Surah An-Nahl, yang berarti "Lebah," adalah surah ke-16 dalam Al-Qur'an. Surah ini dikenal kaya akan tanda-tanda kebesaran Allah (ayat-ayat kauniyah), terutama yang berkaitan dengan alam dan ciptaan-Nya, seperti contoh yang paling terkenal yaitu tata cara hidup lebah. Di tengah pembahasan mengenai keesaan Allah dan bantahan terhadap kesyirikan, terselip ayat-ayat yang menjadi pedoman penting bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan.
Salah satu ayat yang sering menjadi sorotan karena mengandung prinsip fundamental dalam beragama adalah Surat An-Nahl ayat 123. Ayat ini berbicara tentang mengikuti jejak para nabi dan konsekuensi dari kebenaran yang dibawa oleh mereka.
Ilustrasi: Cahaya petunjuk mengikuti jejak kebenaran.
Artinya: Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan dia bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik."
Ayat 123 Surah An-Nahl adalah perintah langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Perintah ini bersifat tegas: "Ikutilah agama Ibrahim yang lurus." Perintah ini menegaskan bahwa fondasi ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ adalah kesinambungan dari risalah murni yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS.
Hanif: Aliran yang Lurus Kata kunci dalam ayat ini adalah Hanifan (حَنِيفًا), yang berarti condong atau cenderung kepada kebenaran, lurus, dan jauh dari kesyirikan. Agama Ibrahim bukanlah agama yang diciptakan baru oleh Muhammad ﷺ, melainkan kembali kepada tauhid murni—pengesaan Allah yang absolut. Ini adalah pola dasar risalah para nabi, yaitu mengesakan Allah dan menolak segala bentuk penyembahan selain kepada-Nya.
Penegasan Tauhid Ibrahim Penutup ayat ini, "dan dia (Ibrahim) bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik," berfungsi sebagai penekanan yang sangat kuat. Nabi Ibrahim AS dikenal sebagai teladan utama dalam memurnikan tauhid. Ia berani melawan tradisi kaumnya yang menyembah berhala dan bintang, menunjukkan bahwa jalan kenabian selalu berpusat pada pemurnian ibadah kepada Sang Pencipta.
Bagi umat Islam, ayat ini menjadi landasan untuk selalu mengoreksi akidah. Kita diperintahkan untuk menelusuri kembali ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ, memastikan bahwa praktik keagamaan kita sejalan dengan prinsip tauhid yang murni sebagaimana diajarkan oleh Khalilullah (Kekasih Allah), Nabi Ibrahim AS. Ini berarti menjauhi segala bentuk bid'ah yang menyimpang dan mempertahankan kemurnian iman dari unsur-unsur kesyirikan, baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi.
Mengikuti agama Ibrahim adalah sebuah komitmen untuk hidup secara konsisten di atas kebenaran yang tidak mengenal kompromi dalam hal tauhid. Jalan ini membutuhkan keberanian untuk berbeda pandangan dari arus mayoritas yang mungkin telah menyimpang, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Ibrahim ketika ia berdakwah kepada ayahnya dan kaumnya.