Pembuluh Arteri: Jaringan Vital Transportasi Oksigen
Pembuluh arteri mewakili saluran kehidupan utama dalam sistem sirkulasi, memikul tanggung jawab krusial untuk mendistribusikan darah yang kaya oksigen dan nutrisi dari jantung ke setiap sel dan jaringan tubuh. Keutuhan struktural dan fungsional arteri adalah prasyarat mutlak bagi kesehatan organ secara keseluruhan. Ketika fungsi pembuluh arteri terganggu, konsekuensinya dapat meluas menjadi spektrum penyakit kardiovaskular yang mengancam jiwa, mulai dari hipertensi kronis hingga serangan jantung dan stroke. Pemahaman mendalam tentang anatomi, fisiologi, dan mekanisme penyakit yang memengaruhi pembuluh ini menjadi kunci dalam upaya pencegahan dan pengobatan.
I. Definisi, Klasifikasi, dan Peran Fungsional
Pembuluh arteri didefinisikan secara struktural sebagai pembuluh darah eferen, yang berarti mereka membawa darah menjauhi jantung. Meskipun arteri sering diidentikkan dengan transportasi darah beroksigen, penting untuk membedakan berdasarkan sirkuit. Dalam sirkulasi sistemik, arteri memang membawa darah teroksigenasi, namun dalam sirkulasi paru (pulmonal), arteri justru membawa darah terdeoksigenasi dari ventrikel kanan menuju paru-paru untuk proses pertukaran gas. Terlepas dari status oksigenasi, fungsi utama arteri adalah mempertahankan tekanan tinggi yang dihasilkan oleh kontraksi ventrikel dan memastikan aliran darah yang berkelanjutan ke kapiler.
A. Perbedaan Struktural dan Fungsional dengan Pembuluh Lain
Arteri memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari vena (yang membawa darah kembali ke jantung) dan kapiler (tempat pertukaran zat). Perbedaan paling signifikan terletak pada ketebalan dinding dan elastisitasnya. Arteri memiliki dinding yang jauh lebih tebal dan lebih berotot karena harus menahan tekanan pulsatif tinggi yang dihasilkan oleh jantung. Dinding yang kuat ini memungkinkan arteri untuk memodulasi diameter lumennya, sebuah proses yang sangat penting dalam regulasi tekanan darah dan distribusi aliran darah ke organ-organ tertentu sesuai kebutuhan metabolik saat itu.
1. Fungsi Distribusi
Arteri, terutama arteri muskular yang lebih kecil, berperan sebagai sistem distribusi. Melalui kemampuan vasokonstriksi (penyempitan) dan vasodilatasi (pelebaran), arteri mengarahkan volume darah yang tepat ke jaringan aktif. Misalnya, selama olahraga berat, arteri yang menuju otot rangka akan melebar, sementara arteri yang menuju saluran pencernaan mungkin menyempit.
2. Fungsi Peredam (Windkessel Effect)
Arteri besar, khususnya aorta dan cabang-cabang utamanya, dikenal sebagai arteri elastis atau konduksi. Struktur dinding elastis ini memungkinkan mereka meregang selama sistol (kontraksi jantung) untuk mengakomodasi volume darah yang dikeluarkan, kemudian secara pasif mengerut kembali selama diastol (relaksasi jantung). Proses ini mengubah aliran darah pulsatif intermiten menjadi aliran yang lebih kontinu ke kapiler, menjaga tekanan darah diastolik tetap stabil, sebuah fenomena yang disebut efek Windkessel.
B. Klasifikasi Arteri
Arteri diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama berdasarkan ukuran dan komposisi histologis dindingnya, yang mencerminkan fungsi spesifiknya dalam sirkulasi:
- Arteri Elastis (Arteri Tipe Konduksi): Ini adalah arteri terbesar, seperti aorta dan arteri pulmonalis. Mereka memiliki persentase jaringan elastin yang sangat tinggi di tunika media. Fungsi utamanya adalah menyalurkan volume darah besar dan meredam fluktuasi tekanan yang parah.
- Arteri Muskular (Arteri Tipe Distribusi): Ini adalah arteri berukuran sedang, yang mencakup sebagian besar arteri yang diberi nama (misalnya, arteri femoralis, arteri brakialis). Tunika media mereka didominasi oleh sel otot polos. Mereka bertanggung jawab untuk mengontrol aliran darah ke organ individu dengan mengubah diameter lumen secara aktif.
- Arteriol: Ini adalah arteri terkecil, tepat sebelum kapiler. Arteriol adalah pengatur resistensi perifer yang paling signifikan. Perubahan kecil pada diameter arteriol menghasilkan perubahan besar pada resistensi aliran, menjadikannya titik kontrol utama tekanan darah sistemik.
II. Struktur Histologis Dinding Arteri
Dinding pembuluh arteri, terlepas dari ukurannya, terdiri dari tiga lapisan konsentris yang dikenal sebagai tunika. Ketebalan dan komposisi relatif dari setiap tunika bervariasi tergantung pada jenis arteri, namun dasar strukturalnya tetap konsisten.
Gambar 1: Struktur Dasar Pembuluh Arteri
A. Tunika Intima (Lapisan Terdalam)
Tunika intima adalah lapisan yang bersentuhan langsung dengan darah. Lapisan ini sangat tipis dan terdiri dari tiga komponen:
- Endotelium: Lapisan sel epitel skuamosa tunggal yang berfungsi sebagai penghalang selektif. Sel endotel ini tidak hanya menyediakan permukaan yang halus untuk aliran darah non-trombogenik (tidak menyebabkan penggumpalan), tetapi juga merupakan organ endokrin yang aktif, melepaskan zat-zat vital seperti oksida nitrat (NO, vasodilator kuat) dan endotelin (vasokonstriktor kuat).
- Membran Basal: Lapisan pendukung protein dan polisakarida yang mendasari sel endotel.
- Lamina Elastis Internal: Pada arteri muskular, ini adalah batas yang jelas yang memisahkan intima dari tunika media, kaya akan serat elastin.
Peran Kritis Sel Endotel
Integritas endotel adalah penanda utama kesehatan vaskular. Disfungsi endotel, seringkali merupakan manifestasi awal dari penyakit aterosklerosis, terjadi ketika sel-sel ini kehilangan kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan antara faktor vasokonstriksi dan vasodilatasi, atau ketika mereka menjadi lebih permeabel terhadap lipoprotein kolesterol.
B. Tunika Media (Lapisan Tengah)
Tunika media adalah lapisan paling tebal pada arteri dan memberikan kekuatan dan elastisitas. Komponen utamanya adalah sel otot polos vaskular (SMVC) dan matriks ekstraseluler yang kaya elastin dan kolagen. Kontrol atas tonus vaskular—keadaan kontraksi parsial—sepenuhnya berada di lapisan ini.
Pada arteri elastis (seperti aorta), media didominasi oleh lapisan konsentris elastin berulang (lamellae), memungkinkan pembuluh meregang dan kembali ke bentuk semula. Sebaliknya, pada arteri muskular, media didominasi oleh sel otot polos yang tersusun melingkar, memungkinkan kontrol aktif terhadap diameter lumen.
Otot Polos dan Vasomotor
Kontraksi otot polos dimediasi oleh sistem saraf otonom (khususnya sistem simpatis) dan oleh zat-zat lokal (autokrin dan parakrin) yang dilepaskan oleh endotel atau sel-sel di sekitarnya. Otot polos vaskular mempertahankan apa yang disebut 'tonus vaskular' dasar, yang penting untuk mempertahankan tekanan darah istirahat.
C. Tunika Adventitia (Lapisan Terluar)
Tunika adventitia, atau tunika eksterna, adalah lapisan terluar yang terdiri dari jaringan ikat longgar (fibroblas, serat kolagen) yang berfungsi untuk melindungi dan menambatkan pembuluh ke jaringan di sekitarnya. Lapisan ini juga mengandung:
- Vasa Vasorum: Pembuluh darah kecil yang memberi nutrisi kepada dinding arteri itu sendiri, terutama pada arteri besar yang terlalu tebal untuk diberi nutrisi melalui difusi dari darah di lumen.
- Nervi Vasorum: Serat saraf autonom yang menembus tunika media, mengontrol kontraksi otot polos vaskular.
III. Fisiologi Arteri dan Regulasi Tekanan Darah
Peran fisiologis arteri melampaui sekadar saluran pasif. Mereka adalah komponen aktif yang mengatur resistensi total dalam sistem sirkulasi, yang secara langsung menentukan tekanan darah sistemik dan efisiensi aliran darah ke jaringan.
A. Resistensi Vaskular Perifer
Total resistensi perifer (TPR) adalah jumlah total hambatan terhadap aliran darah dalam sirkulasi sistemik. Resistensi ini ditentukan oleh tiga faktor utama, di mana diameter arteri kecil dan arteriol memegang pengaruh terbesar:
- Diameter Pembuluh: Menurut Hukum Poiseuille, resistensi berbanding terbalik dengan pangkat empat jari-jari pembuluh (R ∝ 1/r⁴). Artinya, penurunan jari-jari arteriol sebesar setengah dapat meningkatkan resistensi 16 kali lipat. Inilah mengapa arteriol adalah pengatur utama tekanan darah.
- Viskositas Darah: Dipengaruhi terutama oleh hematokrit (persentase sel darah merah).
- Panjang Pembuluh: Secara relatif konstan pada orang dewasa.
B. Kontrol Vasomotor: Neural, Hormonal, dan Metabolik
Kontrol terhadap tonus otot polos arteri sangat kompleks, melibatkan sinyal dari sistem saraf, hormon yang beredar, dan sinyal metabolik lokal yang dihasilkan oleh jaringan yang dilayani.
1. Kontrol Saraf (Neural)
Sistem saraf simpatis adalah pengatur tonus vaskular utama. Serat simpatis melepaskan norepinefrin, yang berinteraksi dengan reseptor adrenergik alfa-1 pada otot polos arteri, menyebabkan vasokonstriksi umum. Ini penting dalam mempertahankan tekanan darah saat terjadi perubahan postur atau kehilangan darah.
2. Kontrol Hormonal
- Angiotensin II: Vasokonstriktor paling kuat yang dikenal. Merupakan komponen penting dari sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAAS), yang sangat aktif dalam respons terhadap volume darah rendah atau tekanan darah rendah.
- Vasopresin (ADH): Selain perannya dalam retensi air ginjal, ADH juga merupakan vasokonstriktor kuat pada konsentrasi tinggi.
- Epinefrin (Adrenalin): Efeknya bervariasi tergantung pada reseptor (alfa atau beta) pada arteri. Pada sebagian besar arteriol, ia menyebabkan vasokonstriksi (melalui reseptor alfa), tetapi di otot rangka dan hati, ia dapat menyebabkan vasodilatasi (melalui reseptor beta-2).
3. Kontrol Metabolik (Otokrin/Lokal)
Mekanisme ini dikenal sebagai hiperemia aktif. Ketika suatu jaringan sangat aktif, ia menghasilkan metabolit yang menyebabkan vasodilatasi lokal di arteriol yang relevan. Zat-zat ini meliputi:
- Peningkatan CO₂ (karbon dioksida).
- Peningkatan ion H⁺ (pH rendah).
- Penurunan O₂ (oksigen).
- Adenosin (terkait dengan metabolisme ATP).
- Oksida Nitrat (NO) yang dilepaskan oleh endotel sebagai respons terhadap gaya gesek aliran darah (shear stress).
Kontrol metabolik memastikan bahwa aliran darah selalu sesuai dengan permintaan energi lokal, sebuah mekanisme autoregulasi yang sangat efisien.
C. Peran Baroreseptor dalam Arteri Besar
Arteri karotis (di leher) dan arkus aorta (di dada) memiliki reseptor tekanan khusus yang disebut baroreseptor. Reseptor saraf ini terus-menerus memantau tekanan darah. Ketika tekanan darah naik, baroreseptor mengirim sinyal ke pusat vasomotor di otak (medulla oblongata). Sebagai respons, otak mengirim sinyal untuk mengurangi output jantung dan menyebabkan vasodilatasi arteri, sehingga menurunkan tekanan darah kembali ke titik setel (set point). Sistem ini sangat penting untuk penyesuaian tekanan darah jangka pendek, seperti saat bangun dari posisi duduk.
IV. Peta Sistem Arteri Mayor
Sistem arteri sistemik dimulai dari aorta, arteri terbesar dan paling elastis di tubuh, yang berfungsi sebagai batang utama dari mana semua arteri distribusi lainnya bercabang.
A. Aorta dan Cabang Utama
Aorta dibagi menjadi beberapa bagian utama:
1. Aorta Asendens (Ascending Aorta)
Segmen ini muncul langsung dari ventrikel kiri. Cabang pertamanya dan yang paling vital adalah arteri koroner, yang memasok otot jantung. Keutuhan arteri koroner sangat penting karena otot jantung memiliki sedikit kemampuan untuk bertahan dari iskemia (kekurangan oksigen).
2. Arkus Aorta (Aortic Arch)
Setelah naik, aorta melengkung ke kiri, membentuk arkus. Dari sini bercabang tiga pembuluh utama yang memasok kepala, leher, dan lengan atas:
- Arteri Brakiocefalika (Innominata): Bercabang menjadi arteri karotis komunis kanan dan arteri subklavia kanan.
- Arteri Karotis Komunis Kiri: Memasok darah ke kepala dan otak sisi kiri.
- Arteri Subklavia Kiri: Memasok darah ke lengan kiri.
3. Aorta Desendens (Descending Aorta)
Ini dibagi lagi menjadi aorta torasika (di dada) dan aorta abdominalis (di perut). Aorta abdominalis menghasilkan cabang-cabang penting yang memasok organ pencernaan (misalnya, trunkus seliakus, arteri mesenterika), ginjal (arteri renalis), dan organ panggul.
B. Sirkulasi Serebral (Otak)
Pasokan darah ke otak, yang sangat sensitif terhadap perubahan aliran, dijamin oleh dua pasang arteri utama: arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Arteri-arteri ini bertemu untuk membentuk Cincin Willis (Circle of Willis), sebuah anastomosis arteri yang menjamin bahwa jika satu arteri utama terblokir, pasokan darah ke area otak tertentu masih dapat dipertahankan melalui rute kolateral.
C. Sirkulasi Perifer
Di ekstremitas, arteri utama adalah arteri subklavia (berubah menjadi brakialis di lengan) dan arteri iliaka komunis (bercabang menjadi arteri femoralis di kaki). Arteri perifer sangat penting dalam diagnosis klinis, karena denyutan (pulsasi) mereka mencerminkan tekanan dan laju denyut jantung. Kelemahan atau tidak adanya denyut nadi perifer sering menjadi tanda penyakit arteri perifer (PAD).
V. Patofisiologi Arteri dan Penyakit Kardiovaskular Utama
Arteri adalah korban utama dari gaya mekanik kronis (hipertensi) dan gangguan metabolisme (dislipidemia). Kerusakan pada lapisan endotel dapat memicu rangkaian peristiwa patologis yang dikenal sebagai penyakit arteri, yang menyumbang angka kematian tertinggi secara global.
A. Aterosklerosis: Proses Kunci
Aterosklerosis adalah penyakit progresif di mana plak lemak (ateroma) menumpuk di tunika intima arteri berukuran sedang hingga besar. Ini adalah penyebab mendasar dari sebagian besar penyakit arteri koroner, stroke iskemik, dan penyakit arteri perifer.
1. Tahapan Perkembangan Aterosklerosis
- Disfungsi Endotel: Ditandai oleh peningkatan permeabilitas terhadap lipoprotein berdensitas rendah (LDL) yang teroksidasi dan berkurangnya produksi NO.
- Pembentukan Garis Lemak (Fatty Streak): LDL yang teroksidasi menarik monosit dari aliran darah. Monosit ini bermigrasi ke intima, berubah menjadi makrofag, dan mulai 'memakan' LDL teroksidasi, menjadi 'sel busa' (foam cells). Agregasi sel busa ini membentuk garis lemak.
- Pembentukan Plak Fibrosa: Sel otot polos dari tunika media bermigrasi ke intima, memperbanyak diri, dan menghasilkan matriks kolagen fibrosa, membentuk 'tudung fibrosa' yang menutupi inti lemak. Plak ini menyebabkan penyempitan lumen (stenosis).
- Komplikasi Plak: Plak yang 'rentan' (plak dengan tudung fibrosa tipis dan inti lemak besar) dapat pecah. Pecahnya plak memaparkan bahan inti aterogenik ke aliran darah, memicu kaskade koagulasi cepat dan pembentukan trombus (bekuan darah), yang dapat menyebabkan oklusi mendadak pada arteri.
Gambar 2: Penyempitan Lumen Akibat Aterosklerosis
2. Komplikasi Spesifik
- Penyakit Arteri Koroner (CAD): Ketika aterosklerosis terjadi pada arteri koroner, suplai oksigen ke miokardium (otot jantung) terganggu, menyebabkan angina (nyeri dada) atau infark miokard (serangan jantung) jika oklusi akut terjadi.
- Stroke Iskemik: Oklusi mendadak pada arteri karotis atau arteri serebral lainnya.
- Penyakit Arteri Perifer (PAD): Aterosklerosis pada arteri ekstremitas, paling sering di kaki, menyebabkan klaudikasio (nyeri saat berjalan) dan, dalam kasus parah, iskemia kritis anggota badan.
B. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Hipertensi adalah tekanan darah kronis yang tinggi, didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 130 mmHg atau diastolik di atas 80 mmHg. Hipertensi adalah faktor risiko terbesar untuk penyakit arteri karena beberapa alasan:
- Kerusakan Mekanis Endotel: Tekanan tinggi meningkatkan gaya gesek (shear stress) dan tekanan regangan pada dinding arteri, yang secara fisik merusak lapisan endotel.
- Hipertrofi Tunika Media: Sebagai respons terhadap tekanan yang terus-menerus tinggi, otot polos di tunika media bereplikasi dan mengalami hipertrofi (pembesaran), menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan menebal (arteriolosklerosis).
- Peningkatan Kekakuan (Stiffness): Hilangnya elastisitas arteri besar mengurangi kemampuan efek Windkessel, yang pada gilirannya meningkatkan tekanan sistolik (tekanan nadi melebar), memperburuk kerusakan pada organ target (ginjal, otak, mata).
Dengan kata lain, hipertensi bukan hanya akibat dari masalah arteri, tetapi juga menjadi penyebab utama perburukan penyakit arteri itu sendiri, menciptakan lingkaran setan patologis.
C. Aneurisma
Aneurisma adalah pelebaran patologis atau penonjolan dinding arteri lokal. Kondisi ini paling sering terjadi pada aorta (aneurisma aorta abdominalis/AAA) dan pada arteri serebral (aneurisma berry). Aneurisma terjadi ketika integritas struktural tunika media melemah, seringkali akibat aterosklerosis, hipertensi, atau gangguan jaringan ikat kongenital.
Bahaya utama aneurisma adalah risiko ruptur (pecah), yang menyebabkan perdarahan masif dan seringkali fatal, terutama pada kasus ruptur AAA atau aneurisma intrakranial.
D. Arteritis dan Vaskulitis
Arteritis adalah peradangan pada dinding arteri, bagian dari kelompok penyakit yang lebih luas yang disebut vaskulitis. Peradangan ini dapat bersifat autoimun dan memengaruhi arteri dengan ukuran tertentu:
- Arteritis Sel Raksasa (Giant Cell Arteritis/Temporal Arteritis): Biasanya menyerang arteri berukuran sedang dan besar di kepala dan leher, berpotensi menyebabkan kebutaan.
- Arteritis Takayasu: Vaskulitis yang memengaruhi aorta dan cabang-cabang utamanya, sering terlihat pada pasien muda, menyebabkan stenosis dan oklusi pada arteri besar.
VI. Faktor Risiko dan Strategi Pencegahan Kerusakan Arteri
Sebagian besar penyakit arteri dapat dicegah karena mereka didorong oleh modifikasi gaya hidup dan kontrol kondisi medis yang mendasarinya. Intervensi yang menargetkan faktor risiko ini sangat penting untuk mempertahankan elastisitas dan fungsi endotel yang sehat.
A. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Faktor-faktor ini mencakup genetik dan demografi, meskipun mereka dapat memengaruhi tingkat keparahan dan usia onset penyakit:
- Usia: Risiko aterosklerosis meningkat secara signifikan seiring bertambahnya usia, karena akumulasi kerusakan kumulatif dan penurunan alami elastisitas jaringan.
- Jenis Kelamin: Pria dan wanita pascamenopause memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap penyakit arteri koroner dibandingkan wanita pramenopause.
- Riwayat Keluarga: Predisposisi genetik terhadap dislipidemia atau hipertensi.
B. Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi (Target Intervensi)
1. Dislipidemia (Kadar Lemak Abnormal)
Kadar kolesterol LDL ("jahat") yang tinggi adalah pendorong utama aterosklerosis karena LDL teroksidasi adalah molekul yang memicu respons inflamasi di dinding arteri. Sebaliknya, kolesterol HDL ("baik") membantu mengeluarkan kolesterol dari pembuluh darah.
2. Diabetes Mellitus (DM)
Hiperglikemia kronis (gula darah tinggi) secara langsung merusak sel endotel melalui proses yang melibatkan pembentukan Produk Akhir Glikasi Tingkat Lanjut (AGEs). Diabetes mempercepat aterosklerosis dan secara khusus memengaruhi arteri kecil (mikroangiopati), terutama di ginjal dan retina.
3. Merokok
Merokok adalah vasokonstriktor kuat dan menyebabkan kerusakan endotel yang parah. Bahan kimia dalam asap rokok mempromosikan oksidasi LDL dan meningkatkan agregasi trombosit, secara signifikan mempercepat pembentukan plak dan meningkatkan risiko trombosis akut.
4. Obesitas dan Sindrom Metabolik
Obesitas viseral (lemak perut) terkait dengan resistensi insulin dan keadaan pro-inflamasi kronis. Inflamasi sistemik ini secara terus-menerus mengiritasi dinding arteri, memicu jalur patologis aterosklerosis.
5. Kurang Aktivitas Fisik
Olahraga teratur diketahui meningkatkan produksi Oksida Nitrat (NO) oleh endotel, yang meningkatkan vasodilatasi dan menjaga fleksibilitas arteri. Kurangnya olahraga berkontribusi pada disfungsi endotel.
VII. Diagnostik dan Pendekatan Terapeutik
Manajemen penyakit arteri melibatkan skrining yang cermat, diagnosis yang akurat mengenai tingkat stenosis, dan intervensi yang berkisar dari perubahan gaya hidup hingga prosedur bedah kompleks.
A. Metode Diagnostik Pembuluh Arteri
- Ultrasonografi Doppler: Ini adalah metode non-invasif utama. Doppler memungkinkan dokter untuk memvisualisasikan dinding arteri, mengukur ketebalan intima-media (IMT, penanda risiko aterosklerosis), dan mengukur kecepatan aliran darah untuk menilai tingkat stenosis (penyempitan).
- Angiografi Konvensional: Prosedur invasif yang melibatkan injeksi zat kontras ke dalam arteri untuk menghasilkan gambar sinar-X yang mendetail tentang lumen. Ini adalah standar emas untuk mengukur stenosis, meskipun sebagian besar digantikan oleh teknik non-invasif.
- Angiografi CT (CTA) dan MRI (MRA): Teknik pencitraan non-invasif yang menghasilkan rekonstruksi 3D yang mendetail dari sistem arteri, berguna untuk menilai aneurisma atau diseksi aorta.
- Indeks Ankle-Brachial (ABI): Rasio sederhana tekanan darah sistolik di pergelangan kaki dibandingkan dengan lengan. ABI yang rendah (<0.9) adalah penanda sensitif untuk penyakit arteri perifer.
B. Intervensi Farmakologis
Pengobatan berfokus pada stabilisasi plak, perbaikan fungsi endotel, dan kontrol tekanan darah serta kadar lemak:
- Statin: Obat penurun kolesterol yang tidak hanya mengurangi LDL tetapi juga memiliki efek pleiotropik—mengurangi peradangan, menstabilkan plak aterosklerotik, dan meningkatkan fungsi endotel.
- Antiplatelet (Aspirin, Klopidogrel): Mengurangi risiko pembentukan trombus akut yang menyebabkan serangan jantung atau stroke, sangat penting pada pasien dengan plak rentan.
- Inhibitor ACE / Angiotensin Receptor Blockers (ARB): Memblokir sistem RAAS, menyebabkan vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah, serta melindungi ginjal dan jantung dari efek kerusakan tekanan tinggi.
C. Prosedur Revaskularisasi (Intervensi)
Ketika stenosis arteri menyebabkan iskemia yang signifikan atau mengancam anggota tubuh, intervensi mekanis mungkin diperlukan untuk memulihkan aliran darah:
- Angioplasti dan Pemasangan Stent: Balon kecil digembungkan di lokasi penyempitan untuk membuka arteri (angioplasti), diikuti oleh penempatan stent (tabung jala) untuk menahan arteri tetap terbuka.
- Bedah Bypass (misalnya, CABG): Terutama digunakan pada penyakit arteri koroner parah. Pembuluh darah sehat (biasanya vena safena atau arteri mamaria interna) digunakan untuk membuat saluran baru yang melewati (bypass) arteri yang tersumbat, memastikan darah mencapai miokardium atau jaringan perifer.
- Endarterektomi: Prosedur bedah untuk menghilangkan plak aterosklerotik secara fisik dari dinding arteri, paling sering dilakukan pada arteri karotis untuk mencegah stroke.
VIII. Elastisitas Arteri dan Penuaan Vaskular
Kekakuan arteri, atau hilangnya elastisitas (compliance), adalah penanda penting penuaan vaskular dan faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular. Arteri yang kaku tidak mampu meredam gelombang tekanan sistolik secara efektif.
A. Dampak Kekakuan Arteri
Pada arteri muda yang sehat, gelombang tekanan sistolik diserap dan dipantulkan kembali selama diastol, membantu perfusi koroner. Ketika arteri menjadi kaku (akibat hilangnya elastin dan peningkatan kolagen), gelombang tekanan memantul kembali lebih cepat dan mencapai jantung kembali saat sistol masih berlangsung, bukan saat diastol. Hal ini menyebabkan:
- Peningkatan Tekanan Nadi (perbedaan antara sistolik dan diastolik).
- Peningkatan Beban Kerja Jantung (Afterload).
- Penurunan Perfusi Koroner Selama Diastol.
Kekakuan ini dapat diukur secara klinis melalui kecepatan gelombang denyut (Pulse Wave Velocity/PWV). PWV yang lebih tinggi mengindikasikan arteri yang lebih kaku dan risiko kardiovaskular yang lebih besar.
B. Fenomena Arteri dalam Kondisi Khusus
1. Arteri Pulmonalis (Sirkulasi Paru)
Arteri pulmonalis adalah anomali fungsional. Berbeda dengan arteri sistemik, arteri pulmonalis bekerja pada tekanan yang sangat rendah. Tekanan rata-rata pada sirkulasi pulmonal jauh lebih rendah daripada sistemik. Jika resistensi dalam arteri pulmonalis meningkat (misalnya karena hipertensi pulmonal), ventrikel kanan akan cepat gagal karena tidak dirancang untuk menahan beban tekanan tinggi secara terus-menerus.
2. Ductus Arteriosus (Arteri Fetal)
Pada janin, ada shunt (pintasan) besar antara arteri pulmonalis dan aorta yang disebut ductus arteriosus. Pintasan ini memungkinkan darah melewati paru-paru janin yang belum berfungsi. Setelah kelahiran, kenaikan kadar oksigen dan perubahan hormon memicu penutupan fungsional dari ductus arteriosus, yang kemudian menjadi ligamentum arteriosum, memisahkan dua sirkuit secara permanen.
IX. Arah Penelitian dan Terapi Vaskular Masa Depan
Penelitian modern terus mencari cara yang lebih efektif untuk membalikkan atau setidaknya menghentikan kerusakan progresif pada pembuluh arteri, terutama aterosklerosis dan kekakuan vaskular.
A. Terapi Sel Punca dan Rekayasa Jaringan
Pendekatan regeneratif berfokus pada penggunaan sel punca endotel progenitor (EPCs) untuk memperbaiki dan meregenerasi lapisan endotel yang rusak. Teori ini menyatakan bahwa dengan meningkatkan jumlah dan fungsi EPCs, kemampuan alami tubuh untuk menyembuhkan arteri yang rusak dapat ditingkatkan, berpotensi membalikkan disfungsi endotel awal.
B. Targeting Inflamasi Plak
Pengobatan di masa depan semakin menjauh dari hanya menurunkan kadar kolesterol. Fokus beralih pada targeting peradangan spesifik di dalam plak aterosklerotik. Studi telah menunjukkan bahwa inflamasi kronis yang terus-menerus di dinding arteri adalah penentu utama kerentanan plak terhadap ruptur. Terapi baru berusaha untuk menenangkan respon imun inflamasi lokal tanpa mengkompromikan pertahanan sistemik pasien.
C. Farmakologi yang Ditargetkan pada Arteri Kaku
Mengingat kekakuan arteri (arterial stiffness) kini diakui sebagai faktor risiko independen, penelitian mencari agen farmasi yang secara spesifik dapat memulihkan komposisi matriks ekstraseluler tunika media, seperti inhibitor yang menargetkan jalur tertentu yang menyebabkan penumpukan kolagen berlebihan dan degradasi elastin.
Singkatnya, pembuluh arteri adalah infrastruktur sirkulasi yang sangat canggih dan rentan. Mereka tidak hanya mengalirkan darah, tetapi secara dinamis mengatur tekanan dan distribusi nutrisi. Keberhasilan dalam memerangi penyakit kardiovaskular bergantung pada pemeliharaan keutuhan endotel dan elastisitas struktural arteri sepanjang perjalanan hidup.