya, dari terang hingga daratan, tumbuhan, bintang, hewan laut, hewan darat, hingga akhirnya manusia.
Penciptaan manusia menjadi puncak karya ilahi. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26-27), yang memberikan martabat dan nilai intrinsik bagi setiap individu. Adam dan Hawa, pasangan pertama, ditempatkan di Taman Eden, sebuah tempat ideal yang penuh berkat. Mereka diberi tugas untuk beranak cucu, menguasai bumi, dan memeliharanya. Ini menunjukkan visi Tuhan tentang kemitraan dengan manusia dalam pengelolaan ciptaan.
Namun, narasi berlanjut dengan kisah tragis tentang kejatuhan manusia ke dalam dosa. Melalui tipu daya ular, Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan dengan memakan buah dari Pohon Pengetahuan tentang yang Baik dan yang Jahat. Akibatnya, dosa masuk ke dalam dunia, membawa serta kematian, penderitaan, dan pemisahan dari Tuhan. Hubungan yang tadinya harmonis kini tercemar, dan manusia harus keluar dari Taman Eden.
Kitab Kejadian kemudian melukiskan dampak dosa yang meluas. Pembunuhan pertama terjadi antara Kain dan Habel, menunjukkan bagaimana dosa dapat merusak hubungan antarmanusia. Keturunan Adam dan Hawa terus mengembangkan kejahatan, yang akhirnya menyebabkan Tuhan mendatangkan air bah besar untuk membersihkan bumi dari kebejatan yang merajalela, hanya menyisakan Nuh dan keluarganya yang hidup benar.
Meskipun manusia jatuh, Kitab Kejadian juga penuh dengan kisah tentang kesetiaan dan janji Tuhan. Setelah air bah, Tuhan membuat perjanjian dengan Nuh dan seluruh makhluk hidup, menandatanganinya dengan pelangi sebagai tanda bahwa Dia tidak akan lagi memusnahkan bumi dengan air bah. Ini adalah janji pemeliharaan dan kelangsungan hidup.
Selanjutnya, Kitab Kejadian berfokus pada kisah para leluhur, yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub. Melalui Abraham, Tuhan membuat perjanjian baru yang lebih spesifik, menjanjikan keturunan yang banyak, tanah yang dijanjikan, dan bahwa melalui keturunannya semua bangsa di bumi akan diberkati. Perjalanan hidup para leluhur ini penuh dengan ujian, kesalahan, namun juga ketaatan dan pengenalan yang semakin dalam akan Tuhan. Kisah Yusuf, salah satu dari dua belas anak Yakub, menyoroti bagaimana Tuhan dapat bekerja melalui kesulitan dan penderitaan untuk mencapai tujuan-Nya, bahkan mengubah kejahatan menjadi kebaikan untuk menyelamatkan banyak orang.
Kitab Kejadian bukan hanya tentang masa lalu. Ia meletakkan dasar bagi seluruh narasi Alkitab. Konsep-konsep seperti ketuhanan, penciptaan, dosa, penebusan, perjanjian, dan umat pilihan semuanya berakar di sini. Bagi umat beriman, Kitab Kejadian memberikan pemahaman tentang identitas mereka sebagai ciptaan Tuhan, asal-usul masalah dalam dunia, serta harapan akan pemulihan melalui janji-janji ilahi. Memahami Kitab Kejadian adalah kunci untuk membuka makna yang lebih dalam dari kitab-kitab selanjutnya dalam Alkitab.