Asam Folat: Esensial untuk pembentukan sel dan materi genetik.
Vitamin asam folat, yang secara klinis dikenal sebagai Vitamin B9, adalah nutrisi penting yang menduduki posisi sentral dalam berbagai proses biokimia tubuh manusia. Lebih dari sekadar suplemen yang direkomendasikan untuk wanita hamil, folat adalah kofaktor vital yang terlibat langsung dalam sintesis dan perbaikan DNA dan RNA, metabolisme asam amino, serta pembelahan sel yang cepat. Kekurangan nutrisi ini tidak hanya memicu masalah hematologi serius seperti anemia megaloblastik, tetapi juga berkontribusi pada risiko cacat lahir yang parah dan gangguan kardiovaskular kronis. Pemahaman mendalam tentang peran, sumber, dan jalur metabolisme asam folat adalah kunci untuk mengoptimalkan kesehatan sepanjang siklus kehidupan.
Seringkali istilah ‘folat’ dan ‘asam folat’ digunakan secara bergantian, namun keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam struktur dan metabolisme. Folat adalah bentuk alami dari Vitamin B9 yang ditemukan dalam makanan, seperti sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, dan hati. Folat dalam makanan biasanya berada dalam bentuk poliglutamat yang tidak stabil dan rentan terhadap kerusakan akibat panas dan pengolahan. Sebaliknya, Asam Folat (Pteroilmonoglutamat) adalah bentuk sintetik, stabil, dan teroksidasi yang digunakan dalam suplemen makanan dan pengayaan produk sereal. Asam folat diserap lebih efisien dan memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi daripada folat alami.
Asam folat terdiri dari tiga bagian utama: cincin Pteridin, asam Para-aminobenzoat (PABA), dan residu asam glutamat. Untuk menjadi aktif secara biologis, asam folat harus direduksi di hati menjadi Tetrahidrofolat (THF) melalui dua langkah enzimatik yang dikatalisis oleh enzim Dihidrofolat Reduktase (DHFR). THF adalah kofaktor metabolik utama. Bentuk aktif yang beredar dan digunakan di dalam sel adalah 5-Metiltetrahidrofolat (5-MTHF), sering disebut sebagai Metafolin atau folat aktif. Proses konversi menjadi 5-MTHF ini melibatkan enzim penting, yaitu Metilenetretahidrofolat Reduktase (MTHFR), yang berperan krusial dalam jalur metabolisme C1.
Fungsi utama folat adalah sebagai pembawa unit satu-karbon (C1). Unit C1 ini sangat penting dalam dua jalur metabolisme utama:
Peran asam folat selama kehamilan adalah yang paling banyak diteliti dan diakui secara global. Suplementasi yang tepat dapat mengurangi risiko cacat lahir serius hingga 70%.
Tabung saraf adalah struktur embrionik yang akhirnya berkembang menjadi otak dan sumsum tulang belakang. Tabung saraf menutup pada minggu ketiga hingga keempat setelah pembuahan, seringkali sebelum seorang wanita menyadari bahwa ia hamil. Kekurangan folat selama periode kritis ini secara langsung mengganggu sintesis DNA yang diperlukan untuk pembelahan sel yang cepat dan terorganisir, menyebabkan penutupan tabung saraf yang tidak sempurna. NTDs mencakup kondisi serius seperti:
Rekomendasi umum mengharuskan semua wanita usia subur untuk mengonsumsi setidaknya 400 mcg DFE (Dietary Folate Equivalents) asam folat per hari, dimulai setidaknya satu bulan sebelum konsepsi dan berlanjut sepanjang trimester pertama.
Beberapa wanita memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan NTD, sehingga memerlukan dosis yang lebih tinggi, seringkali 4000 mcg (4 mg) per hari. Kelompok ini meliputi:
Selain NTDs, asupan folat yang memadai juga dikaitkan dengan penurunan risiko komplikasi kehamilan lainnya, termasuk:
Salah satu fungsi utama asam folat dalam tubuh adalah metabolisme homosistein. Homosistein adalah asam amino yang merupakan produk sampingan dari metabolisme metionin. Tingginya kadar homosistein (hiperhomosisteinemia) dalam darah telah lama diidentifikasi sebagai faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit arteri koroner, stroke, dan penyakit vaskular perifer. Folat, bersama dengan Vitamin B12 dan B6, bertindak sebagai kofaktor yang mengubah homosistein kembali menjadi metionin.
Meskipun studi observasional secara konsisten menunjukkan korelasi antara folat rendah dan risiko jantung tinggi, beberapa uji coba kontrol acak (RCTs) yang dilakukan untuk melihat apakah suplementasi folat dapat secara definitif mengurangi kejadian serangan jantung atau stroke telah menghasilkan hasil yang beragam. Suplemen folat terbukti sangat efektif dalam menurunkan kadar homosistein, namun tidak selalu diterjemahkan menjadi penurunan signifikan dalam insiden penyakit kardiovaskular pada populasi umum. Kontroversi ini mengarahkan peneliti untuk fokus pada kelompok risiko tinggi, seperti pasien dengan penyakit ginjal kronis, di mana folat dosis tinggi mungkin menawarkan manfaat yang lebih jelas.
Selain mengendalikan homosistein, folat mungkin memberikan efek perlindungan jantung melalui mekanisme lain, termasuk:
Defisiensi folat yang parah mengarah pada kondisi yang dikenal sebagai anemia megaloblastik. Kondisi ini terjadi karena kurangnya folat mengganggu sintesis DNA dalam sel progenitor darah di sumsum tulang. Akibatnya, sel-sel darah merah (eritrosit) gagal membelah dengan benar, menghasilkan sel yang besar (megaloblas) tetapi belum matang dan rapuh. Gejala anemia megaloblastik meliputi kelelahan kronis, pucat, sesak napas, dan, dalam kasus yang lebih parah, glositis (lidah meradang dan merah). Karena jalur metabolisme B9 dan B12 saling terkait erat, gejala klinis defisiensi folat sangat mirip dengan defisiensi Vitamin B12.
Beberapa faktor dapat menyebabkan kekurangan folat:
Penting untuk diingat bahwa folat (bentuk alami) memiliki bioavailabilitas lebih rendah daripada asam folat (bentuk sintetik). Sumber terbaik folat meliputi:
Folat memainkan peran tidak langsung namun penting dalam fungsi otak. Seperti disebutkan sebelumnya, folat sangat penting dalam siklus metilasi. Proses metilasi diperlukan untuk sintesis berbagai neurotransmiter monoamin, termasuk dopamin, serotonin, dan norepinefrin. Ketidakseimbangan dalam proses metilasi, yang mungkin disebabkan oleh kekurangan folat, dapat memengaruhi mood dan fungsi kognitif.
Terdapat korelasi kuat antara kadar folat serum yang rendah dan peningkatan risiko depresi. Beberapa studi klinis menunjukkan bahwa suplementasi folat (khususnya 5-MTHF, bentuk aktif) dapat meningkatkan efektivitas obat antidepresan, terutama pada pasien yang tidak merespons terapi standar (depresi resisten pengobatan). Ini mungkin karena 5-MTHF lebih mudah melintasi sawar darah-otak dibandingkan asam folat sintetik dan secara langsung mendukung jalur metilasi yang diperlukan untuk produksi neurotransmiter.
Kekurangan folat pada lansia telah dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif dan peningkatan risiko demensia, termasuk penyakit Alzheimer. Hiperhomosisteinemia yang disebabkan oleh folat rendah dapat menyebabkan kerusakan vaskular mikrosirkulasi di otak dan memicu neurotoksisitas. Meskipun folat tidak dianggap sebagai obat untuk demensia, mempertahankan kadar folat yang optimal sangat penting untuk memelihara integritas neurologis, terutama pada populasi usia lanjut.
Enzim Metilenetretahidrofolat Reduktase (MTHFR) adalah enzim yang sangat penting. Tugasnya adalah mengubah 5,10-methylenetetrahydrofolate menjadi 5-methyltetrahydrofolate (5-MTHF), bentuk folat yang aktif dan siap digunakan sebagai donor metil untuk mengubah homosistein menjadi metionin. Variasi genetik (polimorfisme) pada gen MTHFR, terutama varian C677T, sangat umum ditemukan di populasi global.
Individu yang homozigot (memiliki dua salinan) untuk polimorfisme C677T memiliki aktivitas enzim MTHFR yang berkurang secara signifikan (hingga 30-60%). Ini berarti tubuh mereka kurang efisien dalam memproses asam folat sintetik (Pteroilmonoglutamat) menjadi bentuk aktif (5-MTHF). Akibatnya, mereka mungkin lebih rentan terhadap peningkatan kadar homosistein dan mungkin memiliki respons yang kurang optimal terhadap suplementasi asam folat standar, terutama jika asupan makanan mereka juga rendah.
Ketika seseorang mengonsumsi asam folat sintetik dosis tinggi (misalnya melalui suplemen atau makanan yang diperkaya secara berlebihan), terutama jika mereka memiliki aktivitas enzim DHFR atau MTHFR yang lebih rendah, laju konversi menjadi 5-MTHF mungkin terlampaui. Hal ini menyebabkan sirkulasi Asam Folat yang Tidak Termetabolisme (UMFA) dalam plasma. Keberadaan UMFA menjadi subjek penelitian intensif, dan beberapa kekhawatiran telah diajukan mengenai potensi efek negatifnya:
Oleh karena kekhawatiran ini, pada beberapa kasus dan rekomendasi medis tertentu, dianjurkan penggunaan folat dalam bentuk aktif 5-MTHF (Metafolin/L-Methylfolate) dibandingkan asam folat standar, terutama bagi mereka yang diketahui memiliki mutasi MTHFR atau kondisi penyerapan yang buruk.
Kebutuhan folat dinyatakan dalam Dietary Folate Equivalents (DFE) karena folat alami dan asam folat memiliki bioavailabilitas yang berbeda. 1 DFE setara dengan 1 mcg folat makanan, 0.6 mcg asam folat dari suplemen atau makanan yang diperkaya (diminum bersama makanan), atau 0.5 mcg asam folat dari suplemen (diminum saat perut kosong).
| Kelompok | AKG Folat (mcg DFE/hari) |
|---|---|
| Dewasa Pria/Wanita | 400 |
| Wanita Hamil | 600 |
| Wanita Menyusui | 500 |
Batas atas yang dapat ditoleransi (Upper Limit/UL) untuk asam folat yang berasal dari suplemen dan makanan yang diperkaya ditetapkan sebesar 1000 mcg (1 mg) per hari untuk orang dewasa. UL ini ditetapkan terutama untuk meminimalkan risiko menutupi gejala neurologis defisiensi Vitamin B12. Penting untuk dicatat bahwa UL ini hanya berlaku untuk asam folat sintetik, bukan untuk folat yang berasal dari makanan alami.
Asam folat dapat berinteraksi dengan beberapa kategori obat, yang perlu dipertimbangkan oleh profesional kesehatan:
Hubungan antara folat dan kanker sangat kompleks dan bimodal. Di satu sisi, karena folat diperlukan untuk sintesis DNA, defisiensi folat dapat menyebabkan ketidakstabilan kromosom, mutasi, dan kegagalan perbaikan DNA, yang dapat meningkatkan risiko kanker (terutama kanker kolorektal). Di sisi lain, sel kanker memiliki tingkat pembelahan yang sangat tinggi dan sangat membutuhkan folat. Suplementasi folat dosis tinggi pada individu yang sudah memiliki lesi prakanker dapat secara teoritis memicu pertumbuhan sel kanker yang sudah ada.
Oleh karena itu, peran folat dalam pencegahan dan perkembangan kanker sangat bergantung pada status folat dasar individu, dosis suplementasi, dan waktu intervensi. Program fortifikasi folat skala besar (pengayaan makanan) umumnya dianggap aman dan bermanfaat untuk pencegahan kanker kolorektal dalam jangka panjang, karena meningkatkan status folat basal populasi.
Metabolisme folat yang efisien penting untuk fungsi sistem kekebalan tubuh, khususnya pembentukan limfosit dan respons proliferatif sel imun. Ketika folat tidak mencukupi, respons imun seluler dapat terganggu. Selain itu, folat berperan dalam regulasi gen melalui metilasi DNA. Folat yang memadai membantu menjaga pola metilasi yang sehat, yang dapat memengaruhi ekspresi gen yang terlibat dalam jalur inflamasi dan respons autoimun.
Meskipun folat paling sering dikaitkan dengan kesehatan wanita hamil, penelitian menunjukkan bahwa nutrisi ini juga vital untuk kesehatan reproduksi pria. Folat, karena perannya dalam sintesis DNA, sangat penting untuk spermatogenesis (pembentukan sperma). Defisiensi folat pada pria telah dikaitkan dengan peningkatan fragmentasi DNA sperma dan penurunan kualitas air mani, yang dapat berkontribusi pada masalah infertilitas pria.
Peningkatan kesadaran mengenai polimorfisme MTHFR dan masalah UMFA telah mendorong popularitas bentuk suplemen folat yang sudah aktif (termetabolisme).
Ini adalah bentuk standar, sintetik, yang harus melalui dua langkah reduksi enzimatik (melalui DHFR) dan metilasi (melalui MTHFR) di hati sebelum dapat digunakan oleh tubuh.
Ini adalah bentuk bioaktif folat yang telah melewati langkah konversi DHFR dan MTHFR. Keuntungan dari L-Methylfolate adalah:
Meskipun demikian, bagi sebagian besar populasi dengan gen MTHFR normal, asam folat standar tetap merupakan suplemen yang efektif dan ekonomis, terutama dalam dosis pencegahan (400 mcg).
Mengingat betapa kritisnya folat dalam mencegah NTDs, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan banyak negara maju telah menerapkan program fortifikasi folat wajib pada makanan pokok (seperti tepung terigu, beras, atau jagung). Tujuannya adalah untuk meningkatkan status folat populasi secara keseluruhan, memastikan bahwa wanita usia subur menerima folat yang cukup bahkan tanpa perencanaan kehamilan atau konsumsi suplemen.
Program fortifikasi folat terbukti menjadi salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling sukses dan hemat biaya di abad ini. Di negara-negara yang menerapkan fortifikasi wajib, insiden NTDs telah menurun drastis, seringkali hingga 50-70%. Keberhasilan program ini menunjukkan betapa krusialnya asupan folat yang stabil dan memadai pada tingkat populasi.
Meskipun sukses, fortifikasi juga menghadapi tantangan, terutama kekhawatiran yang disebutkan sebelumnya mengenai potensi akumulasi UMFA pada individu tertentu yang mengonsumsi diet kaya asam folat buatan dan suplemen. Namun, tinjauan komprehensif oleh badan kesehatan utama umumnya menyimpulkan bahwa manfaat fortifikasi dalam mencegah NTDs jauh lebih besar daripada risiko teoretis akumulasi UMFA pada populasi umum.
***
Vitamin asam folat (B9) adalah nutrisi fundamental yang mengelola infrastruktur genetik dan metabolik tubuh. Dari detik-detik awal pembentukan janin, hingga pemeliharaan pembuluh darah seiring bertambahnya usia, dan regulasi keseimbangan kimiawi otak, folat memegang peran tak tergantikan. Ketersediaan folat yang memadai menjamin sintesis DNA yang presisi, pembelahan sel yang sehat, dan siklus metilasi yang optimal, yang mana semuanya esensial untuk pencegahan penyakit kronis dan cacat lahir yang parah.
Defisiensi folat, yang ditandai dengan anemia megaloblastik, bukanlah masalah minor dan dapat dengan mudah dicegah melalui pola makan yang kaya sayuran hijau atau melalui suplementasi yang tepat. Bagi wanita usia subur, suplementasi adalah keharusan, bukan pilihan, demi memastikan perkembangan neurologis yang sempurna pada bayi. Sementara bagi populasi umum, menjaga status folat optimal adalah strategi pencegahan yang kuat terhadap hiperhomosisteinemia dan penurunan fungsi kognitif terkait usia.
Penting untuk selalu berkonsultasi dengan profesional kesehatan untuk menentukan dosis yang tepat, terutama jika ada riwayat kehamilan berisiko, penggunaan obat-obatan yang berinteraksi, atau mutasi genetik seperti MTHFR. Dengan pemahaman yang komprehensif mengenai mekanisme kerja dan kebutuhan tubuh akan folat, kita dapat memanfaatkan potensi penuh dari vitamin B9 ini untuk mencapai kesehatan total.
***
Sintesis DNA membutuhkan purin (Adenin dan Guanin). Folat, dalam bentuk 10-Formiltetrahidrofolat, adalah donor gugus formil yang diperlukan dalam dua langkah kritis dalam jalur sintesis purin de novo. Jika folat tidak tersedia, produksi purin terhenti, mengganggu kemampuan sel untuk membuat materi genetik baru. Ini menjelaskan mengapa jaringan dengan pergantian sel yang cepat (seperti sumsum tulang, lapisan usus, dan jaringan janin) adalah yang pertama menunjukkan gejala defisiensi folat.
Timin, basa pirimidin yang unik untuk DNA, disintesis melalui metilasi deoksiuridilat (dUMP) menjadi deoksitimidilat (dTMP). Reaksi ini dikatalisis oleh enzim Timidilat Sintase. Kofaktor yang menyediakan gugus metil (C1) dalam reaksi ini adalah 5,10-Metilenetetrahidrofolat. Ketika gugus C1 disumbangkan, 5,10-Metilenetetrahidrofolat diubah menjadi Dihidrofolat. Kemudian, Dihidrofolat harus direduksi kembali menjadi Tetrahidrofolat oleh enzim Dihidrofolat Reduktase (DHFR) untuk memulai siklus lagi. Penghambatan DHFR (seperti oleh Methotrexate) secara efektif menghentikan daur ulang folat, menghentikan sintesis timin dan purin, yang merupakan dasar dari aksi sitotoksik obat tersebut.
Siklus Metionin yang kritis sangat bergantung pada interaksi sempurna antara folat dan Vitamin B12 (Kobalamin). Langkah kunci adalah reaksi yang mengubah 5-MTHF (folat aktif) dan Homosistein menjadi THF dan Metionin. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah Metionin Sintase, yang memerlukan Vitamin B12 sebagai kofaktor. Jika B12 defisien, 5-MTHF akan "terperangkap" karena tidak dapat menyumbangkan gugus metilnya. Akibatnya, folat menjadi tidak aktif dan terakumulasi dalam bentuk 5-MTHF yang tidak dapat digunakan, menciptakan "perangkap folat" (Folate Trap). Ini menjelaskan mengapa defisiensi B12 secara fungsional menyebabkan defisiensi folat sekunder (meskipun kadar folat total dalam darah mungkin normal), yang pada akhirnya menyebabkan anemia megaloblastik.
Selain risiko kardiovaskular, hiperhomosisteinemia juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko osteoporosis dan patah tulang. Homosistein diyakini mengganggu ikatan silang kolagen. Kolagen adalah protein struktural utama dalam matriks tulang yang memberikan fleksibilitas dan kekuatan. Ketika homosistein berlebihan, ia dapat mengganggu pembentukan ikatan silang yang stabil dalam serat kolagen, yang pada akhirnya menghasilkan tulang yang lebih rapuh dan rentan terhadap fraktur.
Beberapa studi menunjukkan bahwa suplementasi folat (seringkali dikombinasikan dengan B12 dan B6) dapat membantu menurunkan kadar homosistein dan, pada gilirannya, mungkin memberikan manfaat marginal dalam meningkatkan Kepadatan Mineral Tulang (BMD), terutama pada pasien dengan status nutrisi yang buruk atau pada mereka yang mengalami percepatan kehilangan tulang. Namun, folat tidak dianggap sebagai pengobatan lini pertama untuk osteoporosis; perannya lebih bersifat sinergis dalam mendukung kesehatan struktural yang didorong oleh nutrisi.
Pasien dengan PGK seringkali mengalami hiperhomosisteinemia yang parah. Ginjal memainkan peran penting dalam metabolisme dan ekskresi homosistein. Ketika fungsi ginjal menurun, kadar homosistein melonjak. Dalam kasus ini, suplementasi folat dosis tinggi (biasanya 5 mg per hari) bersama dengan B12 dan B6 sering direkomendasikan. Walaupun penelitian masih bervariasi mengenai apakah penurunan homosistein pada PGK secara definitif mengurangi risiko kejadian kardiovaskular mayor, intervensi ini tetap merupakan pendekatan standar untuk mengelola komplikasi metabolik ini.
Penderita penyakit Celiac, Crohn, atau Kolitis Ulseratif sering mengalami malabsorpsi nutrisi, termasuk folat. Selain itu, beberapa obat yang digunakan untuk mengobati IBD, seperti Sulfasalazine, secara langsung menghambat penyerapan folat. Pasien IBD memerlukan pemantauan ketat kadar folat serum dan seringkali memerlukan suplementasi rutin, baik melalui diet atau dalam bentuk suplemen dosis tinggi, untuk mencegah anemia dan komplikasi terkait lainnya.
Penelitian genetik telah mengindikasikan kemungkinan hubungan antara jalur metabolisme folat yang terganggu dan risiko Sindrom Down (Trisomi 21). Beberapa studi menunjukkan peningkatan risiko Sindrom Down pada wanita yang memiliki polimorfisme MTHFR dan status folat yang rendah. Meskipun hubungan ini masih membutuhkan konfirmasi lebih lanjut, hal ini menyoroti pentingnya optimalisasi status folat, terutama bagi wanita yang merencanakan kehamilan dan memiliki riwayat keluarga atau faktor risiko genetik yang relevan.
Degenerasi Makula Terkait Usia (Age-related Macular Degeneration/AMD) adalah penyebab utama kebutaan pada lansia. Faktor risiko AMD mirip dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular, termasuk tingkat homosistein yang tinggi. Uji coba klinis besar, seperti Women's Antioxidant and Folic Acid Cardiovascular Study (WAFACS), telah menyelidiki efek suplementasi B-vitamin (folat, B6, B12) terhadap AMD.
Studi ini menemukan bahwa suplementasi jangka panjang vitamin B secara signifikan mengurangi risiko pengembangan AMD pada wanita yang berisiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular. Mekanismenya diduga melibatkan penurunan homosistein, yang mengurangi stres oksidatif dan kerusakan vaskular pada pembuluh darah halus retina.
Di luar peran strukturalnya dalam sintesis DNA, folat memiliki peran mendalam dalam epigenetik—yaitu, perubahan yang dapat diwariskan dalam ekspresi gen yang tidak melibatkan perubahan urutan DNA yang mendasar. Folat adalah prekursor utama SAMe (S-Adenosylmethionine), donor metil universal. SAMe menyediakan gugus metil yang ditempelkan pada sitosin dalam urutan DNA (Metilasi DNA).
Metilasi DNA yang tepat sangat penting; biasanya, gen supresor tumor dipertahankan dalam keadaan termetilasi yang sehat untuk mencegah kanker, sementara gen lain diatur sesuai kebutuhan. Kekurangan folat dapat menyebabkan hipometilasi (metilasi kurang) global, yang dapat mengaktifkan gen yang seharusnya diam, berpotensi memicu instabilitas genetik dan onkogenesis (pembentukan kanker).
Status folat ibu, melalui pengaruhnya pada metilasi, dapat memberikan jejak epigenetik pada janin yang memengaruhi risiko penyakit di kemudian hari. Folat tidak hanya memengaruhi penutupan tabung saraf, tetapi juga menentukan pola metilasi pada gen-gen penting yang mengendalikan perkembangan organ dan sistem. Ini menyoroti bahwa suplementasi folat bukan hanya untuk struktur janin, tetapi juga untuk pemrograman genetik jangka panjang.
Asam folat menunjukkan toksisitas yang sangat rendah. Bahkan pada dosis sangat tinggi (puluhan miligram), folat umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah gangguan pencernaan ringan atau reaksi alergi kulit yang jarang terjadi.
Seperti yang telah dibahas, penetapan UL 1000 mcg (1 mg) didasarkan pada kekhawatiran 'masking' neurologi defisiensi B12. Kekurangan B12 pada lansia sering terjadi karena penurunan faktor intrinsik (protein yang diperlukan untuk penyerapan B12). Jika seorang lansia memiliki defisiensi B12 tersembunyi dan mengonsumsi folat dosis tinggi, anemia megaloblastik (tanda peringatan hematologis) akan teratasi, namun neuropati dan kerusakan saraf B12 akan terus memburuk tanpa terdeteksi, yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau demensia yang ireversibel.
Oleh karena itu, pada lansia atau individu yang berisiko defisiensi B12 (misalnya vegetarian ketat, penderita anemia pernisiosa), pemeriksaan status B12 harus selalu mendahului atau menyertai suplementasi folat dosis tinggi.
***
Vitamin Asam Folat (B9) adalah jembatan biokimia yang menghubungkan nutrisi harian dengan kesehatan genetik dan metabolisme yang optimal, sebuah mikronutrien yang kekuatannya jauh melampaui ukurannya.