Dalam lanskap para nabi Perjanjian Lama, nama Zefanya mungkin tidak sepopuler Yesaya atau Yeremia, namun pesannya memiliki bobot yang signifikan. Kitab Zefanya, yang merupakan bagian dari kitab-kitab para nabi kecil, menyajikan gambaran yang kuat dan terkadang menakutkan tentang penghakiman ilahi, namun juga menyelipkan janji pengharapan dan pemulihan bagi umat yang setia. Memahami kitab ini memberikan wawasan mendalam tentang karakter Allah, sifat dosa, dan rencana-Nya bagi umat-Nya.
Zefanya, yang namanya berarti "Tuhan telah menyembunyikan" atau "Tuhan melindungi", diperkirakan melayani pada masa pemerintahan Raja Yosia di Yehuda (sekitar akhir abad ke-7 SM). Periode ini merupakan masa yang penuh gejolak. Meskipun Yosia berusaha untuk membawa reformasi keagamaan dan mengembalikan ibadah yang benar kepada Yahweh, warisan dari kesesatan dan penyembahan berhala yang telah merajalela selama beberapa generasi sebelumnya masih sangat terasa. Zefanya memanggil bangsa itu untuk bertobat dari dosa-dosa mereka dan menghadapi murka Allah yang akan datang.
Kitab Zefanya dapat dibagi menjadi beberapa bagian utama, masing-masing menyampaikan pesan yang penting:
Bagian awal kitab ini mengumumkan dengan tegas datangnya "Hari TUHAN". Ini bukanlah hari yang membahagiakan bagi bangsa Yehuda, melainkan hari penghakiman yang dahsyat. Zefanya merinci berbagai dosa yang telah dilakukan bangsa itu, termasuk penyembahan berhala (Baal dan ilah-ilah langit), penindasan terhadap yang lemah, dan penolakan untuk mencari Tuhan. Penghakiman ini akan bersifat universal, menyapu bersih seluruh bangsa, termasuk tetangga-tetangga Yehuda yang juga berdosa. Gambaran yang diberikan sangat mengerikan, menggambarkan kehancuran dan kehancuran total sebagai konsekuensi dari ketidaktaatan yang terus-menerus kepada Tuhan.
Setelah menyatakan penghakiman yang akan datang, Zefanya beralih kepada seruan yang mendesak untuk bertobat. Ia menyoroti kebobrokan moral dan spiritual yang merajalela, menggarisbawahi ketidakadilan yang dilakukan oleh para pemimpin, hakim, nabi, dan imam. Mereka telah menyimpang dari jalan Tuhan dan telah menjadi sumber kesesakan bagi umat-Nya. Dalam pasal 3, Zefanya dengan jelas menggambarkan kekejaman, penipuan, dan kesombongan yang mendominasi masyarakat. Namun, di tengah-tengah penghakiman yang digambarkan, selalu ada harapan bagi yang rendah hati.
Meskipun peringatan tentang penghakiman sangat kuat, kitab Zefanya tidak berakhir dalam keputusasaan. Zefanya juga merupakan nabi pengharapan. Ia menubuatkan bahwa setelah penghakiman, akan ada sisa umat yang setia yang akan diselamatkan. Sisa ini akan diubahkan, dibersihkan dari dosa-dosa mereka, dan akan kembali kepada Tuhan dengan sukacita. Bagian akhir kitab ini berbicara tentang pemulihan total, di mana umat Tuhan akan menjadi kebanggaan dan pujian di seluruh bumi. Ia menjanjikan kedamaian, kemakmuran, dan kehadiran Allah yang berkuasa di tengah-tengah umat-Nya yang telah ditebus. Ayat-ayat ini memberikan gambaran yang indah tentang masa depan yang cerah, yang puncaknya tergenapi dalam kedatangan Mesias.
Pesan Zefanya memiliki relevansi yang abadi bagi umat percaya. Pertama, kitab ini mengingatkan kita akan kekudusan Allah dan ketidaksukaan-Nya terhadap dosa. Keadilan-Nya menuntut pertanggungjawaban atas pelanggaran hukum-Nya. Kedua, Zefanya menekankan pentingnya pertobatan yang tulus. Kesadaran akan dosa dan keinginan untuk berbalik dari jalan yang salah adalah langkah krusial menuju pemulihan. Ketiga, dan yang terpenting, kitab ini adalah kesaksian tentang kesetiaan Allah. Meskipun penghakiman itu nyata, kasih karunia dan janji pemulihan-Nya juga sangat kuat. Bagi orang percaya di masa kini, pesan Zefanya mengajarkan kita untuk hidup dalam kekudusan, menghindari kompromi dengan dosa, dan senantiasa mencari Tuhan dengan hati yang rendah hati, sambil memegang teguh janji-janji-Nya tentang keselamatan dan pemulihan yang telah digenapi dalam Yesus Kristus.