Dalam industri konstruksi modern, penggunaan baja ringan, yang umumnya dikenal sebagai Galvalum atau Aluminium-Zinc Alloy Coated Steel, telah menjadi standar baru. Material ini menawarkan kombinasi optimal antara kekuatan tinggi, bobot ringan, dan ketahanan superior terhadap korosi. Namun, satu parameter kunci yang sering kali disalahpahami atau diabaikan adalah tebal galvalum. Ketebalan bukan hanya sekadar angka, melainkan penentu utama durabilitas, integritas struktural, dan kemampuan material untuk menanggung beban sesuai perancangan.
Artikel ini akan mengupas tuntas setiap aspek terkait tebal galvalum, mulai dari definisi teknis, perbedaan standar pengukuran, pengaruhnya terhadap performa struktural, hingga panduan praktis untuk memastikan material yang Anda gunakan memenuhi spesifikasi kualitas tertinggi yang diwajibkan oleh standar nasional dan internasional. Memahami ketebalan adalah langkah pertama untuk menjamin bahwa investasi konstruksi Anda aman, tahan lama, dan efisien secara biaya dalam jangka panjang.
Penting: Ketika berbicara mengenai baja ringan Galvalum, ketebalan harus selalu diverifikasi secara akurat. Sedikit penyimpangan saja dari ketebalan yang disyaratkan dapat secara drastis mengurangi kapasitas daya dukung dan mempercepat kegagalan struktural, terutama pada aplikasi rangka atap dan dinding pemikul beban.
Kebingungan paling umum dalam spesifikasi Galvalum adalah terminologi yang digunakan untuk mendefinisikan ketebalan. Ada dua standar pengukuran utama yang harus dipahami secara mendalam:
TCT adalah Ketebalan Total Berlapis. Ini mengacu pada pengukuran keseluruhan material, dihitung dari permukaan terluar satu sisi hingga permukaan terluar sisi lainnya. Dengan kata lain, TCT mencakup ketebalan inti baja (BMT) ditambah dua kali lipat ketebalan lapisan pelindung Galvalum (Aluminium-Zinc).
BMT adalah Ketebalan Baja Dasar (Inti Baja). Ini adalah ketebalan murni dari baja struktural sebelum diaplikasikan lapisan pelindung Aluminium-Zinc. BMT adalah parameter yang krusial dan harus menjadi acuan utama dalam perhitungan struktural.
Dalam desain rangka atap, perhitungan beban mati (atap, plafon) dan beban hidup (angin, salju) dilakukan berdasarkan modulus penampang (section modulus) profil C-Channel atau Reng. Modulus penampang ini berbanding lurus dengan dimensi fisik baja, di mana ketebalan (BMT) memiliki peran kuadratik dalam rumus inersia. Jika BMT kurang 0.05 mm dari spesifikasi yang direncanakan (misalnya, seharusnya 0.75 BMT tetapi yang terpasang 0.70 BMT), kapasitas daya dukung balok tersebut dapat berkurang hingga 15%—sebuah margin kegagalan yang signifikan dan berbahaya.
Oleh karena itu, konsumen dan kontraktor harus selalu menuntut spesifikasi material Galvalum berdasarkan BMT yang jelas, bukan hanya TCT yang berpotensi menyesatkan.
Di Indonesia, kualitas baja ringan Galvalum diatur ketat oleh Standar Nasional Indonesia. Kepatuhan terhadap SNI memastikan bahwa produk yang digunakan telah lolos serangkaian uji mekanik dan metalurgi yang menjamin keamanan struktural.
Standar utama yang mengatur Galvalum struktural meliputi:
Tebal Galvalum tidak hanya mencakup inti baja (BMT) tetapi juga ketebalan lapisan pelindung korosi (coating). Lapisan ini diukur dalam satuan gram per meter persegi (g/m²) dan dikenal sebagai AZ rating.
Ketebalan fisik dari lapisan AZ 150 rata-rata hanya sekitar 0.025 mm per sisi, namun keberadaannya adalah penentu durabilitas material terhadap lingkungan. Oleh karena itu, tebal Galvalum harus dinilai dari dua dimensi: BMT untuk kekuatan, dan AZ Rating untuk durabilitas.
Pemilihan tebal galvalum harus didasarkan pada perhitungan rekayasa struktural yang mempertimbangkan beban yang akan ditanggung dan bentangan (span) yang digunakan. Tidak ada satu ketebalan pun yang cocok untuk semua aplikasi.
Rangka atap adalah aplikasi yang paling kritis. Profil C-Channel (misalnya C75) bertindak sebagai kuda-kuda dan gording yang menanggung seluruh beban atap, plafon, dan beban angin/gempa.
| BMT (mm) | Kapasitas Struktural | Aplikasi Umum |
|---|---|---|
| 0.60 – 0.65 | Sangat Rendah | Hanya untuk bracing sekunder atau non-struktural. |
| 0.70 – 0.75 | Menengah | Rangka kuda-kuda untuk bentangan pendek (maksimal 6 meter) dan kemiringan atap curam. |
| 0.80 – 0.90 | Tinggi (Standar Umum) | Rangka kuda-kuda standar untuk bentangan 8-10 meter. Ini adalah ketebalan yang paling umum direkomendasikan oleh insinyur. |
| 0.95 – 1.00 | Sangat Tinggi | Bentangan lebar (di atas 10 meter) atau untuk atap dengan beban berat (genteng beton atau keramik berat). |
| 1.00 – 1.20 | Khusus Industri | Proyek industri, gudang, atau bangunan komersial yang membutuhkan integritas struktural yang ekstrem dan bentangan sangat panjang. |
Peringatan Khusus: Menggunakan BMT di bawah 0.70 mm untuk kuda-kuda utama adalah praktik yang sangat berisiko dan sering kali melanggar kode bangunan, karena rentan terhadap tekuk (buckling) dan deformasi permanen akibat beban angin atau gempa bumi.
Reng berfungsi sebagai penumpu langsung penutup atap (genteng atau metal sheet). Reng biasanya menggunakan profil U atau kotak yang lebih kecil.
Untuk aplikasi non-struktural seperti stud dinding partisi atau rangka plafon, persyaratan ketebalan lebih rendah karena beban yang ditanggung minimal.
Variasi ketebalan (baik disengaja oleh produsen curang atau karena toleransi manufaktur yang buruk) memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar daripada sekadar perbedaan harga per meter.
Kekuatan struktural sebuah elemen lentur sangat sensitif terhadap ketebalannya. Jika tebal galvalum (BMT) dikurangi 10% dari spesifikasi (misalnya, dari 0.80 mm menjadi 0.72 mm), momen inersia penampang (I) dapat berkurang hingga 19%, dan kapasitas daya dukung lentur (M) pun berkurang secara proporsional. Dalam rekayasa, margin ini adalah perbedaan antara stabilitas dan kegagalan total.
Material yang lebih tipis memiliki kekakuan yang lebih rendah (modulus elastisitas tetap sama, tetapi momen inersia berkurang). Kekakuan yang rendah menyebabkan defleksi (lendutan) yang berlebihan di bawah beban normal (misalnya, beban mati genteng atau tekanan angin). Lendutan berlebihan dapat merusak penutup atap, menyebabkan kebocoran, atau bahkan mengganggu integritas plafon.
Pengurangan tebal galvalum meningkatkan risiko fenomena tekuk lokal (local buckling) pada penampang C-Channel, di mana bagian web atau flange profil melipat ke dalam sebelum kekuatan tarik baja yang sebenarnya tercapai. Ini adalah mode kegagalan yang tiba-tiba dan berbahaya pada baja ringan.
Meskipun tebal BMT mempengaruhi kekuatan, tebal coating (AZ rating) adalah penentu umur pakai material. Lapisan Galvalum melindungi inti baja melalui mekanisme perlindungan kurban (sacrificial protection). Semakin tebal lapisan AZ, semakin lama waktu yang dibutuhkan bagi korosi untuk menembus dan mencapai inti baja. Menghemat pada lapisan AZ (misalnya, menggunakan AZ 100 di daerah pesisir) akan mempercepat korosi dan memerlukan penggantian rangka atap jauh lebih cepat, meniadakan keuntungan biaya awal.
Kontraktor dan pemilik proyek memiliki tanggung jawab untuk memverifikasi bahwa material yang dikirimkan sesuai dengan spesifikasi teknis (RKS). Proses verifikasi tebal galvalum melibatkan beberapa langkah yang harus dilakukan dengan ketelitian tinggi.
TCT diukur menggunakan mikrometer kalibrasi (dial micrometer). Pengukuran harus dilakukan pada beberapa titik berbeda di sepanjang profil. Produsen yang baik akan mencantumkan toleransi ketebalan, misalnya 0.75 mm BMT ± 0.02 mm. Jika TCT yang diukur sangat tipis, itu menjadi indikasi kuat bahwa BMT mungkin tidak sesuai.
Walaupun sulit mengukur BMT murni di lapangan, alat ukur ketebalan lapisan non-destruktif (Coating Thickness Gauge) dapat digunakan untuk mengukur ketebalan lapisan AZ (yang biasanya sekitar 25 mikron atau 0.025 mm per sisi untuk AZ 150). Dengan mengetahui TCT dan ketebalan lapisan (TCT - 2 * Tebal Coating), BMT dapat dietimasi.
Contoh Perhitungan Estimasi:
Spesifikasi yang diminta: 0.75 BMT, AZ 150.
Tebal Lapisan AZ 150 (dua sisi): sekitar 0.05 mm.
TCT seharusnya: 0.75 mm + 0.05 mm = 0.80 mm.
Jika hasil pengukuran TCT di lapangan hanya 0.78 mm, maka BMT diperkirakan 0.73 mm (masih dalam batas toleransi wajar). Namun, jika hasil TCT adalah 0.72 mm, BMT hanya 0.67 mm, yang berarti material tersebut gagal memenuhi spesifikasi.
Verifikasi yang paling andal adalah meminta Sertifikat Uji Material (COA - Certificate of Analysis) dari pabrikan. Sertifikat ini harus mencantumkan:
1. Nilai BMT aktual.
2. AZ Rating (misalnya AZ 150).
3. Kekuatan tarik baja (Tensile Strength), biasanya G550 (550 MPa).
4. Kepatuhan terhadap SNI terbaru.
Produsen yang enggan memberikan data BMT yang jelas dan transparan adalah indikasi utama bahwa mereka mungkin menggunakan material di bawah standar ketebalan yang dipasarkan.
Pemilihan tebal galvalum adalah hasil dari analisis rekayasa yang kompleks, mempertimbangkan berbagai variabel lingkungan dan struktural. Mengasumsikan bahwa tebal yang sama dapat digunakan di setiap proyek adalah kesalahan fatal.
Jarak antara tumpuan (bentangan) adalah faktor dominan yang menentukan momen maksimum yang harus ditanggung oleh profil baja. Semakin lebar bentangan, semakin besar momen lentur, dan semakin tebal profil Galvalum yang dibutuhkan untuk mencegah lendutan berlebihan.
Beban mati atap sangat bervariasi. Baja ringan umumnya dirancang untuk atap ringan (metal sheet atau aspal shingle). Jika digunakan genteng keramik atau beton yang sangat berat, perhitungan harus disesuaikan secara signifikan.
Di daerah yang rentan terhadap angin kencang (badai) atau gempa bumi, kekuatan sambungan dan kekakuan profil menjadi sangat penting. Tebal galvalum yang lebih besar (BMT tinggi) memberikan penampang yang lebih kuat untuk menahan gaya tarik dan tekan yang dihasilkan oleh gaya lateral ini. Selain itu, ketebalan profil menentukan seberapa efektif sekrup penyambung (self-drilling screws) dapat menahan gaya geser dan tarik tanpa merusak material.
Industri baja ringan memiliki toleransi yang diizinkan dalam proses manufaktur. Namun, toleransi ini sering kali dimanfaatkan oleh produsen yang tidak bertanggung jawab untuk memotong biaya, yang berdampak langsung pada konsumen.
Menurut standar internasional (misalnya ASTM A792), toleransi ketebalan untuk material berlapis biasanya sekitar ± 0.03 mm. Artinya, baja 0.75 BMT bisa diterima jika ketebalannya antara 0.72 mm hingga 0.78 mm.
Fenomena yang sering terjadi di pasar adalah penjualan material "under-specced". Misalnya, produk dipasarkan sebagai 0.75 mm TCT, tetapi BMT aslinya mungkin hanya 0.65 mm atau bahkan 0.60 mm. Penurunan ketebalan ini menghasilkan penghematan bahan baku baja yang signifikan bagi produsen, tetapi secara drastis mengurangi keselamatan struktural proyek.
Pengurangan biaya material sebesar 10% (karena menggunakan baja yang lebih tipis) tidak sebanding dengan peningkatan risiko kegagalan struktural yang berlipat ganda. Konsumen harus proaktif dalam memverifikasi spesifikasi BMT riil, bukan hanya bergantung pada klaim TCT yang tercantum di label.
Selain tebal galvalum, kekuatan tarik baja (biasanya G550) juga sangat penting. Baja G550 memiliki kekuatan minimum 550 MPa. Namun, beberapa produsen yang mengurangi BMT mungkin juga menggunakan baja dengan kekuatan tarik yang lebih rendah (misalnya G300 atau G450) untuk menghemat biaya, semakin membahayakan struktur. Verifikasi harus mencakup BMT, AZ Coating, dan juga kekuatan tarik material.
Galvalum tidak hanya digunakan untuk rangka atap. Aplikasi lain yang memerlukan perhatian khusus terhadap ketebalan adalah floordeck (pelat lantai komposit) dan penggunaan struktural dinding.
Floordeck (atau metal deck) berfungsi sebagai bekisting permanen dan tulangan positif pada pelat lantai beton bertulang. Integritas struktur ini sangat bergantung pada tebal Galvalum yang digunakan.
Dalam beberapa sistem konstruksi modular, baja ringan Galvalum digunakan sebagai panel dinding pemikul beban. Dalam kasus ini, tebal Galvalum harus memenuhi persyaratan yang lebih ketat, serupa dengan rangka atap utama.
Dinding pemikul beban memerlukan profil dengan tebal minimum 0.85 BMT untuk menahan beban vertikal dari lantai di atasnya dan untuk memastikan kekakuan lateral yang cukup guna menahan gaya angin dan gempa.
Tebal Galvalum adalah variabel tunggal yang paling signifikan dalam menentukan performa jangka panjang dan keselamatan struktural konstruksi baja ringan. Mengandalkan material yang tidak memenuhi spesifikasi ketebalan yang dirancang adalah bentuk penghematan yang berpotensi menimbulkan bencana.
Untuk memastikan kualitas dan keamanan optimal, fokus utama harus selalu ditekankan pada verifikasi BMT (Ketebalan Baja Dasar) yang harus selaras dengan perhitungan struktural, serta memastikan AZ Rating yang memadai (minimum AZ 150 untuk struktural) untuk menjamin ketahanan korosi minimal 50 tahun di lingkungan normal. Industri konstruksi yang bertanggung jawab harus mengadopsi transparansi penuh dalam spesifikasi BMT untuk membangun kepercayaan dan menjamin integritas bangunan.
Keputusan tebal galvalum yang tepat tidak hanya mencerminkan kualitas bahan, tetapi juga integritas rekayasa dan komitmen terhadap keselamatan publik.
Untuk memahami sepenuhnya mengapa tebal lapisan AZ (yang menyumbang sedikit pada TCT) sangat penting, kita harus meninjau mekanisme perlindungan yang ditawarkan oleh paduan Aluminium-Seng. Paduan ini, yang biasanya terdiri dari 55% Aluminium, 43.4% Seng, dan 1.6% Silikon, bekerja melalui dua cara utama untuk melindungi inti baja dari degradasi lingkungan.
Aluminium dalam paduan membentuk lapisan oksida yang sangat stabil dan padat ketika terpapar udara. Lapisan ini berfungsi sebagai penghalang fisik (barrier) yang sangat efektif, mencegah kelembaban, oksigen, dan polutan korosif (seperti sulfur dioksida atau klorida) mencapai permukaan baja dasar. Semakin tebal lapisan Galvalum, semakin tebal dan solid barier pertahanan ini. Dalam lingkungan yang cenderung abrasif atau rentan terhadap kerusakan fisik (goresan saat pemasangan), lapisan yang lebih tebal menawarkan bantalan perlindungan yang lebih besar sebelum inti baja terekspos.
Seng (Zinc) adalah komponen kunci yang memberikan perlindungan kurban. Jika lapisan Galvalum tergores atau rusak hingga inti baja terekspos (misalnya di bekas potongan atau lubang sekrup), Seng akan terkorosi terlebih dahulu karena Seng lebih aktif secara elektrokimia (anoda) daripada baja (katoda). Proses ini, yang disebut proteksi katodik, secara efektif mengorbankan Seng untuk melindungi baja di sekitarnya. Semakin banyak massa Seng (karena lapisan AZ yang lebih tebal), semakin lama proses kurban ini dapat berlangsung, sehingga memperpanjang umur material secara keseluruhan.
Studi lapangan menunjukkan korelasi langsung antara tebal lapisan AZ dan durabilitas. Peningkatan dari AZ 100 menjadi AZ 150 dapat meningkatkan masa pakai material hingga 50% atau lebih, terutama di lingkungan industri atau laut yang korosif. Jika ketebalan lapisan AZ (misalnya AZ 150, setara dengan sekitar 0.025 mm per sisi) dikompromikan, mekanisme perlindungan kurban akan habis lebih cepat, menyebabkan munculnya 'karat merah' (red rust) pada inti baja jauh sebelum perkiraan umur desain struktur.
Profil baja ringan tidak hanya ditentukan oleh ketebalan BMT/TCT, tetapi juga oleh geometri penampang (profil C, Z, atau U) yang disesuaikan dengan ketebalan tersebut. Profil yang paling umum adalah C-Channel (Kanal C).
Profil C-Channel tersedia dalam berbagai dimensi web dan flange (misalnya C75.75, yang berarti tinggi web 75mm dan tebal 0.75 BMT; atau C100.100, tinggi 100mm dan tebal 1.00 BMT). Peningkatan tebal galvalum pada profil C-Channel yang sama meningkatkan:
Dalam rekayasa, kekuatan penampang dihitung menggunakan Momen Inersia (I) dan Modulus Penampang (S). Untuk penampang persegi panjang atau C-Channel, variabel ketebalan (t) memiliki pengaruh yang sangat besar. Meskipun rumusnya kompleks, prinsipnya sederhana: jika ketebalan dikurangi, Momen Inersia berkurang secara eksponensial (mendekati kubik atau kuadrat). Ini menjelaskan mengapa penurunan kecil pada BMT (misalnya 5%) dapat menyebabkan penurunan kapasitas daya dukung hingga 15-20%.
Insinyur harus selalu menggunakan BMT minimum yang disyaratkan dalam perhitungan desain mereka, dan kontraktor wajib memastikan BMT yang terpasang melebihi atau minimal sama dengan BMT yang direncanakan. Tidak boleh ada kompromi pada aspek ini.
Meskipun Galvalum terkenal karena durabilitasnya, material ini tetap mengalami penuaan dan degradasi seiring waktu. Ketebalan material memainkan peran penting dalam memperlambat proses ini dan mempertahankan keamanan struktural.
Baja dasar G550 adalah baja berkekuatan tinggi. Selama masa pakai normal, selama dilindungi oleh lapisan AZ yang memadai, inti baja tidak akan kehilangan kekuatannya secara signifikan. Namun, jika lapisan Galvalum rusak karena korosi yang menembus (akibat AZ coating yang tipis), baja inti akan mulai berkarat. Karat (oksidasi besi) memiliki volume yang jauh lebih besar daripada besi aslinya, menyebabkan pengelupasan (flaking) dan pelemahan penampang baja. Semakin tebal BMT, semakin lama waktu yang dibutuhkan korosi untuk mengurangi penampang hingga titik kritis kegagalan. Material yang tipis mencapai titik kritis lebih cepat.
Pada struktur yang menanggung beban statis konstan dalam waktu sangat lama (puluhan tahun), baja ringan dapat mengalami fenomena kreeping, yaitu deformasi plastis yang lambat. Meskipun baja ringan G550 memiliki ketahanan kreep yang baik, profil dengan BMT yang terlalu tipis dan menanggung beban mendekati batas desainnya akan lebih rentan terhadap defleksi tambahan seiring waktu, berpotensi menyebabkan kegagalan fungsional (kebocoran, retak plafon) bahkan tanpa adanya beban ekstrem tambahan.
Struktur atap terus-menerus menahan siklus beban, terutama akibat angin (tekanan dan hisapan) dan perubahan suhu yang menyebabkan ekspansi/kontraksi. Struktur dengan tebal galvalum yang kurang kaku akan mengalami tegangan berulang yang lebih tinggi pada sambungan dan bagian-bagian tertentu. Jika tebal BMT tidak memadai, profil baja ringan lebih rentan terhadap kegagalan kelelahan (fatigue failure) pada titik-titik stres tinggi, seperti di sekitar lubang sekrup.
Cara material diproses dan dipasang di lapangan memiliki dampak besar terhadap kinerja tebal Galvalum.
Pemotongan baja ringan harus selalu dilakukan menggunakan gunting manual atau gergaji berkecepatan rendah, bukan gerinda abrasif. Gerinda menimbulkan panas ekstrem, membakar lapisan AZ di sekitar area potong, dan menyebarkan partikel besi panas ke permukaan lain (yang akan menjadi titik awal korosi). Material dengan lapisan AZ yang lebih tebal (AZ 150 ke atas) memberikan toleransi perlindungan yang sedikit lebih baik jika terjadi kerusakan kecil akibat pemotongan, meskipun idealnya semua kerusakan harus diminimalisir.
Pemilihan sekrup harus disesuaikan dengan tebal galvalum yang disambungkan. Sekrup untuk baja ringan (self-drilling screws) dirancang untuk menembus dan membuat ulir pada ketebalan tertentu. Misalnya, sekrup untuk C-Channel tebal 1.00 BMT berbeda dengan sekrup untuk reng 0.45 BMT. Penggunaan sekrup yang salah pada BMT yang terlalu tipis dapat menyebabkan ulir material rusak (stripping), mengurangi kekuatan sambungan. Sebaliknya, menggunakan sekrup untuk material tipis pada material tebal akan meningkatkan waktu pengeboran dan keausan alat.
Pada sambungan kritis (misalnya pertemuan kuda-kuda dan kaki kuda-kuda), sering digunakan pelat penyambung (plat L atau plat bunga). Ketebalan pelat sambungan ini juga harus mengikuti standar BMT yang tinggi (misalnya 1.00 mm atau 1.20 mm) untuk memastikan bahwa konsentrasi beban pada titik tersebut dapat ditransfer dengan aman melalui sekrup ke profil utama. Menggunakan pelat sambungan yang tipis (misalnya 0.75 mm) pada kuda-kuda utama 0.90 mm akan menciptakan titik lemah yang rentan terhadap tekuk di area sambungan.
Lingkungan di mana bangunan didirikan sangat menentukan ketebalan material yang diperlukan, terutama pada aspek durabilitas (AZ Rating).
Daerah pantai memiliki tingkat klorida (garam) di udara yang sangat tinggi, yang merupakan katalis korosi ekstrem. Dalam zona korosif kategori C4 atau C5 (dekat laut), material AZ 150 mungkin masih dianggap minimal. Sebagian proyek premium di pinggir laut menuntut penggunaan AZ 200 atau bahkan material berbasis stainless steel, terlepas dari tebal BMT-nya. Menggunakan AZ 100 di lingkungan pantai akan mengakibatkan kegagalan korosi hanya dalam hitungan beberapa tahun.
Di daerah perkotaan padat atau industri yang terpapar sulfur dioksida (asam) dan polutan lainnya, lapisan Galvalum juga harus lebih tebal. Asam mempercepat pelarutan lapisan Zinc/Seng, sehingga AZ coating yang lebih tebal menjadi prasyarat untuk umur desain yang panjang.
Kondisi di dalam ruang atap juga mempengaruhi korosi. Jika ruang atap memiliki ventilasi yang buruk, terjadi akumulasi kelembaban dan kondensasi. Kondensasi yang terus-menerus pada permukaan baja ringan dapat memicu korosi cepat. Tebal lapisan AZ yang lebih besar akan memberikan perlindungan ekstra terhadap bahaya korosi internal ini, yang sering kali terabaikan dalam desain struktural.
Keputusan tebal galvalum adalah keseimbangan antara biaya awal dan total biaya siklus hidup (Life Cycle Costing - LCC). Penghematan biaya di awal seringkali menjadi kerugian besar di masa depan.
Profil baja ringan 0.65 BMT tentu lebih murah per batang daripada 0.85 BMT. Perbedaan biaya bahan baku per kilogram baja yang tipis bisa mencapai 15-25%. Ini yang mendorong kontraktor yang tidak etis untuk memilih material yang lebih tipis.
Jika struktur mengalami kegagalan (defleksi, kerusakan atap, atau keruntuhan) akibat tebal galvalum yang tidak memadai, biaya perbaikannya akan jauh melebihi potensi penghematan awal. Biaya kegagalan meliputi: biaya penggantian material, biaya tenaga kerja ulang, biaya ganti rugi kerusakan properti, dan kerugian reputasi.
Insinyur yang kompeten akan mencari titik optimal antara tebal Galvalum dan jarak antar kuda-kuda. Seringkali, lebih ekonomis menggunakan tebal Galvalum yang sedikit lebih tinggi (misalnya 0.80 BMT) dan memperlebar jarak kuda-kuda, daripada menggunakan baja yang sangat tipis (0.65 BMT) tetapi harus memasang kuda-kuda dengan jarak yang sangat rapat (misalnya 0.8 m), yang akan meningkatkan kompleksitas sambungan dan total biaya tenaga kerja.
Dalam optimasi ini, tebal Galvalum (BMT) yang memadai adalah variabel yang menjamin bahwa profil memiliki kekakuan minimum yang diperlukan untuk mencegah kegagalan tekuk dan defleksi berlebihan, bahkan pada bentangan yang telah diperlebar.
Maka dari itu, investasi pada tebal galvalum yang sesuai standar adalah keputusan ekonomi yang cerdas, menjamin keamanan aset dan menghindari risiko finansial jangka panjang yang tidak terduga.