Pembuatan amplas adalah proses manufaktur yang melibatkan perpaduan ilmu material, teknik pelapisan, dan presisi dalam pemilihan ukuran butiran. Amplas, alat yang esensial dalam hampir setiap industri mulai dari pertukangan kayu, otomotif, hingga finishing logam, berfungsi untuk menghaluskan, menghilangkan material, atau mempersiapkan permukaan sebelum pengecatan. Kualitas akhir permukaan sangat bergantung pada bagaimana amplas tersebut diproduksi.
Proses komersial pembuatan amplas melibatkan empat komponen utama yang harus disatukan dengan metode yang tepat: material abrasif, material pendukung (backing), perekat (binder), dan proses finishing.
Material abrasif adalah 'gigi' dari amplas. Pemilihan jenis material sangat menentukan kinerja amplas terhadap berbagai jenis material yang akan dikerjakan. Beberapa jenis abrasif umum meliputi:
Setelah jenis material dipilih, proses selanjutnya adalah mengklasifikasikannya berdasarkan ukuran butiran (grit). Ukuran ini diukur dalam mikron atau standar standar FEPA/ANSI. Grit kasar (misalnya #40 hingga #80) digunakan untuk menghilangkan material dalam jumlah besar dan membentuk kontur. Sebaliknya, grit halus (misalnya #220 ke atas) digunakan untuk penghalusan akhir dan persiapan permukaan. Ketidakakuratan dalam proses penggilingan butiran akan menghasilkan amplas yang tidak konsisten dan dapat menyebabkan goresan yang tidak diinginkan pada benda kerja.
Material pendukung harus kuat, fleksibel, dan mampu menahan tegangan tarik saat digunakan. Material pendukung utama terdiri dari kertas, kain (katun atau poliester), atau film poliester. Untuk penggunaan mesin (orbital sander atau belt sander), kekuatan dan stabilitas dimensi backing sangat krusial. Kertas biasanya digunakan untuk aplikasi finishing yang lebih ringan, sementara kain menawarkan daya tahan superior untuk penggunaan berat dan fleksibilitas saat membentuk profil.
Inti dari pembuatan amplas terletak pada cara butiran abrasif dilekatkan ke backing. Proses ini biasanya dilakukan dalam dua langkah utama menggunakan perekat khusus yang tahan panas dan kelembaban.
Lapisan pertama perekat diaplikasikan pada material pendukung. Ini berfungsi sebagai fondasi yang kuat untuk menahan beban abrasif dan panas yang dihasilkan saat pengamplasan. Ketebalan dan komposisi make coat ini sangat mempengaruhi seberapa lama amplas akan bertahan sebelum butiran mulai terlepas.
Setelah lapisan dasar mengering, butiran abrasif ditaburkan atau disemprotkan di atasnya. Dalam produksi modern, teknik elektrostatis sering digunakan. Dalam proses ini, butiran abrasif diberi muatan listrik dan ditembakkan ke permukaan yang diberi lapisan perekat. Muatan listrik ini memastikan bahwa butiran berdiri tegak lurus (orientasi yang ideal) terhadap permukaan backing, memaksimalkan efisiensi pemotongan.
Lembaran yang telah dilapisi kemudian melewati oven atau ruang pengeringan bersuhu terkontrol. Proses pengawetan (curing) ini mengerasnya perekat sehingga menciptakan ikatan permanen antara butiran dan backing. Kegagalan dalam proses curing dapat menyebabkan butiran mudah copot (shedding) saat digunakan, yang secara drastis mengurangi umur pakai amplas.
Untuk amplas kelas premium, sering ditambahkan lapisan penutup (size coat kedua) di atas butiran abrasif. Lapisan ini biasanya terbuat dari bahan yang lebih lembut dan berfungsi sebagai pelumas atau penghambat penumpukan debu (clogging). Bahan aditif ini membantu amplas tetap 'terbuka' dan membuang serpihan material lebih efisien, sehingga menjaga tingkat keseragaman hasil pengamplasan sepanjang durasi pemakaian. Pembuatan amplas yang berkualitas tinggi selalu menyertakan optimasi pada tahap finishing ini untuk memberikan nilai tambah bagi pengguna akhir.