Proses penggilingan menghasilkan foil yang sangat tipis.
Pembuatan aluminium foil adalah sebuah proses industri yang kompleks namun menakjubkan, mengubah aluminium murni menjadi lembaran logam yang sangat tipis, ringan, namun kuat. Aluminium foil, yang sering kita temui dalam kemasan makanan, farmasi, hingga isolasi, memerlukan serangkaian tahapan metalurgi yang presisi. Proses ini dimulai jauh sebelum tahap penggilingan, yaitu dari ekstraksi bauksit hingga pemurnian aluminium primer. Aluminium foil modern memiliki ketebalan yang bisa mencapai sepersekian milimeter, menjadikannya salah satu produk logam olahan paling tipis yang diproduksi secara massal.
Sebelum foil terbentuk, bahan bakunya harus melalui proses ekstensif. Aluminium tidak ditemukan dalam bentuk murni di alam. Ia diekstraksi dari bijih yang disebut bauksit. Bauksit diolah melalui Proses Bayer untuk menghasilkan alumina (aluminium oksida). Alumina kemudian dilebur dalam sel elektrolisis menggunakan Proses Hall-Héroult, di mana listrik dialirkan untuk memisahkan aluminium cair dari oksigen. Aluminium yang dihasilkan pada tahap ini (disebut aluminium primer) kemudian dicampur dengan unsur paduan tertentu, tergantung kebutuhan akhir dari foil tersebut, meskipun foil kemasan makanan seringkali menggunakan aluminium hampir murni (seri 1xxx).
Aluminium cair yang telah dicampur kemudian dicetak menjadi lempengan besar yang disebut "ingot". Ingot ini harus melalui proses pemanasan ulang yang terkontrol sebelum memasuki mesin penggilingan. Proses pembuatan aluminium foil secara fisik dimulai dengan proses penggilingan panas (hot rolling). Tujuannya adalah mengurangi ketebalan ingot secara signifikan, mengubahnya menjadi lembaran yang lebih mudah ditangani. Lembaran ini, meskipun masih tebal dibandingkan produk akhir, sudah jauh lebih tipis daripada ingot awal. Setelah penggilingan panas selesai, lembaran digulung menjadi gulungan besar yang dikenal sebagai 'slab stock'.
Tahap kunci dalam pembuatan aluminium foil adalah penggilingan dingin (cold rolling). Lembaran aluminium yang telah digulung dari tahap sebelumnya dimasukkan ke dalam pabrik penggilingan multi-stand (multi-stand rolling mill) yang memiliki roller bertekanan sangat tinggi. Proses ini dilakukan pada suhu ruang, yang menyebabkan logam menjadi lebih keras dan rapuh (strain hardening). Tekanan ekstrem dari rol-rol baja yang berputar dengan kecepatan tinggi memaksa lembaran aluminium menjadi semakin tipis. Pada tahap ini, ketebalan bisa dikurangi hingga mencapai puluhan mikrometer.
Saat proses penggilingan dingin berlangsung, lembaran aluminium akan menjadi sangat tipis sehingga seringkali dua lapisan saling menempel akibat tekanan dan panas gesekan, yang dikenal sebagai 'contact welding'. Oleh karena itu, proses penggilingan sering dilakukan dalam mode 'double rolling', di mana dua lembar aluminium digulirkan secara bersamaan. Setelah mencapai ketebalan yang diinginkan, gulungan foil ini perlu melalui proses anil (annealing). Anil adalah pemanasan terkontrol yang menghilangkan kekerasan yang didapat selama penggilingan dingin, mengembalikan sifat lentur dan mudah dibentuk pada aluminium foil. Proses anil ini juga bertujuan untuk memisahkan dua lapisan yang menempel selama penggilingan.
Setelah anil, foil mungkin menjalani satu atau dua tahap penggilingan akhir yang sangat ringan (finish rolling) jika spesifikasi ketebalan atau kekerasan permukaan tertentu diperlukan. Foil kemudian digulung menjadi gulungan jumbo. Gulungan ini kemudian dipotong sesuai ukuran pesanan pelanggan. Kualitas permukaan, termasuk tingkat kecerahan dan kehalusan, sangat dikontrol selama tahap akhir ini. Keunikan aluminium foil adalah kemampuannya memberikan penghalang sempurna terhadap cahaya, udara, dan kelembaban, menjadikannya bahan pengemasan yang tak tergantikan dalam industri modern. Keseluruhan pembuatan aluminium foil adalah contoh bagaimana metalurgi presisi mengubah bahan mentah menjadi produk bernilai tinggi yang esensial bagi kehidupan sehari-hari.