Dalam lautan ayat-ayat suci Al-Qur'an, terdapat banyak permata hikmah yang senantiasa relevan bagi kehidupan umat manusia. Salah satunya adalah Surat An Nisa ayat 85. Ayat ini bukan sekadar bacaan, melainkan sebuah panduan fundamental yang menekankan pentingnya solidaritas, persatuan, dan kepedulian antar sesama mukmin. Pemahaman yang mendalam terhadap ayat ini akan membuka cakrawala baru mengenai makna sebenarnya dari persaudaraan dalam Islam dan bagaimana seharusnya umat ini bersikap dalam menghadapi berbagai tantangan.
Ayat 85 dari Surat An Nisa memiliki teks Arab yang mulia dan terjemahannya yang menginspirasi:
"Siapa yang memberikan pertolongan (syafaat) dengan pertolongan yang baik, maka ia akan mendapat bagian dari (pahala) pertolongan itu. Dan siapa yang memberikan pertolongan dengan pertolongan yang buruk, maka ia akan memikul bagian dari (dosa) pertolongan itu. Dan Allah Maha Pemelihara segala sesuatu."
Inti dari ayat ini terletak pada konsep "syafaat". Dalam konteks ini, syafaat berarti memberikan pertolongan, dukungan, atau advokasi kepada orang lain. Allah SWT membagi syafaat menjadi dua jenis: "syafaat hasanah" (pertolongan yang baik) dan "syafaat sayyi’ah" (pertolongan yang buruk).
Syafaat hasanah merujuk pada segala bentuk usaha positif untuk membantu meringankan beban orang lain, membela kebenaran, menyelesaikan perselisihan dengan adil, atau memberikan dukungan moral dan material kepada mereka yang membutuhkan. Contohnya termasuk menjadi penengah dalam suatu masalah agar tercipta kedamaian, memberikan rekomendasi yang jujur untuk pekerjaan, atau membantu seseorang yang tertindas agar haknya terpenuhi. Allah menjanjikan bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan dalam bentuk syafaat hasanah akan memberikan dampak positif dan pahala yang berlipat ganda bagi pelakunya. Ini menunjukkan bahwa tindakan solidaritas kita memiliki nilai yang luhur di sisi-Nya.
Sebaliknya, syafaat sayyi’ah adalah segala bentuk pertolongan yang justru membawa dampak negatif, memperburuk keadaan, mendukung kebathilan, atau menyebarkan fitnah. Contohnya adalah membela orang yang bersalah, menjadi saksi palsu, menyebarkan gosip yang merusak nama baik seseorang, atau mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan dosa. Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa siapa pun yang terlibat dalam syafaat sayyi’ah akan memikul dosa dan konsekuensi buruk dari tindakan tersebut. Ini adalah peringatan keras agar kita selalu berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatan yang dapat memengaruhi orang lain.
Surat An Nisa ayat 85 menggarisbawahi betapa pentingnya semangat kebersamaan dan saling menolong dalam Islam. Umat Islam dipanggil untuk menjadi satu tubuh, di mana jika satu anggota sakit, seluruh tubuh akan merasakan dampaknya. Konsep ini diperkuat oleh banyak hadis Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan umatnya untuk senantiasa membantu sesama.
Rasulullah SAW bersabda, "Seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti bangunan yang satu, saling menguatkan satu sama lain." (HR. Bukhari dan Muslim). Ayat 85 An Nisa ini memberikan kerangka praktis bagaimana prinsip "saling menguatkan" itu dapat diwujudkan melalui tindakan nyata berupa syafaat yang baik. Ketika kita bersedia memberikan syafaat hasanah, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga sedang menanamkan benih kebaikan yang akan tumbuh dan berbuah manfaat bagi diri kita sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. Allah sebagai "Al-Muqit" (Yang Maha Pemelihara) akan senantiasa mengawasi dan menghitung setiap amal perbuatan kita.
Lebih dari sekadar dimensi spiritual, ayat ini memiliki implikasi sosial dan moral yang sangat kuat. Dalam masyarakat yang semakin kompleks, seringkali muncul berbagai permasalahan, kesenjangan, dan ketidakadilan. Surat An Nisa ayat 85 mengingatkan kita bahwa sebagai individu yang beriman, kita memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi dalam menciptakan solusi, bukan malah memperkeruh keadaan.
Ayat ini mendorong kita untuk aktif dalam upaya rekonsiliasi, mendukung gerakan kebaikan, dan tidak tinggal diam ketika melihat kemungkaran. Sikap apatis atau bahkan ikut serta dalam penyebaran keburukan adalah sesuatu yang sangat dibenci oleh Allah SWT. Sebaliknya, keberanian untuk membela yang benar, memberikan kesempatan kedua bagi mereka yang berbuat salah namun bertaubat, serta membantu orang-orang yang terpinggirkan adalah manifestasi dari iman yang kuat dan amal shaleh.
Memahami Surat An Nisa ayat 85 seharusnya memotivasi setiap Muslim untuk menjadi agen perubahan positif dalam lingkungannya. Mulailah dari hal terkecil: memberikan dukungan kepada rekan kerja, membantu tetangga yang kesulitan, atau memberikan nasihat yang membangun kepada keluarga dan teman. Setiap tindakan kebaikan, sekecil apapun, jika diniatkan ikhlas karena Allah dan dalam koridor kebaikan, akan memiliki bobot yang besar.
Jauhi sikap mengadu domba, menyebarkan fitnah, atau membiarkan kemungkaran merajalela. Jadilah pribadi yang senantiasa mencari cara untuk memberikan solusi dan kebaikan. Ingatlah bahwa setiap pilihan kita dalam memberikan syafaat akan menentukan nasib kita kelak. Dengan memahami dan mengamalkan Surat An Nisa ayat 85, kita berupaya membentuk pribadi yang tidak hanya shalih secara individu, tetapi juga mampu memberikan kontribusi positif bagi kemajuan dan kebaikan umat manusia secara keseluruhan. Wallahu a'lam bish-shawab.