Perumahan Antang, sebuah nama yang tidak asing bagi setiap warga Makassar dan sekitarnya, merepresentasikan salah satu kawasan pemukiman terluas dan terpadat di bagian timur kota. Kawasan ini bukan hanya sekadar deretan rumah, melainkan sebuah ekosistem sosial, ekonomi, dan infrastruktur yang kompleks. Melintasi batas administrasi antara Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, kawasan Antang telah menjadi magnet bagi penduduk yang mencari hunian terjangkau dengan aksesibilitas yang memadai menuju pusat kota. Artikel ini akan mengupas tuntas sejarah perkembangan, struktur geografis, dinamika sosial, hingga potensi masa depan dari Perumahan Antang.
Visualisasi luasnya area Perumahan Antang yang terbagi menjadi banyak blok dan memiliki jalan utama yang membelah kawasan.
Pembentukan Perumahan Antang tidak terjadi dalam semalam. Kawasan ini awalnya merupakan lahan kosong yang didominasi oleh semak belukar dan persawahan, jauh dari hiruk pikuk pusat Kota Makassar. Inisiatif pembangunan perumahan ini bermula dari kebutuhan mendesak akan hunian layak bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah pada era 1980-an hingga 1990-an. Pemerintah daerah, bekerjasama dengan Perum Perumnas, melihat potensi lahan yang luas dan relatif datar di area timur kota sebagai solusi konkret terhadap masalah kepadatan populasi di pusat kota.
Fase pertama pembangunan Perumahan Antang dipimpin oleh Perumnas (Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional). Fokus utama pada periode ini adalah menciptakan rumah tipe sederhana (Tipe 21 dan Tipe 36) yang terjangkau. Struktur awal kawasan ini dikenal dengan pembagian blok-blok yang sangat terencana, mulai dari Blok I hingga Blok VIII, serta area lanjutan seperti Blok M dan Blok N. Setiap blok dirancang untuk mandiri, lengkap dengan fasilitas umum dasar seperti sekolah dasar dan pasar kecil. Proses penyerahan unit-unit ini dilakukan secara bertahap, menciptakan gelombang migrasi besar-besaran dari berbagai pelosok Makassar ke kawasan timur.
Perkembangan Perumahan Antang adalah cerminan dari kebijakan tata ruang kota yang berusaha mendesentralisasi populasi, menjadikannya model pengembangan sub-urban yang sukses di Sulawesi Selatan.
Laju urbanisasi yang cepat setelah pembangunan fase pertama menuntut perluasan yang agresif. Seiring berjalannya waktu, lahan-lahan di sekitar blok Perumnas mulai dikembangkan oleh pengembang swasta. Hal ini menciptakan diversitas arsitektur dan harga rumah, dari rumah subsidi hingga klaster-klaster menengah yang lebih modern. Dinamika ini memperkaya corak sosial Perumahan Antang, namun sekaligus menimbulkan tantangan baru dalam pengelolaan infrastruktur, terutama drainase dan transportasi massal. Kajian mendalam mengenai struktur tanah menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah ini adalah dataran rendah yang membutuhkan sistem drainase yang cermat, sebuah tantangan yang terus berlanjut hingga hari ini.
Secara geografis, Perumahan Antang terletak di persimpangan administrasi Kelurahan Antang (Kecamatan Manggala, Kota Makassar) dan beberapa kelurahan di Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Gowa. Ekspansi pemukiman yang tak terbendung melintasi batas kota menciptakan zona metropolitan yang terintegrasi, yang sering disebut sebagai Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar). Wilayah Perumahan Antang yang berbatasan dengan Moncongloe menjadi area pengembangan properti baru yang sangat pesat, menawarkan harga tanah yang sedikit lebih rendah, namun tetap memanfaatkan fasilitas dan aksesibilitas yang dibangun di sisi Makassar.
Pemahaman mendalam tentang tata ruang dan infrastruktur menjadi kunci untuk menganalisis kehidupan sehari-hari di Perumahan Antang. Lokasinya yang strategis, meskipun awalnya dianggap pinggiran, kini menjadikannya simpul penting yang menghubungkan pusat kota dengan kawasan Maros dan Gowa. Geografi kawasan ini didominasi oleh dataran rendah, yang memerlukan perhatian khusus terhadap manajemen air hujan dan sistem kanal.
Jalan Poros Antang (Jalan Antang Raya) adalah arteri kehidupan utama yang membelah kawasan ini. Jalan ini menjadi jalur utama bagi transportasi umum dan pribadi yang menghubungkan Antang langsung ke Jalan Urip Sumoharjo (melalui Tello) atau ke Jalan Hertasning. Kepadatan lalu lintas di Antang Raya pada jam-jam puncak, terutama pagi hari saat warga menuju pusat kota dan sore hari saat kembali, telah menjadi ciri khas kawasan ini. Dalam konteks mobilitas, Perumahan Antang menghadapi dilema klasik sub-urban: ketergantungan tinggi pada kendaraan pribadi dan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan layanan transportasi publik.
Di dalam blok-blok lama Perumahan Antang (Blok I hingga VIII), jaringan jalan dirancang dengan pola grid sederhana, memudahkan navigasi. Lebar jalan di lingkungan ini bervariasi, namun umumnya memungkinkan dua mobil berpapasan. Desain ini, meskipun efisien, kini menghadapi tantangan parkir karena peningkatan kepemilikan kendaraan oleh warga. Analisis struktur jalan menunjukkan bahwa pembangunan awal menggunakan material yang solid, namun pemeliharaan intensif diperlukan akibat beban lalu lintas yang meningkat drastis dibandingkan perkiraan dekade lalu. Detail ini sangat penting mengingat Blok III dan Blok IV sering menjadi pusat aktivitas komersial kecil, memaksa jalur-jalur kecil tersebut menanggung beban yang melebihi kapasitas desain awalnya. Berbagai upaya perbaikan dan pelebaran telah dilakukan, namun keterbatasan lahan di kawasan padat membuat solusi permanen sulit diterapkan, memaksa pemerintah kota untuk mencari alternatif tata kelola lalu lintas satu arah pada beberapa titik krusial.
Sebaliknya, kawasan pengembangan baru di perbatasan Gowa cenderung memiliki klaster dengan sistem satu gerbang (one-gate system) dan jalan lingkungan yang lebih sempit namun tertata rapi. Perbedaan kontras antara infrastruktur lama Perumnas dan infrastruktur klaster modern ini menciptakan mosaik pembangunan yang unik di seluruh wilayah Perumahan Antang. Pembangunan klaster-klaster baru ini juga sering kali mencakup fasilitas internal seperti taman komunitas dan kolam renang mini, yang secara signifikan meningkatkan nilai properti di zona tersebut dan menarik segmen demografi yang lebih muda dan memiliki daya beli lebih tinggi dibandingkan penghuni awal Perumnas.
Isu genangan air atau banjir seringkali melekat pada pembahasan mengenai Perumahan Antang, terutama di beberapa titik rendah seperti sekitar Blok X dan area dekat pinggiran sungai. Topografi dataran rendah, ditambah dengan curah hujan tinggi khas Makassar, menuntut sistem drainase yang prima. Permasalahan ini diperparah oleh penyempitan saluran air akibat sedimentasi dan pembangunan liar yang mengganggu aliran alami. Proyek revitalisasi kanal dan pengerukan lumpur secara rutin oleh Dinas Pekerjaan Umum menjadi agenda wajib tahunan di kawasan ini.
Beberapa inisiatif telah diluncurkan, termasuk pembangunan kolam retensi skala kecil di sekitar area yang paling rentan banjir. Kolam retensi ini berfungsi menampung debit air saat hujan ekstrem, sebelum dialirkan perlahan ke kanal utama atau sungai terdekat. Namun, keberhasilan inisiatif ini sangat bergantung pada partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan tidak membuang sampah ke saluran air. Edukasi publik mengenai pentingnya menjaga drainase menjadi bagian integral dari manajemen tata kota di Perumahan Antang. Program kerja bakti rutin yang difasilitasi oleh Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) berperan penting dalam menjaga fungsi optimal dari selokan tersier yang berada di antara rumah-rumah warga.
Sebagai kawasan padat, ketersediaan utilitas seperti listrik (PLN), air bersih (PDAM), dan gas menjadi faktor krusial. Perumahan Antang dilayani oleh jaringan utilitas yang cukup stabil, namun pertumbuhan penduduk yang eksplosif sering kali menekan kapasitas layanan tersebut. Suplai air bersih, misalnya, telah menjadi subjek peningkatan infrastruktur PDAM, dengan pembangunan booster pump dan reservoir tambahan untuk memastikan tekanan air merata hingga ke unit-unit terjauh, terutama di kawasan yang lebih tinggi.
Di sektor komunikasi, Antang telah bertransformasi dari area yang minim akses internet menjadi salah satu zona dengan penetrasi serat optik yang sangat tinggi, melayani kebutuhan kerja jarak jauh dan pendidikan daring, yang semakin penting pasca-pandemi. Kehadiran berbagai penyedia layanan internet di Perumahan Antang menciptakan persaingan sehat yang menguntungkan konsumen, baik dari segi kecepatan maupun harga layanan bulanan. Hal ini menunjukkan bahwa Antang bukan lagi kawasan pinggiran dalam konteks digital, melainkan area yang sepenuhnya terintegrasi dengan kebutuhan konektivitas modern.
Representasi kepadatan pemukiman dan interaksi sosial di Perumahan Antang.
Populasi di Perumahan Antang sangat beragam, mencerminkan strata sosial ekonomi yang luas, meskipun mayoritas adalah pekerja formal berpenghasilan menengah dan menengah ke bawah. Sejak awal, kawasan ini dirancang untuk menampung PNS, sehingga banyak pensiunan, guru, dan pegawai instansi pemerintah yang menetap di sini. Namun, dalam dua dekade terakhir, komposisi penduduk telah berubah seiring masuknya pekerja swasta, mahasiswa yang mencari kos terjangkau, dan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Perumahan Antang memiliki pasar tradisionalnya sendiri, yang dikenal sebagai Pasar Antang. Pasar ini berfungsi sebagai pusat distribusi harian untuk kebutuhan pangan warga. Selain pasar utama, banyak ruko (rumah toko) telah berkembang di sepanjang jalan utama, menawarkan berbagai jasa mulai dari bengkel, minimarket berjejaring, apotek, hingga kafe dan warung makan. Keberadaan UMKM yang menjamur—mulai dari warung kopi pinggir jalan hingga katering rumahan—menunjukkan tingginya tingkat kewirausahaan di kawasan Perumahan Antang.
Secara khusus, sektor kuliner di Perumahan Antang berkembang pesat, terutama saat malam hari. Beberapa ruas jalan utama berubah menjadi sentra kuliner yang ramai, menawarkan makanan khas Makassar seperti Coto, Konro, dan Pallubasa, hingga jajanan modern. Fenomena ini tidak hanya memenuhi kebutuhan perut warga, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan menjadi daya tarik bagi warga dari area lain di Makassar untuk berkunjung. Analisis ekonomi mikro menunjukkan bahwa sentra kuliner ini memberikan kontribusi signifikan terhadap perputaran uang di tingkat komunitas, memperkuat resiliensi ekonomi lokal di kawasan Perumahan Antang.
Harga properti di Perumahan Antang menunjukkan tren kenaikan yang stabil. Meskipun awalnya dikenal sebagai kawasan rumah subsidi, kini harga tanah di dekat jalan poros telah melambung tinggi, mencerminkan peningkatan permintaan dan perkembangan infrastruktur. Investor melihat Antang sebagai lokasi yang menjanjikan karena kedekatannya dengan kampus-kampus besar (seperti UIN Alauddin dan Unhas Tamalanrea, meskipun sedikit lebih jauh) dan rencana pembangunan jalan lingkar luar. Rumah-rumah lama Perumnas sering direnovasi atau dibongkar total untuk dibangun kembali menjadi rumah kost atau ruko, menandakan pergeseran fungsi dari hunian murni menjadi area komersial parsial.
Namun, kenaikan harga properti ini juga menimbulkan tantangan. Generasi muda dari keluarga asli Antang sering kali kesulitan membeli rumah di area yang sama karena harga yang sudah jauh melampaui kemampuan mereka, memaksa mereka mencari hunian di kawasan yang lebih jauh lagi di perbatasan Gowa atau Maros.
Keberadaan fasilitas publik yang lengkap adalah faktor utama yang menjadikan Perumahan Antang kawasan hunian yang diidamkan. Sejak awal perencanaan, Perumnas memastikan bahwa kebutuhan dasar warga, terutama pendidikan dan kesehatan, dapat terpenuhi tanpa harus bepergian jauh ke pusat kota.
Perumahan Antang dikenal memiliki fasilitas pendidikan yang sangat memadai, mulai dari jenjang prasekolah hingga sekolah menengah atas. Hampir setiap blok di kawasan lama memiliki setidaknya satu Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang usianya sudah puluhan tahun. Keberadaan institusi pendidikan ini menciptakan lingkungan yang stabil bagi keluarga muda dan menjadi alasan utama mengapa banyak orang tua memilih untuk menetap di sini.
Di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), Antang menampung beberapa sekolah negeri unggulan, seperti SMPN 44 Makassar dan SMKN 8 Makassar, yang menarik siswa tidak hanya dari kawasan Antang sendiri tetapi juga dari Manggala dan Tallo. Persaingan masuk ke sekolah-sekolah negeri di Antang cukup ketat, mencerminkan kualitas pengajaran dan reputasi yang baik. Selain sekolah negeri, sejumlah besar sekolah swasta dan madrasah juga beroperasi, menawarkan pilihan kurikulum dan pendekatan pendidikan yang beragam, mulai dari sekolah berbasis agama hingga sekolah internasional kecil.
Fenomena menarik di Perumahan Antang adalah menjamurnya lembaga bimbingan belajar (bimbel) dan kursus keterampilan, terutama di sekitar Blok V dan VI. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran warga Antang terhadap pendidikan sangat tinggi, dan mereka bersedia menginvestasikan sumber daya tambahan untuk memastikan anak-anak mereka memiliki daya saing yang tinggi. Ini juga menopang perekonomian lokal dengan menciptakan lapangan kerja bagi mahasiswa atau lulusan baru sebagai tenaga pengajar paruh waktu.
Aspek kesehatan di Perumahan Antang didukung oleh beberapa fasilitas penting. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Antang merupakan garda terdepan dalam layanan kesehatan primer, melayani kebutuhan imunisasi, pemeriksaan rutin, dan penanganan penyakit ringan. Puskesmas ini memiliki peran vital dalam program kesehatan masyarakat, termasuk penanggulangan demam berdarah dan promosi hidup sehat, yang sangat penting mengingat kepadatan populasi di area tersebut.
Selain Puskesmas, terdapat banyak klinik swasta, dokter praktik mandiri, dan apotek yang tersebar merata, menjamin akses cepat terhadap obat-obatan dan konsultasi medis. Untuk kasus yang membutuhkan penanganan lebih lanjut, Perumahan Antang memiliki akses yang relatif cepat ke beberapa rumah sakit besar di Makassar, seperti RS Wahidin Sudirohusodo atau RSUD Labuang Baji, meskipun akses ini sangat bergantung pada kondisi lalu lintas di Jalan Poros Antang.
Kehidupan spiritual di Perumahan Antang sangat hidup. Masjid-masjid besar seperti Masjid Darul Mukhlisin dan banyak musala kecil tersebar di setiap RT, berfungsi tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial kemasyarakatan. Kegiatan pengajian, majelis taklim, dan perayaan hari besar Islam sering diselenggarakan, memperkuat ikatan silaturahmi antarwarga.
Meskipun mayoritas penduduknya Muslim, kawasan Perumahan Antang juga dikenal memiliki tingkat toleransi yang baik. Bukti dari hal ini adalah berdirinya beberapa rumah ibadah agama lain, termasuk gereja dan pura, yang menunjukkan bahwa keragaman adalah bagian integral dari identitas sosial kawasan ini. Peran tokoh masyarakat dan pemimpin agama sangat krusial dalam menjaga harmoni dan memastikan bahwa perbedaan keyakinan dapat hidup berdampingan dengan damai.
Jaringan jalan yang kompleks dan dinamika transportasi di Perumahan Antang.
Meskipun telah mencapai tingkat kematangan yang tinggi sebagai kawasan pemukiman, Perumahan Antang masih menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi untuk menjamin keberlanjutan dan peningkatan kualitas hidup warganya. Tantangan utama berpusat pada infrastruktur, tata kelola lingkungan, dan integrasi dengan rencana pembangunan metropolitan Makassar.
Kemacetan di Antang Raya dan akses masuk-keluar dari Jalan Urip Sumoharjo atau Jalan Hertasning adalah masalah kronis. Solusi jangka pendek yang diterapkan pemerintah kota meliputi penertiban pedagang kaki lima (PKL) yang menggunakan bahu jalan dan peningkatan frekuensi transportasi umum. Namun, solusi jangka panjang memerlukan pembangunan infrastruktur alternatif. Salah satu wacana yang terus bergulir adalah pembangunan jalan penghubung baru yang dapat mengurai kepadatan, mungkin melalui akses langsung ke jalan tol atau pembangunan jalan layang (flyover) di persimpangan-persimpangan kunci.
Integrasi layanan angkutan massal modern seperti Trans Mamminasata (Bus Rapid Transit) yang melalui Perumahan Antang menjadi langkah penting. Dengan rute yang terencana, warga dapat beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke moda transportasi publik, yang tidak hanya mengurangi kemacetan tetapi juga emisi karbon. Keberhasilan program ini sangat bergantung pada ketersediaan shelter yang memadai dan jadwal yang dapat diandalkan, memberikan alternatif yang menarik bagi komuter harian Antang.
Seiring dengan kepadatan, pengelolaan sampah menjadi isu yang kompleks. Meskipun layanan kebersihan dari Dinas Kebersihan Kota Makassar relatif rutin, volume sampah rumah tangga yang dihasilkan di Perumahan Antang terus meningkat. Diperlukan investasi lebih lanjut dalam Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di tingkat komunitas, serta peningkatan kesadaran warga mengenai pemilahan sampah (reduksi, reuse, recycle). Beberapa komunitas RT/RW telah memulai program bank sampah yang berhasil, namun inisiatif ini perlu diperluas dan diintegrasikan secara menyeluruh ke seluruh kawasan Antang.
Di masa depan, Perumahan Antang memiliki potensi besar untuk bertransformasi dari sekadar kawasan pemukiman menjadi kota satelit mandiri. Transformasi ini membutuhkan penguatan sektor ekonomi lokal (non-residensial) agar warga tidak selalu harus pergi ke pusat kota untuk bekerja. Pengembangan kawasan industri kecil (home industry) dan peningkatan fasilitas komersial skala besar, seperti pusat perbelanjaan modern atau perkantoran satelit, dapat menciptakan lapangan kerja lokal dan mengurangi beban mobilitas harian.
Pemerintah daerah diharapkan terus mendorong investasi di area ini, khususnya dalam pembangunan ruang terbuka hijau (RTH) dan fasilitas rekreasi publik. Pembangunan taman kota yang terawat dan area jogging track akan meningkatkan kualitas hidup dan menyediakan tempat bagi interaksi sosial yang sehat. Dengan perencanaan tata ruang yang bijak, Perumahan Antang dapat menjadi model kawasan pemukiman yang berhasil menyeimbangkan pertumbuhan populasi, kebutuhan infrastruktur, dan pelestarian lingkungan di metropolitan Makassar.
Meskipun secara umum dikenal sebagai ‘Antang’, kawasan ini terdiri dari puluhan klaster dan blok yang masing-masing memiliki karakter dan sejarah perkembangan yang berbeda. Memahami nuansa ini penting bagi siapa saja yang ingin tinggal atau berinvestasi di Perumahan Antang, karena harga, fasilitas, dan suasana sosial dapat bervariasi secara signifikan dari satu blok ke blok lainnya.
Blok-blok awal Perumnas (I, II, V, VI, VII, VIII) adalah jantung dari Perumahan Antang. Blok-blok ini ditandai dengan desain rumah yang seragam (Tipe 21 dan Tipe 36) yang kini telah banyak direnovasi total. Karakteristik utama blok ini adalah kepadatan yang tinggi, jaringan jalan yang padat, dan suasana kekeluargaan yang sangat kental. Warga di blok ini umumnya adalah penghuni lama, menciptakan rasa komunitas yang kuat, dengan RT/RW yang aktif. Fasilitas umum seperti Puskesmas dan kantor pos kecil seringkali terletak di sekitar Blok III dan Blok IV, menjadikan area ini pusat komersial dan administrasi tertua di Antang.
Keunggulan utama blok-blok klasik ini adalah kedekatannya dengan Jalan Antang Raya dan akses ke transportasi publik. Namun, tantangannya adalah keterbatasan lahan parkir dan drainase yang lebih tua, yang rentan terhadap penumpukan sedimen. Investasi di blok ini sering berfokus pada pengembangan ulang properti menjadi kos-kosan atau kontrakan, memanfaatkan permintaan hunian mahasiswa dan pekerja lajang yang tinggi di area tersebut.
Berbeda dengan blok klasik, kawasan seperti Blok M dan Blok N, yang merupakan pengembangan lanjutan Perumnas, serta klaster-klaster swasta modern yang tumbuh pesat di perbatasan Gowa, menawarkan suasana yang berbeda. Klaster-klaster baru ini umumnya dibangun dengan konsep minimalis modern, memiliki keamanan satu gerbang (one-gate system), dan fasilitas internal seperti musala kecil dan taman bermain privat. Demografi penghuninya cenderung lebih homogen, didominasi oleh pasangan muda dan profesional baru.
Klaster-klaster di perbatasan Gowa, meskipun sedikit lebih jauh dari pusat kota, menawarkan keunggulan berupa udara yang lebih segar, lingkungan yang lebih tertata rapi, dan harga properti yang, meskipun terus naik, masih menawarkan nilai lebih dibandingkan properti di dalam inti kota Makassar. Pengembang seringkali menyertakan fasilitas air bersih yang lebih canggih (misalnya sumur bor dalam yang terintegrasi) untuk mengatasi potensi masalah suplai PDAM, sebuah pertimbangan penting bagi calon pembeli di Perumahan Antang modern.
Meskipun kampus utama UIN Alauddin Makassar berada di Samata Gowa, aksesibilitas tercepat dari Makassar adalah melalui Antang. Kedekatan ini telah mengubah sebagian area Perumahan Antang menjadi zona penyangga pendidikan. Area ini dipenuhi dengan warung makan, fotokopi, toko buku, dan tentu saja, kos-kosan mahasiswa. Perputaran ekonomi di zona ini sangat cepat dan berorientasi pada jasa. Dinamika ini memberikan keuntungan ekonomi, namun juga meningkatkan kebutuhan pengawasan keamanan dan ketertiban umum, terutama di malam hari.
Transformasi fungsi ini menunjukkan adaptabilitas Perumahan Antang sebagai sebuah kawasan urban. Area yang dulunya murni residensial kini telah merangkul peran ganda sebagai pusat komersial dan pendidikan satelit. Perkembangan ini terus mendorong peningkatan nilai properti di sepanjang koridor utama yang menghubungkan Antang dengan Samata, bahkan melampaui kenaikan harga di beberapa blok Perumnas yang lebih tua.
Aspek yang sering terlewatkan saat membahas kawasan pemukiman adalah kekuatan jaringan sosialnya. Komunitas di Perumahan Antang dikenal memiliki resiliensi sosial yang tinggi, yang terwujud dalam berbagai kegiatan gotong royong dan tradisi lokal yang dipertahankan.
Struktur RT/RW di Antang berfungsi sangat efektif, jauh melampaui peran administratifnya. Mereka adalah motor penggerak untuk kegiatan seperti kerja bakti rutin, pengamanan lingkungan (ronda malam atau siskamling), dan penggalangan dana sosial untuk warga yang terkena musibah. Di momen-momen tertentu seperti Hari Raya Idulfitri, suasana kebersamaan sangat terasa, dengan tradisi saling berkunjung dan berbagi makanan. Keaktifan ini menciptakan rasa memiliki yang kuat, sebuah aset tak ternilai bagi kawasan sebesar Perumahan Antang.
Kawasan ini juga memiliki beberapa lapangan olahraga dan fasilitas publik kecil yang menjadi titik kumpul. Lapangan futsal, bulutangkis, dan taman-taman kecil menjadi tempat anak-anak dan remaja menghabiskan waktu luang. Komunitas seni lokal, meskipun tidak terpusat, sering menyelenggarakan pentas kecil atau pelatihan, terutama yang berfokus pada seni tradisional Bugis-Makassar, memastikan warisan budaya tetap hidup di tengah modernisasi perkotaan.
Secara keseluruhan, Perumahan Antang adalah sebuah laboratorium sosial perkotaan yang dinamis. Dari blok-blok sederhana Perumnas hingga klaster-klaster mewah di perbatasan Gowa, Antang menawarkan kisah sukses tentang bagaimana sebuah kawasan pinggiran dapat bertransformasi menjadi tulang punggung kehidupan perkotaan. Tantangan yang ada, seperti banjir dan kemacetan, adalah bagian dari proses pertumbuhan yang sedang ditangani melalui perencanaan yang lebih matang dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Potensinya sebagai pusat ekonomi satelit yang mandiri dan terintegrasi menjadikan Antang salah satu kawasan paling menarik untuk diamati di lanskap urban Sulawesi Selatan.