Surat An Nisa, yang berarti "Wanita", adalah surat Madaniyah yang turun setelah hijrah ke Madinah. Surat ini memiliki 176 ayat dan merupakan surat terpanjang kedua dalam Al-Qur'an setelah Al-Baqarah. Ayat pertama dari surat ini memiliki makna yang sangat mendalam, membuka pembahasan mengenai penciptaan manusia, hubungan antar sesama, dan kewajiban menjaga hubungan baik serta amanah.
Ayat pembuka Surat An Nisa ini mengandung beberapa poin penting yang menjadi fondasi bagi ajaran-ajaran selanjutnya dalam surat ini:
Kalimat "يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ" (Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu) adalah seruan universal kepada seluruh umat manusia. Perintah untuk bertakwa ini menuntut kesadaran akan keberadaan Allah SWT sebagai Tuhan pencipta dan pemelihara kehidupan. Takwa bukan sekadar rasa takut, melainkan sebuah kesadaran mendalam yang mendorong seseorang untuk senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Ayat ini menegaskan bahwa seluruh manusia berasal dari satu sumber yang sama, yaitu Adam dan Hawa. Firman Allah "الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً" (yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan dari (diri) itu Dia menciptakan pasangannya (Hawa), dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak) menunjukkan bahwa perbedaan ras, suku, bangsa, atau warna kulit tidak seharusnya menjadi alasan untuk saling membeda-bedakan atau memusuhi. Kita semua adalah bersaudara dalam kemanusiaan.
Bagian "وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ" (Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah hubungan) kekeluargaan) memiliki dua fokus utama. Pertama, penegasan kembali pentingnya bertakwa kepada Allah, di mana ketika kita bersumpah atau meminta sesuatu, kita seringkali menyebut nama-Nya. Ini mengingatkan kita akan kebesaran-Nya. Kedua, perintah yang sangat tegas untuk memelihara hubungan kekeluargaan atau silaturahmi. Ini mencakup keluarga inti, kerabat, bahkan komunitas yang lebih luas. Menjaga hubungan baik dengan sesama, terutama keluarga, adalah bagian integral dari keimanan.
Penutup ayat, "إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا" (Sungguh, Allah Maha Mengawasi(mu)), memberikan landasan moral yang kuat. Kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi setiap gerak-gerik, ucapan, dan niat kita akan mencegah kita berbuat keburukan dan mendorong kita untuk selalu berbuat baik. Pengawasan Ilahi ini menjadi jaminan bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban.
Makna dari ayat pertama Surat An Nisa ini tetap sangat relevan hingga kini. Dalam dunia yang semakin terhubung namun seringkali terasa terpecah belah, pengingat akan kesatuan asal usul manusia dan pentingnya menjaga hubungan baik serta silaturahmi menjadi sangat krusial. Surat An Nisa sendiri kemudian banyak membahas tentang hak-hak wanita, anak yatim, serta tata cara berinteraksi dalam masyarakat, yang semuanya berakar pada prinsip-prinsip dasar yang diletakkan dalam ayat pembuka ini.
Memahami dan meresapi makna ayat ini dapat membantu kita untuk membangun masyarakat yang lebih harmonis, penuh kasih sayang, dan diliputi oleh kesadaran akan kebesaran Allah SWT. Perintah untuk bertakwa dan memelihara hubungan adalah kunci utama untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.