Simbolisasi kebaikan dan rahmat Tuhan.
Surah An Nisa, yang berarti "Wanita", adalah salah satu surah Madaniyyah dalam Al-Qur'an yang memiliki banyak ajaran penting mengenai hukum, keluarga, dan hubungan sosial. Di antara ayat-ayatnya yang sarat makna, terdapat QS An Nisa ayat 14 yang menjadi sorotan karena membahas tentang keutamaan dan rahmat Allah SWT, terutama bagi mereka yang taat kepada-Nya. Ayat ini memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana setiap perbuatan, baik yang besar maupun kecil, akan mendapatkan balasan setimpal dari Tuhan semesta alam.
لَا يُحِبُّ ٱللَّهُ ٱلْجَهْرَ بِٱلسُّوٓءِ مِنَ ٱلْقَوْلِ إِلَّا مَن ظُلِمَ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا
Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ayat ini secara gamblang menyatakan bahwa Allah SWT tidak menyukai perbuatan buruk yang diucapkan secara terang-terangan. Ini mencakup segala bentuk ujaran yang kasar, mencela, memfitnah, menghina, atau menyebarkan keburukan yang merusak nama baik seseorang atau kelompok. Larangan ini menunjukkan pentingnya menjaga lisan agar senantiasa terucap kata-kata yang baik, bermanfaat, dan tidak menyakiti orang lain. Menjaga lisan adalah salah satu bentuk ketaatan kepada Allah yang memiliki kedudukan tinggi dalam Islam.
Namun, Allah memberikan pengecualian bagi orang yang telah dianiaya atau dizalimi. Dalam situasi seperti ini, orang yang terzalimi diperbolehkan untuk menyuarakan kezaliman yang menimpanya secara terbuka. Tujuannya adalah untuk mencari keadilan, melaporkan perbuatan buruk pelaku, atau sekadar mengungkapkan penderitaannya agar mendapatkan empati dan pertolongan. Pengecualian ini bukanlah untuk membuka pintu fitnah atau penyebaran aib secara sembarangan, melainkan sebagai bentuk pembelaan diri yang sah ketika hak-haknya dilanggar dan ia tidak mendapatkan keadilan dari jalan lain.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun diizinkan berbicara mengenai keburukan yang menimpanya, seorang mukmin tetap diharapkan melakukannya dengan adab dan tanpa berlebihan. Kebolehannya adalah untuk sekadar menyatakan kebenaran tentang kezaliman yang dialami, bukan untuk membalas dengan perkataan yang lebih buruk atau menyebarkan fitnah yang tidak benar.
Di akhir ayat, Allah menegaskan kembali sifat-Nya yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ini menjadi penenang bagi setiap hamba-Nya. Allah mendengar setiap doa dan keluh kesah orang yang teraniaya. Allah mengetahui setiap niat dan perbuatan, baik yang terucap maupun yang tersembunyi di dalam hati. Dengan sifat ini, Allah menjamin bahwa keadilan pasti akan tegak, meskipun mungkin tidak seketika. Setiap perbuatan zalim pasti akan diperhitungkan.
QS An Nisa ayat 14 mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lisan. Lisan adalah nikmat yang sangat besar, namun juga bisa menjadi sumber bencana jika tidak digunakan dengan bijak. Keutamaan menjaga lisan dalam Islam sangatlah banyak, di antaranya:
Memahami QS An Nisa ayat 14 memberikan kita panduan praktis dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pertama, kita harus senantiasa mengontrol ucapan kita. Sebelum berbicara, hendaknya kita berpikir sejenak apakah perkataan tersebut akan membawa kebaikan atau justru keburukan. Hindari gosip, fitnah, mencela, atau menjelek-jelekkan orang lain. Jika ada ketidakpuasan, carilah cara yang lebih konstruktif untuk menyampaikannya.
Kedua, bagi mereka yang mengalami kezaliman, ayat ini memberikan kekuatan dan harapan. Anda berhak bersuara untuk membela diri dan mencari keadilan. Namun, lakukanlah dengan bijak dan tetap dalam koridor syariat. Jangan biarkan luka kezaliman membuat kita melukai orang lain dengan lisan kita.
Terakhir, kesadaran bahwa Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui seharusnya menjadi motivasi terbesar kita untuk berbuat baik dan menghindari keburukan. Sekecil apapun perbuatan kita, akan ada pertanggungjawabannya. Dengan demikian, marilah kita jadikan lisan ini sebagai alat untuk menyebarkan kebaikan, menebar kedamaian, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.