Dalam kitab suci Al-Qur'an, setiap ayat mengandung hikmah dan petunjuk yang relevan bagi kehidupan manusia. Salah satu ayat yang memiliki makna mendalam dan seringkali menjadi rujukan dalam berbagai aspek kehidupan adalah Surah An-Nisa ayat 58. Ayat ini secara ringkas namun tegas memerintahkan dua prinsip fundamental: menunaikan amanah dan menegakkan keadilan.
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَـٰنَـٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحْكُمُوا۟ بِٱلْعَدْلِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعًۢا بَصِيرًۭا
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada ahlinya (yang berhak), dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaknya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Frasa "أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَـٰنَـٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا" atau "menyampaikan amanat kepada ahlinya" merupakan perintah yang sangat luas cakupannya. Amanat di sini tidak hanya terbatas pada barang-barang titipan materiil, tetapi juga meliputi segala sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik itu tanggung jawab, hak, rahasia, jabatan, ilmu, bahkan keutuhan fisik dan moral.
Dalam konteks sosial dan profesional, menunaikan amanah berarti menjalankan tugas dan kewajiban dengan penuh integritas. Seorang pegawai harus bekerja dengan sungguh-sungguh dan jujur, tidak menyalahgunakan wewenang atau mengambil hak orang lain. Seorang pemimpin harus mengayomi dan memberikan keadilan kepada bawahannya. Seorang guru wajib menyampaikan ilmu dengan benar dan ikhlas. Demikian pula, dalam hubungan pribadi, amanah bisa berupa menjaga rahasia sahabat, menepati janji, atau merawat keluarga dengan baik.
Mengkhianati amanah adalah dosa besar yang akan dimintai pertanggungjawaban. Allah SWT Maha Melihat setiap tindakan kita, sekecil apapun itu. Kepercayaan yang diberikan kepada seseorang adalah modal berharga yang harus dijaga dengan baik. Hilangnya kepercayaan dapat merusak hubungan, reputasi, bahkan tatanan masyarakat.
Bagian kedua dari ayat ini menekankan pentingnya keadilan: "وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحْكُمُوا۟ بِٱلْعَدْلِ" atau "apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaknya kamu menetapkan dengan adil." Perintah ini secara khusus ditujukan kepada mereka yang memiliki otoritas untuk menghakimi atau membuat keputusan yang memengaruhi orang lain. Namun, maknanya juga meluas bagi setiap individu dalam interaksi sehari-hari.
Keadilan yang dimaksud adalah memberikan hak kepada setiap orang sesuai dengan porsinya, tanpa memandang suku, ras, agama, status sosial, kekayaan, atau hubungan pribadi. Keadilan tidak mengenal pilih kasih. Seorang hakim, misalnya, harus memutuskan perkara berdasarkan bukti dan hukum yang berlaku, bukan karena sogokan atau tekanan. Dalam kehidupan sehari-hari, bersikap adil berarti tidak memihak secara tidak benar, tidak menzalimi pihak yang lemah, dan tidak mengambil keuntungan dari kesulitan orang lain.
Menegakkan keadilan bukan hanya kewajiban bagi para pembuat hukum atau hakim, tetapi juga menjadi tanggung jawab setiap muslim dalam lingkup sosialnya. Sikap adil menciptakan kedamaian dan harmoni dalam masyarakat. Sebaliknya, ketidakadilan akan menimbulkan keresahan, permusuhan, dan kehancuran.
Surah An-Nisa ayat 58 adalah sebuah paket perintah yang komprehensif dari Allah SWT. Perintah untuk menunaikan amanah dan menegakkan keadilan saling terkait dan merupakan pilar utama dalam membangun individu dan masyarakat yang beradab. Tanpa integritas dalam memegang amanah, keadilan akan sulit terwujud. Sebaliknya, keadilan yang ditegakkan akan memastikan bahwa amanah benar-benar sampai kepada pihak yang berhak.
Ayat ini ditutup dengan penegasan bahwa "إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعًۢا بَصِيرًۭا", yang berarti "Sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." Ini menunjukkan bahwa setiap perkataan dan perbuatan kita, terutama yang berkaitan dengan amanah dan keadilan, selalu dalam pengawasan Allah SWT. Beliau tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat segala sesuatu dengan sempurna. Oleh karena itu, marilah kita jadikan ayat ini sebagai panduan hidup untuk selalu menjaga amanah dan menegakkan keadilan dalam setiap aspek kehidupan kita.