Rasa tidak nyaman di tenggorokan, terutama saat menelan, adalah keluhan umum yang seringkali disertai dengan gejala amandel bengkak atau radang (tonsilitis). Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, mulai dari makan, minum, hingga berbicara. Memahami penyebabnya adalah langkah awal yang krusial untuk menentukan penanganan yang tepat.
Amandel (tonsil) adalah dua gumpalan jaringan limfoid yang terletak di bagian belakang tenggorokan. Fungsi utamanya adalah sebagai garis pertahanan pertama tubuh melawan infeksi yang masuk melalui mulut atau hidung. Ketika amandel bekerja terlalu keras melawan bakteri atau virus, mereka bisa meradang dan membengkak, menyebabkan rasa sakit yang hebat.
Representasi visual amandel yang meradang.
Penyebab Utama Tenggorokan Sakit Amandel
Radang amandel (tonsilitis) paling sering disebabkan oleh infeksi. Mengenali pemicunya sangat penting.
Infeksi Virus: Ini adalah penyebab paling umum, seringkali bersamaan dengan flu biasa atau pilek.
Infeksi Bakteri: Bakteri Streptococcus (penyebab radang tenggorokan atau strep throat) adalah penyebab bakteri yang paling sering. Infeksi bakteri biasanya memerlukan pengobatan antibiotik.
Iritasi Lingkungan: Paparan asap rokok, polusi udara, atau udara yang sangat kering juga dapat mengiritasi tenggorokan dan memperburuk kondisi amandel.
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Selain sakit saat menelan, amandel yang sakit seringkali menunjukkan tanda-tanda yang khas:
Amandel terlihat merah, bengkak, atau memiliki bercak putih/kuning (nanah).
Demam tinggi.
Sakit kepala dan nyeri badan.
Suara serak atau terdengar "berat" (muffled voice).
Kelenjar getah bening di leher membengkak dan nyeri saat disentuh.
Langkah Perawatan di Rumah untuk Meredakan Nyeri
Untuk kasus tonsilitis ringan yang disebabkan oleh virus, perawatan di rumah seringkali cukup efektif untuk meredakan gejala hingga tubuh pulih. Fokus utama adalah menjaga kenyamanan dan mencegah dehidrasi.
1. Hidrasi Maksimal
Minum banyak cairan sangat penting. Cairan hangat dapat menenangkan tenggorokan yang meradang.
Air putih atau teh herbal hangat (seperti teh chamomile).
Air lemon hangat dengan madu (madu memiliki sifat antibakteri ringan dan melapisi tenggorokan).
Sup kaldu yang hangat dan mudah dicerna.
Hindari minuman yang terlalu asam, bersoda, atau terlalu panas yang dapat meningkatkan iritasi.
2. Mengatasi Nyeri dan Peradangan
Obat pereda nyeri yang dijual bebas dapat membantu mengelola rasa sakit dan demam.
Mengonsumsi parasetamol atau ibuprofen sesuai dosis yang dianjurkan.
Berkumur dengan air garam hangat (campurkan setengah sendok teh garam dalam segelas air hangat). Lakukan beberapa kali sehari. Ini membantu mengurangi pembengkakan dan membersihkan lendir.
3. Istirahat Total
Tubuh membutuhkan energi ekstra untuk melawan infeksi. Pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup dan hindari aktivitas fisik berat.
Kapan Harus ke Dokter? (Indikasi Medis)
Meskipun banyak kasus amandel sakit dapat sembuh sendiri, ada beberapa tanda bahaya yang memerlukan evaluasi medis segera. Pengobatan yang tepat, terutama antibiotik jika terbukti infeksi bakteri, harus segera dimulai untuk menghindari komplikasi.
Tanda Bahaya yang Memerlukan Konsultasi Dokter:
Demam sangat tinggi (di atas 39°C) yang tidak turun dengan obat penurun panas.
Sakit tenggorokan berlangsung lebih dari 48 jam tanpa perbaikan signifikan.
Kesulitan bernapas atau sangat kesulitan membuka mulut.
Adanya pembengkakan parah yang membuat leher terasa kaku.
Munculnya bercak putih tebal atau nanah yang tidak hilang.
Peran Antibiotik
Jika dokter mendiagnosis tonsilitis disebabkan oleh bakteri (seperti Strep A), antibiotik akan diresepkan. Penting sekali untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik sesuai anjuran dokter, meskipun gejala sudah membaik dalam beberapa hari. Menghentikan antibiotik terlalu dini dapat menyebabkan infeksi kambuh atau resistensi obat.
Operasi Pengangkatan Amandel (Tonsilektomi)
Dalam kasus amandel yang sering kambuh (kronis) atau menyebabkan komplikasi seperti sleep apnea, dokter mungkin merekomendasikan tonsilektomi. Keputusan ini selalu didasarkan pada evaluasi menyeluruh terhadap frekuensi dan tingkat keparahan episode tonsilitis yang dialami pasien.