Al-Qur'an, sebagai kitab suci umat Islam, mengandung petunjuk dan hikmah yang tak terhingga bagi setiap aspek kehidupan. Di antara jutaan ayat yang menuntun, Surat An Nisa ayat 45 memiliki makna yang sangat penting dan mendalam, khususnya terkait dengan konsep ketakwaan, keikhlasan, dan hubungan manusia dengan Allah SWT. Ayat ini seringkali menjadi renungan bagi kaum beriman untuk senantiasa memeriksa niat dan tindakan mereka di hadapan Sang Pencipta.
Surat An Nisa, yang berarti "Wanita", adalah surat Madaniyah yang membahas berbagai hukum, etika, dan masalah sosial yang berkaitan dengan wanita dan keluarga, namun juga mencakup prinsip-prinsip umum keimanan dan muamalah. Ayat 45 dari surat ini secara spesifik menyoroti pentingnya kejujuran dalam niat dan tindakan, serta bagaimana ketakwaan yang murni akan membawa seseorang pada keselamatan di dunia dan akhirat.
Sebuah visualisasi sederhana tentang ketakwaan dan niat.
وَلَا تَتَمَنَّوۡاْ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعۡضَكُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٍۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكۡتَسَبُواْۚ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكۡتَسَبۡنَۚ وَٱسۡـَٔلُواْ ٱللَّهَ مِن فَضۡلِهِۦٓ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمًا
Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari apa (harta) yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa (harta) yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Ayat ini mengandung dua pesan utama yang saling terkait. Pertama, larangan untuk saling iri hati terhadap kelebihan yang diberikan Allah kepada orang lain. Iri hati atau hasad adalah penyakit hati yang dapat merusak hubungan antar sesama dan menjauhkan diri dari rahmat Allah. Allah memberikan kelebihan rezeki, kedudukan, ilmu, atau karunia lainnya kepada hamba-hamba-Nya sesuai dengan hikmah-Nya. Setiap orang memiliki peran dan rezeki yang telah ditetapkan. Daripada membandingkan diri dan merasa iri, kita diperintahkan untuk bersyukur atas nikmat yang telah diterima dan fokus pada usaha serta peran masing-masing.
Pesan kedua adalah penegasan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kesempatan untuk berusaha serta mendapatkan bagian dari hasil usahanya. Frasa "bagi orang laki-laki ada bagian dari apa (harta) yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bagian dari apa (harta) yang mereka usahakan" menegaskan prinsip keadilan ekonomi dalam Islam. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak membatasi hak perempuan dalam mencari nafkah atau berkontribusi dalam ekonomi sesuai dengan kodrat dan kemampuannya. Setiap usaha yang halal akan mendatangkan balasan dan hak yang setara.
Lebih jauh, ayat ini diakhiri dengan perintah untuk memohon kepada Allah. Ini adalah puncak dari segala usaha dan ikhtiar. Manusia diperintahkan untuk tidak hanya bekerja keras, tetapi juga selalu menggantungkan harapan kepada Allah SWT. Memohon dari karunia-Nya adalah bentuk pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari-Nya dan hanya Dialah sumber segala kebaikan. Keikhlasan dalam memohon dan berusaha, serta ketakwaan dalam menjalani perintah-Nya, adalah kunci utama yang akan membawa keberkahan. Allah Maha Mengetahui segalanya, termasuk apa yang terbaik bagi hamba-Nya.
Memahami QS An Nisa ayat 45 memberikan banyak pelajaran praktis dalam kehidupan modern:
Dengan merenungkan dan mengamalkan kandungan QS An Nisa ayat 45, diharapkan setiap individu Muslim dapat membangun diri menjadi pribadi yang lebih bersyukur, adil, gigih dalam berusaha, dan senantiasa dekat dengan ridha Allah SWT. Ini adalah panduan abadi untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.