Pentingnya Kolostrum dan Produksi ASI Dini
Momen setelah melahirkan adalah fase krusial di mana tubuh ibu mulai beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber makanan terbaik, dan periode awal ini sering kali disebut sebagai ‘Fase Emas’ karena produksi kolostrum—cairan kental, kekuningan, kaya antibodi dan protein yang bertindak sebagai imunisasi pertama bagi bayi.
Banyak ibu baru mengalami kekhawatiran tentang volume ASI yang dirasa kurang. Perasaan ini wajar, tetapi penting untuk dipahami bahwa produksi ASI adalah proses yang kompleks, dipengaruhi oleh tiga faktor utama: stimulasi (isapan bayi), keseimbangan hormonal (Prolaktin dan Oksitosin), dan nutrisi yang adekuat dari ibu. Makanan yang dikonsumsi seorang ibu menyusui memainkan peran fundamental dalam mendukung ketersediaan energi, cairan, dan, yang terpenting, bahan baku untuk memproduksi ASI yang berkualitas dan berlimpah.
Galaktagog Alami: Makanan Pemicu Produksi ASI
Galaktagog adalah zat atau makanan yang dipercaya dapat meningkatkan produksi ASI. Untungnya, alam menyediakan banyak galaktagog yang aman dan efektif, yang sebagian besar mudah ditemukan di dapur kita. Prioritas nutrisi ini bukan hanya tentang meningkatkan kuantitas, tetapi juga menjaga kualitas ASI.
1. Daun Katuk (Sauropus Androgynus) – Raja Galaktagog Lokal
Daun Katuk telah lama menjadi primadona dalam pengobatan tradisional Indonesia untuk ibu menyusui. Penelitian modern mendukung klaim ini, menunjukkan bahwa daun katuk mengandung sterol nabati dan polifenol yang berperan dalam meningkatkan kadar hormon Prolaktin, hormon yang bertanggung jawab langsung dalam pembentukan ASI di kelenjar payudara.
Komposisi dan Cara Kerja Daun Katuk:
- Sterol dan Polifenol: Senyawa aktif ini diyakini bekerja meniru atau merangsang aktivitas hormon laktasi.
- Mineral Penting: Kaya akan zat besi, kalsium, dan vitamin A, yang esensial untuk pemulihan ibu setelah melahirkan dan mendukung kesehatan bayi.
- Pemanfaatan Maksimal: Daun katuk sebaiknya dikonsumsi sebagai sayur bening atau ditumis ringan. Merebusnya dalam waktu yang terlalu lama dapat mengurangi efektivitas zat aktifnya. Konsumsi rutin, setidaknya satu mangkuk setiap hari, seringkali menunjukkan hasil yang signifikan dalam beberapa hari.
Untuk memastikan efektivitasnya, penting bagi ibu untuk mengonsumsi bagian daun yang muda. Resep tradisional seperti Sayur Bening Katuk dengan jagung manis dan labu siam adalah cara yang lezat untuk mendapatkan dosis galaktagog harian.
2. Biji Fenugreek (Kacang Hui) – Galaktagog Internasional
Fenugreek, atau klabet, adalah salah satu galaktagog yang paling banyak diteliti di dunia Barat dan Timur Tengah. Senyawa aktif utama dalam Fenugreek adalah Diosgenin, yang diyakini memiliki sifat estrogenik ringan dan dapat merangsang kelenjar keringat dan kelenjar susu.
Cara Mengonsumsi Fenugreek:
- Teh Fenugreek: Biji dapat direndam dan diseduh menjadi teh. Rasa teh ini cukup kuat dan seringkali memerlukan tambahan madu.
- Kapsul Suplemen: Fenugreek tersedia luas dalam bentuk suplemen kapsul yang lebih praktis, meskipun selalu disarankan untuk berkonsultasi dengan konsultan laktasi atau dokter sebelum memulai suplemen herbal.
- Efek Samping: Ibu perlu memperhatikan bahwa Fenugreek dapat memberikan aroma khas pada keringat dan urin. Ini adalah tanda bahwa zat aktif bekerja dalam sistem tubuh.
3. Gandum Utuh dan Oat (Sereal Gizi Tinggi)
Oatmeal bukan sekadar sarapan yang mengenyangkan, tetapi juga galaktagog yang luar biasa. Kandungan utamanya adalah Saponin dan Beta-Glukan. Beta-Glukan adalah serat larut yang sangat baik untuk kesehatan jantung dan pencernaan, namun dalam konteks laktasi, ia diyakini dapat meningkatkan kadar Prolaktin dalam tubuh.
Manfaat Oatmeal untuk Ibu Menyusui:
Oat menyediakan energi jangka panjang (karbohidrat kompleks) dan membantu menstabilkan kadar gula darah, yang sangat penting untuk menjaga energi ibu menyusui yang sering kali kelelahan. Konsumsi semangkuk besar oatmeal panas di pagi hari, dicampur dengan biji rami (flaxseed) dan buah-buahan, adalah permulaan hari yang ideal.
4. Bawang Putih dan Bawang Bombay
Meskipun sering dihindari karena aromanya, bawang putih telah digunakan dalam banyak budaya sebagai peningkat ASI. Bawang putih mengandung senyawa yang disebut Allicin, yang bersifat antibakteri dan anti-inflamasi, membantu menjaga kesehatan ibu secara keseluruhan. Beberapa ibu melaporkan bahwa aroma tertentu dari bawang putih (jika dikonsumsi dalam jumlah besar) dapat membuat bayi menyusu lebih lama, meskipun ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Penting untuk mengonsumsinya sebagai bagian dari makanan yang seimbang, bukan dalam dosis suplemen mentah, untuk menghindari gangguan pencernaan.
5. Biji-bijian dan Kacang-kacangan
Biji rami (flaxseed), biji wijen, dan kacang almon adalah sumber asam lemak esensial Omega-3 yang sangat tinggi. Omega-3 tidak hanya penting untuk perkembangan otak dan mata bayi (DHA dan EPA yang ditransfer melalui ASI) tetapi juga memberikan energi padat kalori yang dibutuhkan ibu.
- Kacang Almon: Sumber kalsium yang baik (alternatif bagi yang alergi susu sapi).
- Biji Rami: Dapat dicampurkan ke dalam smoothie, yogurt, atau oatmeal untuk meningkatkan asupan serat dan Omega-3.
- Kacang-kacangan Lokal: Kacang hijau dan kacang merah sangat disarankan karena kandungan protein dan zat besinya yang tinggi, mendukung pemulihan pascapersalinan.
Fondasi Nutrisi: Makro dan Mikroelemen Wajib
Produksi ASI memerlukan kalori ekstra sekitar 450 hingga 500 kkal per hari bagi ibu menyusui eksklusif. Kalori ini harus berasal dari makanan padat nutrisi, bukan makanan cepat saji atau minuman manis. Fokus utama harus pada cairan, protein, karbohidrat kompleks, dan lemak sehat.
1. Keajaiban Hidrasi (Cairan)
ASI terdiri dari hampir 90% air. Dehidrasi adalah salah satu penyebab paling umum dari penurunan suplai ASI yang tidak disadari. Ibu menyusui harus minum jauh lebih banyak daripada sebelum hamil. Rasa haus yang tiba-tiba saat menyusui adalah sinyal tubuh bahwa kebutuhan cairan harus segera dipenuhi.
Strategi Hidrasi Optimal:
- Air Putih: Minimal 8-12 gelas per hari. Idealnya, selalu sediakan sebotol air di samping tempat menyusui.
- Air Kelapa: Mengandung elektrolit alami yang membantu tubuh mempertahankan cairan dan mineral penting.
- Sup dan Kaldu: Kaldu tulang atau kaldu sayuran tidak hanya menghidrasi tetapi juga menyediakan mineral dan kolagen yang baik untuk pemulihan ibu. Sup ikan gabus tradisional sering direkomendasikan karena proteinnya yang tinggi.
Kecukupan cairan bukan hanya mempengaruhi kuantitas, tetapi juga menjaga metabolisme ibu berfungsi optimal, memastikan nutrisi dari makanan dapat diubah secara efisien menjadi ASI.
2. Protein Berkualitas Tinggi untuk Pemulihan
Protein adalah blok bangunan utama tubuh dan sangat penting untuk perbaikan jaringan ibu pasca-melahirkan, serta untuk pertumbuhan bayi. ASI mengandung protein, sehingga asupan protein ibu harus memadai.
Sumber Protein Terbaik:
- Ikan (Salmon, Teri, Tuna): Kaya Omega-3 dan protein. Salmon adalah pilihan terbaik karena kandungan DHA-nya yang tinggi.
- Telur: Sumber protein yang sempurna dan murah, mengandung kolin yang vital untuk perkembangan otak bayi.
- Daging Tanpa Lemak: Menyediakan zat besi yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi anemia pascapersalinan.
- Legum (Kacang-kacangan dan Tempe/Tahu): Protein nabati yang sangat baik, kaya serat, dan isoflavon yang secara struktural mirip estrogen, yang dapat mendukung laktasi.
Tempe dan Tahu, sebagai produk fermentasi kedelai, adalah makanan super lokal yang menyediakan protein nabati lengkap, kalsium, dan probiotik (terutama tempe yang diolah secara minimal).
3. Vitamin dan Mineral Penunjang
Beberapa vitamin dan mineral tidak hanya ditransfer ke bayi melalui ASI tetapi juga berfungsi sebagai kofaktor penting dalam proses metabolisme ASI itu sendiri.
- Zat Besi (Iron): Penting untuk mencegah kelelahan (fatique) dan anemia. Anemia dapat secara tidak langsung menghambat produksi ASI karena tubuh terlalu fokus pada pemulihan. Sumber: Daging merah, bayam, hati, dan kacang merah.
- Kalsium: Kalsium dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan tulang. Jika asupan ibu kurang, tubuh akan mengambil cadangan kalsium dari tulang ibu. Sumber: Susu, yogurt, keju, kangkung, dan almon.
- Vitamin B Kompleks: B1, B2, B6, dan B12 sangat penting untuk energi dan fungsi saraf, baik ibu maupun bayi. Sumber: Biji-bijian utuh, daging, dan produk susu.
Kekayaan Nusantara: Makanan Tradisional Peningkat ASI
Banyak budaya di Indonesia memiliki resep rahasia yang diwariskan turun-temurun untuk mendukung ibu menyusui. Resep-resep ini sering kali berbasis rempah-rempah yang tidak hanya meningkatkan suplai ASI tetapi juga menghangatkan tubuh ibu dan mendukung pemulihan setelah persalinan.
1. Sayur Kelor (Moringa Oleifera)
Daun kelor, atau sering disebut sebagai 'superfood' abad ini, memiliki konsentrasi nutrisi yang luar biasa. Kelor jauh lebih unggul daripada daun katuk dalam beberapa aspek nutrisi. Ia kaya protein, Vitamin C, Vitamin A, dan zat besi.
Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi daun kelor secara signifikan dapat meningkatkan volume ASI dan meningkatkan kadar IgA (imunoglobulin) yang berfungsi melindungi bayi dari infeksi. Kelor dapat diolah menjadi sayur bening, ditaburkan dalam sup, atau dikeringkan menjadi bubuk dan dicampurkan ke dalam minuman.
2. Jintan dan Adas (Fennel Seeds)
Adas, yang juga dikenal sebagai fennel, mengandung senyawa anethole. Senyawa ini diyakini memiliki sifat yang mirip dengan estrogen, membantu merangsang kelenjar susu. Di Indonesia, adas sering digunakan sebagai bumbu atau diseduh sebagai teh herbal.
Teh jintan dan adas adalah minuman penghangat yang dapat diminum beberapa kali sehari. Selain meningkatkan ASI, rempah ini juga dipercaya dapat membantu mengurangi gas dan kembung pada bayi yang disusui (walaupun efeknya pada kolik masih menjadi perdebatan).
3. Jahe, Kunyit, dan Rempah Penghangat
Jahe, kunyit, dan kencur adalah rempah yang sering digunakan dalam jamu tradisional pascapersalinan. Meskipun fungsi utamanya mungkin bukan sebagai galaktagog langsung, mereka sangat penting untuk:
- Peningkatan Sirkulasi Darah: Membantu aliran darah ke payudara dan memperlancar distribusi hormon laktasi.
- Mengurangi Inflamasi: Membantu pemulihan fisik ibu dan mengurangi rasa sakit.
- Meningkatkan Nafsu Makan: Penting agar ibu tetap dapat mengonsumsi kalori yang dibutuhkan.
Meminum wedang jahe atau kunyit asam secara teratur bukan hanya tradisi, tetapi juga strategi nutrisi yang cerdas untuk menjaga energi dan kesehatan ibu.
4. Pepaya Muda
Pepaya hijau (muda) sering digunakan dalam masakan Asia, seperti sup atau tumisan. Meskipun mekanisme pastinya tidak sepenuhnya jelas, pepaya muda mengandung enzim yang diyakini dapat membantu produksi ASI. Di Thailand, sup pepaya muda dengan tulang iga atau ayam adalah hidangan klasik untuk ibu menyusui.
Keuntungan lain dari pepaya adalah kandungan seratnya yang tinggi, membantu mencegah sembelit, masalah umum yang dihadapi banyak ibu pascapersalinan.
Menerapkan Strategi Makan Peningkat ASI
Bukan hanya jenis makanannya, tetapi bagaimana dan kapan ibu mengonsumsi makanan tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan laktasi. Ibu yang kurang tidur dan stres cenderung memilih makanan yang kurang bergizi atau melewatkan waktu makan, yang pada akhirnya berdampak pada produksi ASI.
1. Makan dalam Porsi Kecil dan Sering
Ibu menyusui membutuhkan kalori ekstra, tetapi mengisi perut terlalu penuh dapat menyebabkan rasa kantuk dan ketidaknyamanan. Strategi terbaik adalah membagi asupan makanan menjadi 5-6 porsi kecil per hari (tiga kali makan utama dan dua hingga tiga kali camilan padat nutrisi).
Contoh Camilan Sehat Galaktagog:
- Energy Bites: Campuran oatmeal, biji rami, selai kacang, dan madu.
- Smoothie Hijau: Campuran daun kelor atau bayam, pisang, dan almon milk.
- Yogurt dengan Buah Berry: Sumber probiotik dan antioksidan.
2. Prioritaskan Sarapan
Sarapan adalah waktu paling penting untuk menstabilkan kadar gula darah dan memberikan energi awal untuk produksi ASI. Oatmeal, telur orak-arik dengan sayuran (seperti bayam atau daun katuk), atau roti gandum utuh dengan alpukat adalah pilihan sarapan yang sangat dianjurkan.
3. Menyiapkan Cadangan Makanan (Meal Prep)
Minggu-minggu pertama setelah melahirkan sangat melelahkan. Ibu sering kali tidak punya waktu untuk memasak. Menyiapkan makanan beku yang mudah dipanaskan (seperti sup kacang merah, kaldu ayam, atau adonan kue laktasi) dapat memastikan ibu tetap mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan tanpa harus menghabiskan waktu di dapur.
Makanan yang dimasak dalam jumlah besar dan disimpan (batch cooking) memastikan nutrisi ibu tetap terjaga, mencegah penurunan kualitas ASI yang mungkin terjadi akibat kelelahan dan kurangnya asupan kalori.
Dukungan Laktasi yang Melampaui Makanan
Meskipun makanan adalah fondasi, proses keluarnya ASI sangat sensitif terhadap kondisi psikologis dan fisik ibu. Bahkan makanan paling super sekalipun tidak akan efektif jika ibu berada dalam kondisi stres atau kurang istirahat.
1. Manajemen Stres dan Oksitosin
Hormon Oksitosin, sering disebut sebagai 'hormon cinta', bertanggung jawab untuk LDR (Let-Down Reflex) atau refleks ASI keluar. Stres, kecemasan, dan rasa sakit menghambat pelepasan Oksitosin, sehingga ASI menjadi sulit keluar, meskipun Prolaktin telah memproduksinya.
Tips Mengoptimalkan Oksitosin:
- Skin-to-Skin Contact: Kontak kulit ke kulit dengan bayi secara langsung melepaskan Oksitosin.
- Pijat Laktasi dan Pijat Punggung: Melancarkan aliran darah dan merelaksasi otot punggung, yang secara tidak langsung mendukung LDR.
- Lingkungan Tenang: Menyusui di ruangan yang gelap, tenang, dan hangat dapat membantu ibu rileks.
2. Istirahat yang Cukup (Rest)
Produksi Prolaktin, hormon penghasil ASI, paling tinggi terjadi saat ibu sedang tidur, terutama pada malam hari. Kurang tidur kronis (dibawah 6 jam sehari) dapat mengganggu siklus hormonal ini. Penting untuk menerapkan prinsip “istirahat saat bayi istirahat.” Mendapat dukungan dari pasangan atau keluarga untuk tugas rumah tangga adalah kunci agar ibu dapat fokus pada istirahat dan menyusui.
3. Teknik Pelekatan yang Benar
Teknik menyusui dan pelekatan (latch) yang salah adalah penyebab utama payudara tidak terkosongkan dengan sempurna. Jika payudara tidak dikosongkan secara efisien, tubuh akan mendapat sinyal bahwa ASI tidak diperlukan, yang menyebabkan penurunan produksi. Konsultasi dengan konsultan laktasi bersertifikat adalah investasi terbaik untuk memastikan proses menyusui berjalan lancar.
4. Pengosongan Payudara yang Teratur
Prinsip 'supply and demand' harus dijalankan secara ketat. Baik melalui isapan bayi langsung atau melalui pompa ASI, payudara harus dikosongkan setidaknya 8-12 kali dalam 24 jam di minggu-minggu awal. Pengosongan yang sering dan efektif adalah sinyal terkuat bagi tubuh untuk terus memproduksi ASI.
Mengurai Mitos Seputar ASI dan Makanan
Banyak mitos beredar di masyarakat mengenai makanan yang dapat menghambat atau meningkatkan produksi ASI. Penting untuk memisahkan fakta dari fiksi agar ibu tidak membatasi diri dari nutrisi yang sebenarnya mereka butuhkan.
Mitos vs. Fakta:
Mitos 1: Minum Susu Kedelai Membuat ASI Lebih Banyak
Fakta: Susu kedelai, seperti produk kedelai lainnya (tahu, tempe), adalah sumber protein nabati yang baik dan padat kalori, yang mendukung kebutuhan energi ibu. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa susu kedelai secara langsung meningkatkan volume ASI lebih baik daripada susu sapi atau air putih. Jika ibu tidak memiliki alergi, produk kedelai adalah bagian dari diet sehat, bukan solusi ajaib.
Mitos 2: Ibu Menyusui Harus Menghindari Makanan Pedas
Fakta: Sebagian besar zat dalam makanan pedas tidak ditransfer ke ASI. Meskipun mungkin mengubah sedikit rasa ASI (seperti vanila, bawang putih, atau mint), perubahan rasa ini justru sering kali bermanfaat, membantu bayi terpapar berbagai rasa makanan yang kelak ia cicipi. Kecuali jika bayi menunjukkan reaksi negatif yang jelas (seperti rewel atau ruam) setelah ibu makan pedas, tidak perlu menghindarinya.
Mitos 3: Minum Es Membuat ASI Dingin atau Seret
Fakta: Suhu makanan atau minuman yang dikonsumsi tidak akan mempengaruhi suhu atau kelancaran ASI. ASI selalu dikeluarkan pada suhu tubuh yang konstan. Mitos ini tidak memiliki dasar fisiologis. Ibu menyusui boleh minum es atau minuman dingin asalkan itu adalah pilihan hidrasi yang sehat (bukan minuman bergula).
Mitos 4: ASI Encer Berarti Tidak Bergizi
Fakta: ASI berubah komposisinya sepanjang sesi menyusui. ASI awal (foremilk) memang terlihat lebih encer karena tinggi air dan laktosa (gula alami), berfungsi menghilangkan dahaga bayi. ASI akhir (hindmilk) lebih kental dan kaya lemak. Keduanya sama-sama bergizi dan penting. Tidak ada makanan yang dapat membuat ASI 'terlalu encer'; yang ada hanyalah payudara yang belum sepenuhnya dikosongkan.
Peran Lemak Sehat dalam Kualitas ASI
Kualitas ASI, khususnya kandungan lemaknya, sangat dipengaruhi oleh jenis lemak yang ibu konsumsi. Mengonsumsi lemak trans (dari makanan yang digoreng berulang kali atau margarin keras) tidak ideal. Sebaliknya, fokuslah pada lemak sehat tak jenuh.
- Avokad: Sumber lemak tak jenuh tunggal yang sangat baik, membantu menjaga energi ibu.
- Minyak Zaitun/Canola: Baik untuk memasak.
- Ikan Berlemak (Salmon): Menjamin asupan DHA yang optimal untuk perkembangan saraf bayi.
Lemak sehat ini memastikan bahwa hindmilk yang diproduksi ibu memiliki kandungan kalori yang memadai untuk pertumbuhan berat badan bayi yang sehat.
Kebutuhan Energi dan Nutrisi Saat Kondisi Khusus
Kebutuhan nutrisi akan meningkat drastis jika ibu menyusui bayi kembar, berolahraga intensif, atau sedang dalam pemulihan dari penyakit.
Menyusui Kembar atau Lebih
Jika ibu menyusui lebih dari satu bayi, kebutuhan kalori harian meningkat secara signifikan, seringkali memerlukan tambahan hingga 800-1000 kkal per hari. Strategi nutrisi harus fokus pada kepadatan kalori dan protein.
- Peningkatan Porsi Protein: Setiap kali makan harus mencakup porsi protein yang substansial (misalnya, dua porsi ayam, ikan, atau tempe/tahu).
- Camilan Padat Kalori: Mengonsumsi buah kering, campuran kacang-kacangan, atau susu tinggi kalsium di antara waktu makan utama.
- Suplemen Tambahan: Konsultasi dengan ahli gizi mungkin diperlukan untuk memastikan ibu mendapatkan cukup zat besi, kalsium, dan Vitamin D.
Peran Karbohidrat Kompleks
Banyak ibu baru cenderung mengurangi karbohidrat untuk menurunkan berat badan pascapersalinan, namun ini adalah kesalahan besar bagi laktasi. Karbohidrat adalah bahan bakar utama tubuh dan otak, dan mereka diperlukan untuk menjaga stamina dalam menghadapi tuntutan menyusui yang konstan.
- Pilih Karbohidrat Kompleks: Nasi merah, ubi, kentang, jagung, dan gandum utuh melepaskan energi secara perlahan, mencegah lonjakan dan penurunan gula darah yang bisa menyebabkan kelelahan.
- Hindari Gula Olahan: Minuman manis dan makanan ringan bergula tinggi hanya memberikan energi sesaat yang diikuti oleh penurunan drastis, mengganggu kestabilan emosi dan energi ibu.
Integrasi Herbal ke dalam Diet Harian
Mengintegrasikan galaktagog ke dalam diet tidak harus terasa seperti minum obat. Ini adalah tentang substitusi pintar:
- Ganti nasi putih sesekali dengan nasi merah atau quinoa.
- Ganti camilan keripik dengan camilan edamame rebus atau almon panggang.
- Ganti teh manis dengan teh daun katuk atau teh jintan.
Konsistensi adalah kunci. Efek peningkat ASI dari makanan alami biasanya tidak terlihat instan; diperlukan konsumsi rutin selama beberapa hari hingga minggu untuk melihat perubahan yang nyata dalam volume atau refleks ASI.
Kesimpulan dan Dorongan bagi Ibu
Perjalanan menyusui adalah salah satu fase paling menantang sekaligus paling memuaskan dalam hidup seorang ibu. Fokus pada nutrisi yang tepat—cairan yang memadai, protein berkualitas, karbohidrat kompleks, dan integrasi galaktagog alami seperti daun katuk dan kelor—adalah cara terbaik untuk mendukung tubuh Anda dalam memproduksi ASI yang melimpah dan berkualitas tinggi.
Ingatlah bahwa stres dan kelelahan adalah musuh utama laktasi. Meskipun makanan memberikan bahan baku, dukungan emosional, istirahat yang cukup, dan keyakinan diri adalah katalisator yang membuat ASI mengalir. Jangan ragu untuk mencari bantuan dari konsultan laktasi jika Anda merasa kesulitan. Setiap tetes ASI yang Anda berikan adalah hadiah nutrisi dan cinta yang tak ternilai bagi buah hati Anda.
Berikan diri Anda izin untuk beristirahat, minta bantuan, dan nikmati setiap momen kedekatan yang tercipta selama proses menyusui. Tubuh Anda mampu, dan nutrisi yang Anda pilih adalah bentuk perawatan diri yang mendukung kemampuan alami tersebut.