Representasi visual dari pujian kepada Allah.
Dalam kekayaan bahasa Arab, terdapat untaian kata yang menyimpan makna spiritual mendalam, sebuah bentuk pujian yang tulus dari seorang hamba kepada Sang Pencipta. Salah satu ungkapan tersebut adalah tabarakallahu rabbul alamin. Frasa ini bukan sekadar ucapan biasa, melainkan pengakuan penuh akan kebesaran, keberkahan, dan keagungan Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Untuk memahami kedalaman ungkapan ini, kita perlu memecahnya menjadi beberapa komponen. Kata Tabarakallahu berasal dari akar kata "Barakah" (بَرَكَة), yang secara harfiah berarti bertambahnya kebaikan, limpahan rahmat, atau keberkahan. Ketika diucapkan sebagai "Tabarakallahu," ini berarti "Semoga Allah memberkahi" atau "Maha Suci Allah yang penuh berkah."
Sementara itu, frasa Rabbul Alamin (رَبِّ الْعَالَمِينَ) adalah gelar yang sangat mulia. 'Rabb' berarti Tuhan, Penguasa, Pemelihara, dan Pengatur. 'Alamin' adalah bentuk jamak dari 'alam', yang merujuk pada segala sesuatu yang diciptakan—mulai dari galaksi tak terbatas, kehidupan di bumi, hingga dimensi yang tidak terjangkau oleh nalar manusia. Jadi, secara keseluruhan, tabarakallahu rabbul alamin diterjemahkan sebagai: "Maha Suci Allah, Tuhan Semesta Alam."
Pengucapan zikir ini memiliki posisi penting dalam tradisi Islam. Frasa ini sering diucapkan ketika seseorang menyaksikan keindahan alam yang luar biasa, menyaksikan kejadian ajaib yang meneguhkan iman, atau sebagai penutup dari doa dan pujian. Mengucapkan tabarakallahu rabbul alamin adalah tindakan refleksi aktif. Ini memaksa pikiran kita untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk duniawi dan fokus pada sumber segala keberkahan.
Ketika kita melihat matahari terbit yang mempesona, mendengar suara gemuruh ombak, atau bahkan saat melihat kesehatan fisik yang diberikan, respons yang paling pantas adalah mengakui bahwa semua itu berasal dari sumber yang diberkahi. Allah adalah sumber segala kebaikan yang mengalir tanpa henti ke seluruh ciptaan-Nya. Keberkahan ini tidak hanya bersifat materiil tetapi juga spiritual, mencakup ketenangan hati, kemudahan dalam urusan, dan kelimpahan hikmah.
Mengucapkan tabarakallahu rabbul alamin juga merupakan bentuk penolakan terhadap kesyirikan atau pengagungan makhluk. Dalam Islam, hanya Allah yang layak menerima pujian tertinggi karena Dia adalah Rabb bagi semua alam. Hal ini membedakan seorang Muslim dari pandangan lain yang mungkin menganggap keindahan alam sebagai kebetulan semata atau memuja kekuatan alam itu sendiri. Seorang mukmin memahami bahwa di balik setiap tatanan yang indah, pasti ada Sang Pengatur yang Maha Bijaksana dan Maha Memberkahi.
Dalam ibadah sehari-hari, pengakuan akan kebesaran Tuhan semesta alam ini memperkuat tauhid (keesaan Allah). Setiap kali kita mengucapkannya, kita sedang menanamkan keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memberi manfaat atau mudharat kecuali atas izin-Nya. Oleh karena itu, ketergantungan seorang hamba harus selalu ditujukan kepada Allah yang Maha Memberkahi, bukan pada makhluk-Nya yang fana.
Keberkahan ilahi, sebagaimana yang kita agungkan melalui tabarakallahu rabbul alamin, memiliki dampak transformatif. Keberkahan mengubah kuantitas menjadi kualitas. Sedikit rezeki yang diberkahi akan terasa lebih cukup dan membawa ketenangan daripada banyak rezeki yang tidak diberkahi. Keberkahan dalam waktu membuat waktu yang singkat terasa produktif. Keberkahan dalam ilmu membuat pengetahuan yang sedikit membawa manfaat besar bagi orang lain dan diri sendiri.
Menghayati frasa ini secara mendalam akan mendorong seorang Muslim untuk selalu bersyukur. Rasa syukur adalah kunci untuk menjaga dan menambah keberkahan yang telah dilimpahkan. Jika seseorang lupa memuji Sang Pemberi Berkah (Allah), secara bertahap ia akan kehilangan rasa syukur, dan akibatnya, keberkahan tersebut bisa hilang atau terkikis oleh kesombongan dan kelalaian.
Maka, marilah kita jadikan pengucapan tabarakallahu rabbul alamin ini sebagai kebiasaan yang tulus dalam lisan kita. Ini adalah cara termudah untuk menghubungkan diri dengan keagungan Pencipta, memohon limpahan rahmat-Nya, dan meneguhkan posisi kita sebagai hamba yang selalu sadar bahwa segala sesuatu di alam semesta ini berada dalam genggaman dan diatur oleh Tuhan yang Maha Suci dan Maha Memberkahi. Mengagungkan-Nya adalah kehormatan tertinggi bagi seorang ciptaan.