Perjanjian Baru, salah satu bagian terpenting dalam kitab suci Kristen, bukan sekadar kumpulan tulisan kuno. Ia adalah sebuah narasi yang mendalam, sebuah janji yang ditepati, dan sebuah landasan bagi jutaan orang di seluruh dunia untuk memahami hubungan mereka dengan Tuhan dan sesama. Memahami pengantar Perjanjian Baru berarti menyelami inti dari ajaran Kristus, melihat bagaimana harapan baru disebarkan, dan bagaimana sebuah komunitas iman mulai terbentuk.
Sebelum membahas Perjanjian Baru, penting untuk diingat bahwa ia berdiri di atas fondasi yang kuat dari Perjanjian Lama. Perjanjian Lama berisi kisah penciptaan, kejatuhan manusia, perjanjian Tuhan dengan umat pilihan-Nya, hukum-hukum-Nya, serta nubuat-nubuat tentang kedatangan seorang Mesias. Perjanjian Lama adalah cerita tentang janji-janji Tuhan yang seringkali belum tergenapi sepenuhnya, menanti sebuah pemenuhan yang lebih besar. Ia mempersiapkan jalan, menandakan kebutuhan akan penebusan dan pemulihan yang lebih komprehensif.
Perjanjian Baru dimulai dengan kisah kelahiran Yesus Kristus, yang diyakini oleh umat Kristen sebagai Mesias yang telah dinubuatkan. Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes adalah jantung dari Perjanjian Baru, yang mencatat kehidupan, ajaran, pelayanan, kematian, dan kebangkitan Yesus. Melalui kisah-kisah ini, kita diperkenalkan pada pribadi Yesus yang luar biasa. Ia bukan sekadar seorang nabi atau guru yang baik, tetapi dipahami sebagai Anak Allah sendiri, yang datang ke dunia untuk menebus dosa manusia.
Ajaran Yesus, seperti yang tercatat dalam Injil, sangat revolusioner. Ia berbicara tentang kasih tanpa syarat, pengampunan, kerendahan hati, dan kerajaan Allah. Khotbah di Bukit, perumpamaan-perumpamaan-Nya, dan mukjizat-mukjizat yang Ia lakukan semuanya menunjukkan sifat ilahi dan misi penebusan-Nya. Ia memanggil orang-orang berdosa, merangkul kaum terpinggirkan, dan menantang norma-norma sosial dan keagamaan yang berlaku pada zamannya. Inilah esensi dari pengantar perjanjian baru: penggenapan janji dan permulaan era baru.
Pelayanan Yesus bukan hanya tentang penyebaran ajaran, tetapi juga tentang pengesahan sebuah perjanjian baru antara Tuhan dan manusia. Perjanjian Lama didasarkan pada hukum Taurat, yang, meskipun penting, seringkali tidak dapat dipatuhi sepenuhnya oleh manusia karena kelemahan mereka. Yesus, melalui kematian dan kebangkitan-Nya, menawarkan jalan baru yang didasarkan pada kasih karunia dan iman. Perjamuan Kudus, yang Ia tetapkan sebelum kematian-Nya, menjadi simbol dari perjanjian baru ini, di mana pengorbanan-Nya menjadi dasar pengampunan dosa.
"Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah selesai makan, lalu berkata: 'Cawan ini adalah perjanjian baru, yang dimeteraikan oleh darah-Ku, yang bagi kamu dicurahkan.'" (Lukas 22:20)
Ayat ini, dan banyak ayat serupa lainnya, menegaskan transisi dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru. Perjanjian baru ini tidak menghapus hukum lama, tetapi menggenapinya dan memberikan makna yang lebih dalam, dengan fokus pada hati dan motivasi, bukan hanya tindakan lahiriah.
Setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus, Perjanjian Baru melanjutkan kisahnya melalui Kesusastraan Para Rasul dan surat-surat yang ditulis oleh para rasul, terutama Rasul Paulus. Kisah Para Rasul menceritakan bagaimana Roh Kudus turun pada hari Pentakosta, memberikan keberanian dan kuasa kepada para murid untuk menyebarkan Injil ke seluruh penjuru dunia. Ini adalah momen krusial dalam pengantar perjanjian baru, di mana pesan keselamatan mulai menjangkau bangsa-bangsa lain.
Surat-surat para rasul, yang ditujukan kepada gereja-gereja mula-mula, memberikan bimbingan teologis, praktis, dan moral. Surat-surat ini membahas berbagai isu yang dihadapi oleh komunitas Kristen yang sedang berkembang, mulai dari doktrin yang benar, cara hidup yang kudus, hingga penegasan kembali tentang pentingnya iman kepada Kristus sebagai dasar keselamatan. Surat-surat ini membentuk dasar pemahaman teologis Kristen dan menjadi panduan bagi umat percaya sepanjang zaman.
Perjanjian Baru ditutup dengan Kitab Wahyu, sebuah kitab apokaliptik yang memberikan gambaran visioner tentang akhir zaman, kekalahan kejahatan, dan kemenangan akhir Allah. Meskipun seringkali sulit untuk diinterpretasikan, Kitab Wahyu memperkuat tema harapan dan kepastian akan pemulihan akhir segala sesuatu dalam pemerintahan Kristus. Ia mengingatkan bahwa kisah ini memiliki puncak yang penuh kemenangan.
Secara keseluruhan, pengantar Perjanjian Baru adalah sebuah pengantar yang kaya akan makna. Ia memperkenalkan kepada kita pribadi Yesus Kristus, menggarisbawahi kedatangan-Nya sebagai penggenapan janji ilahi, dan menjelaskan dasar dari perjanjian baru yang menawarkan penebusan dan hidup kekal bagi semua yang percaya. Ini adalah kisah yang terus bergema, menginspirasi, dan menantang umat manusia hingga hari ini.