Surat An Nisa, yang berarti "Perempuan", merupakan salah satu surat Madaniyah yang memiliki kedalaman makna dan cakupan hukum yang luas dalam Al-Qur'an. Ayat pertama dari surat ini, yaitu An Nisa ayat 1, memegang peranan fundamental sebagai pembuka jalan bagi seluruh ajaran yang terkandung di dalamnya. Ayat ini tidak hanya sekadar pembuka, melainkan sebuah fondasi kokoh yang mengarahkan umat Islam pada prinsip-prinsip utama dalam berkehidupan, baik secara individu maupun kolektif. Pemahaman mendalam terhadap ayat ini sangat krusial untuk membangun masyarakat yang saleh, harmonis, dan senantiasa berada dalam lindungan serta ridha Allah SWT. Surat An Nisa ayat 1 berbunyi dalam teks Arab sebagai berikut:
Bismillaahir-rahmaanir-rahiim. Yaa ayyuhaa-n-naasu-ttquu rabbakumul-ladzii khalaqakum min nafsin waaḥidah, wa khalaqa min-haa zawjahaa, wa batstsa minhumaa rijaalan katsiiran wa nisaaa'. Wa-ttquul laahal-ladzii tasaa'aluuna bihii wal-arḥaam. Innallaha kaana 'alaykum raqiibaa.
Dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia adalah:Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam) dan dari (pernikahan) dia Allah menciptakan pasangannya (Hawa); lalu dari keduanya (Adam dan Hawa) berkembang biak menjadi laki-laki yang banyak dan perempuan. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (nama)-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah hubungan) silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Ayat ini mengandung beberapa pesan kunci yang sangat penting. Pertama, seruan untuk bertakwa kepada Allah SWT. Kata "takwa" sendiri memiliki makna dasar "menjaga diri" atau "berhati-hati". Dalam konteks ini, bertakwa berarti menjaga diri dari murka Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Seruan ini ditujukan kepada seluruh umat manusia, menandakan universalitas ajaran Islam.
Selanjutnya, ayat ini menjelaskan asal-usul penciptaan manusia. Allah SWT menegaskan bahwa seluruh manusia berasal dari satu jiwa, yaitu Nabi Adam AS, dan dari Adam diciptakan pasangannya, Hawa. Dari kedua insan pertama inilah kemudian berkembang biak menjadi laki-laki dan perempuan dalam jumlah yang sangat banyak. Penjelasan ini memiliki implikasi besar:
Bagian kedua dari ayat ini menekankan pentingnya memelihara hubungan dengan Allah melalui pertakwaan, dan hubungan antar sesama manusia, khususnya hubungan silaturahmi. Frasa "wa-ttquul laahal-ladzii tasaa'aluuna bihii wal-arḥaam" mengandung makna ganda. Pertama, perintah untuk senantiasa bertakwa kepada Allah, yang mana kita sering menggunakan nama-Nya sebagai sumpah atau saksi dalam urusan kita. Kedua, perintah untuk memelihara hubungan silaturahmi, yaitu hubungan kekeluargaan.
Penekanan pada "al-arḥaam" (rahim) sangatlah kuat. Rahim melambangkan hubungan kekerabatan, keluarga, dan seluruh jalinan persaudaraan. Memelihara hubungan silaturahmi berarti menjaga tali persaudaraan, tidak memutusnya, berbuat baik kepada kerabat, dan saling membantu. Dalam ajaran Islam, memutus silaturahmi adalah dosa besar yang sangat dibenci Allah. Sebaliknya, menjaga silaturahmi adalah amal mulia yang mendatangkan keberkahan, rezeki yang luas, dan umur yang panjang.
Seluruh ajaran dalam surat An Nisa, termasuk pembahasan mengenai hak-hak perempuan, pernikahan, perceraian, warisan, dan tanggung jawab sosial, sejatinya berakar pada prinsip-prinsip yang diletakkan dalam ayat pembuka ini: ketakwaan kepada Allah, kesadaran akan asal-usul penciptaan sebagai satu kesatuan umat manusia, dan pentingnya memelihara hubungan baik antar sesama, terutama dalam keluarga dan kerabat.
Ayat ini ditutup dengan penegasan bahwa Allah SWT selalu mengawasi setiap perbuatan hamba-Nya. Frasa "Innallaha kaana 'alaykum raqiibaa" mengingatkan kita bahwa tidak ada satu pun tindakan, perkataan, atau bahkan niat yang tersembunyi dari pandangan Allah. Pengawasan ilahi ini seharusnya menjadi cambuk penyemangat bagi umat Islam untuk senantiasa berbuat baik, menjaga amanah, dan berpegang teguh pada ajaran agama. Kesadaran akan pengawasan Allah inilah yang akan memampukan seseorang untuk benar-benar bertakwa dalam setiap aspek kehidupannya.
Memahami dan meresapi makna Surat An Nisa ayat 1 adalah langkah awal yang krusial bagi setiap Muslim. Ia memberikan perspektif yang benar tentang identitas kita sebagai manusia, hubungan kita dengan Sang Pencipta, dan tanggung jawab kita terhadap sesama. Dengan fondasi ini, ajaran-ajaran lain dalam Al-Qur'an, termasuk yang spesifik dalam Surat An Nisa, akan dapat dipahami dan diamalkan dengan baik, menciptakan masyarakat yang adil, harmonis, dan dirahmati Allah SWT.