Dalam lautan tilawah Al-Qur'an yang begitu kaya, suara merdu dan penuh penghayatan dari para qari' senantiasa menjadi sumber ketenangan dan inspirasi bagi umat Muslim di seluruh dunia. Salah satu nama yang begitu lekat di ingatan banyak orang ketika mendengar bacaan Surah An-Nisa adalah Qari Muammar Za. Beliau dikenal dengan gaya bacaannya yang khas, mendayu, namun tetap tegas dalam menyampaikan setiap ayat. Bacaannya bukan sekadar rangkaian huruf dan bunyi, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang membawa pendengar meresapi makna mendalam dari kalam Ilahi.
Surah An-Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan salah satu surah Madaniyah yang sangat penting dalam Al-Qur'an. Surah ini memiliki cakupan pembahasan yang luas, mencakup berbagai aspek hukum dan sosial dalam kehidupan seorang Muslim. Mulai dari pengaturan hak-hak waris, hak-hak perempuan dan anak yatim, hingga tuntunan mengenai pernikahan, perceraian, dan bagaimana membangun masyarakat yang adil dan harmonis. Keberadaan surah ini menegaskan perhatian Islam terhadap kaum perempuan dan mereka yang lemah, memberikan panduan yang komprehensif untuk memastikan keadilan dan kesejahteraan mereka.
Ketika Muammar Za melantunkan ayat-ayat Surah An-Nisa, seolah-olah setiap huruf dihidupkan. Teknik tajwidnya yang sempurna, makhraj huruf yang tepat, serta penerapan ilmu waqaf dan ibtida' yang cermat menciptakan sebuah harmoni bacaan yang memukau. Gaya pelantunannya seringkali diwarnai dengan nada yang menggugah emosi, membuat pendengar merasa seolah-olah sedang berdialog langsung dengan Sang Pencipta. Kepekaan beliau dalam menangkap nuansa setiap ayat, baik yang berisi peringatan keras, kabar gembira, maupun perintah, tersalurkan dengan sangat baik melalui setiap tarikan napas dan penekanan suara.
Banyak pendengar yang mengaku merasakan ketenangan batin yang luar biasa saat mendengarkan bacaan Surah An-Nisa dari Muammar Za. Suaranya mampu menyejukkan hati yang gundah, memberikan kekuatan saat menghadapi cobaan, dan mengingatkan kembali akan kebesaran Allah SWT. Pengalaman mendengarkan beliau seringkali digambarkan sebagai momen refleksi diri, di mana ayat-ayat yang dibacakan seolah menjadi cermin bagi setiap individu untuk meninjau kembali perjalanan hidup dan ketaatannya.
Lebih dari sekadar keindahan suara, Muammar Za berhasil menyampaikan pesan-pesan inti dari Surah An-Nisa dengan sangat efektif. Saat beliau membacakan ayat-ayat tentang pentingnya menjaga amanah harta anak yatim, kedengarannya begitu tulus dan mendesak, seolah mengajak pendengar untuk bersikap adil dan penuh kasih. Ketika melantunkan ayat-ayat yang berbicara tentang hak dan kewajiban suami istri, nadanya mampu menggambarkan keharmonisan yang dicita-citakan dalam sebuah keluarga.
Kemampuannya untuk membedakan gradasi emosi dalam bacaan sangatlah menonjol. Misalnya, saat membacakan ayat-ayat yang bersifat ancaman bagi para pendosa, suaranya akan terdengar lebih tegas dan berwibawa. Sebaliknya, ketika membaca ayat-ayat yang penuh rahmat dan ampunan, nadanya akan melunak, penuh kelembutan, dan memberikan harapan. Hal ini menunjukkan pemahaman mendalam beliau terhadap tafsir Al-Qur'an, yang kemudian diterjemahkan dalam performa tilawah yang luar biasa.
Bagi generasi muda yang tumbuh di era digital ini, mendengarkan bacaan Al-Qur'an dengan baik adalah sebuah investasi spiritual yang tak ternilai. Mengenal Qari Muammar Za dan menikmati bacaannya, termasuk Surah An-Nisa, dapat menjadi jembatan untuk lebih mencintai Al-Qur'an. Di tengah gempuran informasi dan hiburan modern, lantunan ayat suci yang indah dapat menjadi penyeimbang, pengingat diri akan nilai-nilai luhur, dan sumber keteduhan jiwa.
Kehadiran suara Qari Muammar Za dalam melantunkan Surah An-Nisa adalah anugerah. Ia bukan hanya sekadar bacaan, melainkan sebuah lantunan cinta, kebijaksanaan, dan petunjuk ilahi yang terus relevan sepanjang masa. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dan ketenangan dari setiap ayat yang dibacanya, serta menjadikannya inspirasi untuk senantiasa memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.