Inisiasi pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang cepat dan efektif adalah kunci kesuksesan menyusui jangka panjang. Banyak ibu baru khawatir tentang pasokan ASI, terutama pada hari-hari pertama pasca melahirkan. Kekhawatiran ini wajar, namun perlu dipahami bahwa tubuh ibu sudah diprogram untuk memproduksi 'emas cair' (kolostrum) segera setelah bayi lahir. Memahami mekanisme tubuh dan menerapkan teknik yang tepat akan memastikan ASI cepat keluar, bahkan dalam 72 jam pertama yang sangat krusial.
Kolostrum, cairan emas pertama, adalah permulaan yang vital.I. Memahami Mekanisme Dasar Produksi ASI
Untuk memastikan ASI cepat keluar, penting bagi ibu untuk memahami bagaimana sebenarnya payudara memproduksi dan melepaskan susu. Proses ini dikendalikan oleh dua hormon utama yang bekerja secara sinergis, yaitu Prolaktin dan Oksitosin.
1. Hormon Prolaktin: Sang Produsen
Prolaktin bertanggung jawab atas produksi ASI di sel-sel alveoli payudara. Kadar prolaktin akan melonjak tajam setelah plasenta dikeluarkan, memberikan sinyal kepada tubuh untuk memulai produksi kolostrum (ASI tahap awal). Peningkatan kadar hormon ini sangat bergantung pada stimulasi.
- Prinsip Permintaan dan Penawaran: Semakin sering dan efektif payudara dikosongkan (oleh bayi atau pompa), semakin tinggi sinyal yang dikirim ke otak (kelenjar hipofisis) untuk melepaskan lebih banyak prolaktin. Ini adalah dasar dari konsep ‘menyusui sesuai permintaan’.
- Waktu Puncak: Kadar prolaktin cenderung lebih tinggi saat ibu tidur, terutama di malam atau dini hari. Ini menjelaskan mengapa sesi menyusui malam hari sangat penting untuk mempertahankan pasokan ASI.
2. Hormon Oksitosin: Sang Pelepas (Let-Down Reflex)
Oksitosin, sering disebut ‘hormon cinta’ atau ‘hormon bahagia’, bertanggung jawab untuk refleks pelepasan ASI (Let-Down Reflex atau LDR). Oksitosin menyebabkan otot-otot kecil di sekitar alveoli berkontraksi, memeras ASI keluar melalui saluran.
- Pemicu Emosional: Oksitosin sangat dipengaruhi oleh emosi. Cinta, ketenangan, melihat bayi, atau bahkan mendengar tangisan bayi dapat memicu LDR. Sebaliknya, stres, nyeri, atau kecemasan dapat menghambat pelepasan oksitosin, yang membuat ASI terasa ‘tertahan’ atau sulit keluar.
- Stimulasi Fisik: Sentuhan kulit ke kulit (Skin-to-Skin Contact) dan pijatan payudara adalah cara fisik yang sangat efektif untuk memicu pelepasan oksitosin.
Kunci agar ASI cepat keluar adalah memastikan stimulasi teratur untuk mendorong prolaktin, dan menciptakan lingkungan tenang untuk memaksimalkan oksitosin. Tanpa keduanya, produksi mungkin ada, namun pelepasan akan terhambat.
II. Langkah Kritis dalam 72 Jam Pertama
Tiga hari pertama (fase kolostrum) adalah masa penentuan. Tindakan ibu dan tenaga medis pada saat ini sangat menentukan apakah ASI akan cepat keluar dan pasokan akan optimal di masa mendatang.
1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
IMD adalah langkah pertama dan terpenting. Segera setelah melahirkan, bayi harus diletakkan tengkurap di dada ibu untuk mencari puting secara mandiri.
- Kontak Kulit ke Kulit Minimal 60 Menit: Ini adalah durasi minimum. Bahkan jika bayi belum berhasil menghisap, kontak kulit ke kulit (skin-to-skin contact/SSC) menstabilkan suhu tubuh bayi, menenangkan ibu, dan melepaskan oksitosin secara masif.
- Biarkan Bayi Bekerja: Bayi yang baru lahir memiliki refleks merangkak yang alami. Biarkan mereka menemukan puting tanpa dipaksa. Proses ini menstimulasi saraf payudara dengan cara yang paling efektif.
- Pentingnya Bau: Bayi menggunakan indra penciuman untuk menemukan puting. Jangan bersihkan payudara ibu dengan sabun yang beraroma kuat sebelum IMD.
2. Frekuensi Hisapan Dini (Stimulasi Berulang)
Kolostrum diproduksi dalam jumlah kecil, tetapi sangat terkonsentrasi. Jangan khawatir jika bayi hanya menghisap sebentar. Yang terpenting adalah frekuensi, bukan kuantitas.
- Menyusui Minimal 8-12 Kali Sehari: Bayi yang baru lahir harus menyusui sangat sering, bahkan setiap 1-2 jam. Hisapan yang sering ini mengirimkan sinyal kuat ke otak ibu bahwa permintaan ASI tinggi, mempercepat 'perpindahan' dari kolostrum ke ASI transisi (produksi massal).
- Jangan Tunggu Tangisan: Menyusui harus dilakukan saat bayi menunjukkan tanda awal lapar (menjilat bibir, menggerakkan kepala, memasukkan tangan ke mulut), bukan saat mereka sudah menangis histeris. Bayi yang menangis keras akan sulit melakukan pelekatan yang benar.
3. Hindari Penggunaan Susu Formula atau Dot
Memberikan susu formula atau cairan lain (kecuali atas indikasi medis ketat) pada masa-masa awal ini adalah kontraproduktif.
- Mengurangi Stimulasi: Jika bayi kenyang dengan susu formula, ia tidak akan lapar dan tidak akan menghisap payudara, sehingga sinyal produksi ASI ke otak terputus.
- Bingung Puting: Penggunaan dot atau botol pada tahap awal ini dapat menyebabkan 'bingung puting' karena teknik menghisap botol dan payudara sangat berbeda. Ini akan menyulitkan bayi untuk menghisap ASI secara efektif.
III. Teknik Pelekatan (Latch) yang Sempurna
ASI akan cepat keluar jika bayi dapat mengosongkan payudara secara efisien. Hal ini 90% ditentukan oleh kualitas pelekatan (latch). Pelekatan yang buruk adalah penyebab utama payudara terasa penuh tapi ASI tidak keluar, puting lecet, dan produksi menurun.
1. Mengenal Tanda Pelekatan yang Benar
Pelekatan yang efektif memastikan bayi menggunakan seluruh rahangnya untuk memijat saluran susu di bawah areola, bukan hanya menghisap puting.
- Mulut Terbuka Lebar (Seperti Menguap): Bayi harus membuka mulut sangat lebar sebelum payudara dimasukkan.
- Dagu Menempel: Dagu bayi harus menempel kuat pada payudara.
- Bibir Terlipat Keluar (Dower): Bibir bawah bayi harus melipat keluar (mirip bibir ikan).
- Area Areola: Lebih banyak area areola terlihat di bagian atas (di atas hidung bayi) daripada di bagian bawah.
- Suara Menelan: Ibu mendengar suara menelan yang teratur, bukan suara 'klik' atau 'kecapan' (yang mengindikasikan hanya menghisap puting).
2. Langkah Mencapai Pelekatan Sempurna
- Posisi Ibu dan Bayi: Pastikan ibu duduk atau berbaring dengan nyaman. Tubuh bayi harus lurus, tidak terpelintir, dan menghadap payudara ('perut ketemu perut').
- Arahkan Puting: Arahkan puting ke hidung bayi (bukan ke tengah mulut). Ini mendorong bayi untuk mendongak sedikit ke belakang, membuka mulut lebih lebar, dan mengambil sebagian besar areola bawah.
- Tunggu Sampai Mulut Terbuka Maksimal: Jangan buru-buru memasukkan payudara. Sentuh bibir bayi dengan puting untuk memicu refleks rooting (mencari). Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar seperti saat menguap.
- Gerakan Cepat dan Yakin: Setelah mulut terbuka lebar, bawa bayi mendekat ke payudara dengan cepat dan mantap. Bukan payudara yang didorong ke bayi, tetapi bayi yang ditarik ke payudara.
3. Teknik Mengganti Sisi (Switch Nursing)
Jika bayi tampak mulai tertidur atau hisapan melambat sebelum payudara terasa kosong, ganti sisi (pindah ke payudara lain). Sesi menyusui mungkin melibatkan 3-4 kali pergantian (Bolak-balik antara A-B-A-B).
Mengganti sisi secara strategis akan memberikan stimulasi ganda dan memastikan kedua payudara sering dikosongkan. Pengosongan yang efektif adalah pemicu terkuat agar ASI diproduksi cepat dan berlimpah pada sesi berikutnya.
IV. Mengoptimalkan Stimulasi dan Pengosongan Payudara
Produksi ASI tidak hanya soal hormon, tetapi juga manajemen mekanis. Dua prinsip utama yang harus dipegang teguh adalah frekuensi dan pengosongan lengkap.
1. Menyusui Sesuai Permintaan (On Demand)
Lupakan jadwal kaku. Tubuh ibu perlu sinyal terus-menerus. Menyusui on demand berarti menawarkan payudara segera setelah bayi menunjukkan tanda-tanda lapar, baik itu siang maupun malam.
Saat bayi menghisap payudara, ia tidak hanya menarik ASI, tetapi juga menarik faktor yang dikenal sebagai Feedback Inhibitor of Lactation (FIL). Ketika FIL menumpuk (karena payudara penuh dan tidak dikosongkan), ia mengirimkan sinyal kepada sel-sel payudara untuk berhenti berproduksi. Sebaliknya, ketika payudara dikosongkan, kadar FIL menurun drastis, memungkinkan produksi ASI berjalan dengan kecepatan penuh. Inilah alasan mengapa payudara yang dikosongkan secara teratur akan cepat penuh kembali.
2. Pentingnya Sesi Menyusui Malam Hari
Jangan pernah melewatkan sesi menyusui di malam hari, terutama antara pukul 01.00 hingga 05.00 pagi. Seperti yang telah disebutkan, hormon prolaktin berada pada titik tertinggi pada periode ini.
Jika ibu rutin menyusui atau memerah pada jam-jam puncak prolaktin, ia akan 'memprogram' tubuhnya untuk mempertahankan pasokan yang tinggi. Melewatkan sesi malam dapat menyebabkan penurunan pasokan secara signifikan dalam beberapa hari.
3. Manfaat Memerah ASI Dini
Jika bayi baru lahir mengalami kesulitan pelekatan atau ibu dan bayi harus terpisah (misalnya, bayi dirawat di NICU), ibu harus segera memulai memerah ASI.
- Memerah Manual (Tangan): Pada hari-hari pertama, memerah menggunakan tangan sering kali lebih efektif daripada pompa, karena dapat mengeluarkan kolostrum yang kental dalam jumlah kecil. Lakukan setiap 2-3 jam.
- Tujuan Memerah: Tujuannya bukan mendapatkan volume besar, tetapi mengirimkan sinyal kuat kepada tubuh bahwa produksi harus dimulai. Bahkan beberapa tetes kolostrum pun sangat berharga.
V. Nutrisi, Hidrasi, dan Ketenangan Pikiran
Meskipun ASI diproduksi 'gratis' dari energi dan nutrisi yang tersimpan dalam tubuh ibu, kualitas pasokan dan kecepatan keluarnya ASI sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan mental ibu.
1. Hidrasi yang Maksimal
ASI terdiri dari 87% air. Dehidrasi ringan sekalipun dapat memperlambat aliran ASI dan membuat ibu cepat lelah.
- Aturan Minum: Ibu menyusui harus minum minimal 3-4 liter cairan sehari (air putih, air kaldu, teh herbal).
- Minum Sebelum dan Selama Menyusui: Selalu siapkan segelas air di dekat tempat menyusui. Sensasi haus sering muncul tepat saat refleks LDR dimulai. Ini adalah mekanisme tubuh yang meminta ibu mengisi kembali cairan yang dikeluarkan.
2. Nutrisi Seimbang dan Galaktagog Alami
Ibu menyusui memerlukan asupan kalori ekstra (sekitar 300-500 kalori lebih banyak dari biasanya) yang didapatkan dari makanan bergizi dan seimbang.
Daftar Galaktagog Populer di Indonesia:
- Daun Katuk: Sudah terbukti secara tradisional dan ilmiah dapat meningkatkan kadar prolaktin. Konsumsi sebagai sayur bening atau ekstrak.
- Fenugreek (Klabet): Galaktagog herbal yang sangat kuat. Harus dikonsumsi dalam dosis yang tepat (biasanya dalam bentuk suplemen atau teh).
- Bawang Putih dan Jahe: Selain menyehatkan, beberapa ibu merasakan peningkatan aliran setelah mengonsumsi rempah-rempah ini.
- Biji-bijian Utuh (Oatmeal): Kaya zat besi, nutrisi, dan serat. Oatmeal sering dikaitkan dengan peningkatan pasokan ASI.
3. Manajemen Stres dan Kualitas Tidur
Stres adalah musuh utama oksitosin. Ketika ibu stres atau cemas, tubuh melepaskan adrenalin. Adrenalin dapat menghambat aksi oksitosin, mencegah refleks LDR terjadi. ASI ada, tetapi jalurnya 'tertutup'.
- Relaksasi: Temukan cara untuk rileks sebelum menyusui. Dengarkan musik yang menenangkan, tarik napas dalam-dalam, atau minta pasangan memijat punggung.
- Dukungan Keluarga: Pastikan ibu mendapatkan dukungan penuh, terutama dalam tugas rumah tangga, agar ibu bisa fokus beristirahat dan menyusui.
- Tidur Ketika Bayi Tidur: Manfaatkan setiap kesempatan untuk tidur siang. Istirahat yang cukup sangat penting untuk menjaga kesehatan hormonal.
VI. Teknik Pijat dan Kompres untuk Mempercepat ASI Keluar
Pijatan pada payudara dan punggung dapat secara fisik merangsang saluran susu dan secara hormonal memicu oksitosin. Ini adalah cara proaktif yang sangat efektif.
1. Pijat Oksitosin (Pijat Punggung)
Pijat oksitosin dilakukan pada punggung, di sekitar tulang belakang hingga bahu. Area ini kaya akan saraf yang terhubung langsung ke kelenjar hipofisis yang melepaskan hormon Oksitosin.
- Posisi: Ibu duduk santai di meja atau bersandar ke depan pada bantal, dan pasangan atau pendukung berdiri di belakang.
- Teknik: Gunakan kedua ibu jari untuk memijat lembut di kedua sisi tulang belakang, mulai dari bahu turun ke tulang belikat. Lakukan gerakan memutar atau menekan ke bawah selama 3-5 menit.
- Hasil: Pijatan ini sering menyebabkan ASI menetes keluar bahkan sebelum bayi mulai menghisap, menunjukkan refleks LDR telah terpicu.
2. Pijat Payudara (Breast Massage)
Pijat payudara sebelum menyusui dapat melunakkan area yang bengkak dan membantu saluran susu terbuka.
- Gerakan Melingkar: Gunakan ujung jari untuk memijat lembut payudara dengan gerakan melingkar, bergerak dari pangkal (dekat ketiak) menuju puting.
- Gerakan Menyikat: Gunakan sisi tangan untuk menyikat atau menyentuh payudara dengan lembut, seperti menyisir, juga menuju puting.
- Saat Mandi: Melakukan pijatan di bawah pancuran air hangat adalah waktu yang ideal, karena kehangatan membantu membuka saluran.
3. Kompres Hangat
Kompres hangat pada payudara selama 5-10 menit sebelum menyusui atau memerah sangat membantu. Kehangatan melebarkan pembuluh darah dan saluran susu, membuat ASI lebih mudah mengalir. Gunakan handuk hangat atau botol air hangat yang dibungkus.
Prolaktin memproduksi, Oksitosin memastikan ASI keluar. Keduanya dipicu oleh hisapan.VII. Mengatasi Hambatan yang Menghambat Aliran ASI
Meskipun ibu sudah melakukan semua langkah di atas, ada beberapa kondisi yang bisa menghambat ASI cepat keluar.
1. Payudara Bengkak (Engorgement)
Payudara bengkak, biasanya terjadi antara hari ke-3 sampai ke-5 pasca melahirkan, adalah kondisi di mana payudara menjadi sangat penuh, keras, dan nyeri. Pembengkakan ini membuat areola kencang dan sulit bagi bayi untuk pelekatan. Ini juga menghambat aliran ASI karena tekanan.
Solusi Payudara Bengkak:
- Reverse Pressure Softening (RPS): Tekan areola (area sekitar puting) ke arah dada selama 30 detik untuk melunakkan area tersebut sebelum menyusui. Ini memungkinkan puting lebih menonjol dan lebih mudah dihisap bayi.
- Mengosongkan Sebagian: Perah sedikit ASI (manual atau pompa) hingga payudara terasa lebih lunak, kemudian segera susui bayi.
- Kompres Dingin Setelah Menyusui: Kompres dingin (bukan hangat) dapat membantu mengurangi pembengkakan dan nyeri setelah sesi menyusui.
2. Puting Datar atau Tenggelam
Beberapa ibu memiliki puting yang datar atau tenggelam (inverted). Ini dapat menjadi tantangan bagi bayi baru lahir untuk mendapatkan pelekatan yang dalam.
- Stimulasi Sebelum Menyusui: Tarik puting keluar secara lembut atau gunakan pompa hisap ringan selama beberapa menit sebelum menyusui untuk 'menarik' puting agar lebih menonjol.
- Teknik Pelekatan yang Dalam: Pastikan bayi mengambil areola sebanyak mungkin, tidak hanya puting.
3. Masalah Medis atau Pengobatan
Beberapa kondisi medis dapat menunda atau menghambat laktogenesis II (produksi ASI massal), seperti diabetes tidak terkontrol, masalah tiroid, atau retensi plasenta.
Selain itu, penggunaan obat pereda nyeri tertentu (terutama yang mengandung pseudoefedrin) atau kontrasepsi hormonal dosis tinggi dapat mempengaruhi pasokan ASI. Jika ASI sangat lambat keluar tanpa alasan yang jelas, konsultasikan dengan dokter atau konselor laktasi untuk menyingkirkan kemungkinan masalah medis.
VIII. Teknik Memerah Ganda (Double Pumping) untuk Sinyal Maksimal
Jika bayi belum cukup kuat menghisap atau ibu harus meningkatkan pasokan secara drastis dalam waktu singkat, memerah ASI adalah solusinya.
1. Pentingnya Memerah Ganda (Simultan)
Menggunakan pompa ganda (memerah kedua payudara secara bersamaan) telah terbukti secara ilmiah lebih efektif dibandingkan memerah satu per satu.
- Peningkatan Oksitosin: Stimulasi ganda memicu pelepasan oksitosin yang lebih kuat dan cepat.
- Peningkatan Volume: Volume ASI yang dihasilkan dalam sesi memerah ganda 15 menit hampir sama dengan volume memerah tunggal 30 menit.
- Kandungan Lemak Lebih Tinggi: ASI yang diperah secara simultan cenderung memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi, yang penting untuk pertumbuhan bayi.
2. Teknik ‘Hands-On Pumping’ (HOP)
Teknik ini menggabungkan penggunaan pompa dengan pijatan tangan untuk memaksimalkan pengosongan.
- Mulai Memompa: Setelah LDR pertama terjadi, mulai memompa.
- Pijat Selama Memompa: Saat pompa bekerja, pijat payudara dari luar menuju corong pompa (seperti gerakan memerah manual).
- Pemerasan Payudara (Compression): Tekan payudara dengan lembut saat pompa berhenti menghisap untuk membantu mengeluarkan ASI yang tertahan.
- Hasil: Teknik HOP dapat meningkatkan volume ASI hingga 50% dibandingkan memompa tanpa pijatan, yang sangat efektif untuk 'memaksa' ASI cepat keluar.
IX. Meluruskan Mitos Seputar ASI Cepat Keluar
Di masyarakat sering beredar banyak mitos yang justru dapat menghambat proses laktasi jika dipercaya. Berikut adalah beberapa mitos yang harus dihindari:
Mitos 1: ASI Belum Keluar Karena Payudara Kecil
Fakta: Ukuran payudara ditentukan oleh jumlah jaringan lemak, bukan jumlah jaringan kelenjar susu. Payudara kecil maupun besar memiliki kapasitas yang sama untuk memproduksi ASI. Kecepatan ASI keluar hanya ditentukan oleh seberapa sering payudara distimulasi dan dikosongkan.
Mitos 2: Perlu Menunggu Payudara Penuh Baru Menyusui
Fakta: Ini adalah kesalahan fatal. Menunggu payudara penuh mengirimkan sinyal kepada tubuh (melalui FIL) untuk mengurangi produksi. Payudara bekerja seperti pabrik, bukan gudang. Semakin sering 'pabrik' dikosongkan, semakin cepat ia bekerja untuk mengisi kembali. Menyusui harus sering dan responsif.
Mitos 3: Minum Banyak Susu Sapi atau Kacang Hijau Akan Membuat ASI Melimpah
Fakta: Tidak ada makanan atau minuman tunggal yang secara ajaib dapat membuat ASI melimpah, kecuali bagi ibu yang memang mengalami defisiensi nutrisi parah. Makanan tersebut hanya membantu memenuhi kebutuhan nutrisi dan kalori ekstra ibu, bukan secara langsung meningkatkan volume ASI. Yang paling penting adalah Air Putih (Hidrasi) dan Stimulasi Konsisten.
Mitos 4: Bayi Tidur Nyenyak Berarti Kenyang dan ASI Cukup
Fakta: Bayi baru lahir (0-2 minggu) yang tidur terlalu lama (lebih dari 3 jam) harus dibangunkan untuk menyusui, terutama jika ASI belum cepat keluar. Bayi mungkin tertidur karena terlalu lemah menghisap atau karena sedang kuning (jaundice). Mengabaikan sesi menyusui dini dapat mengganggu suplai ASI ibu dan pertumbuhan bayi.
Pelekatan yang dalam adalah kunci efisiensi pengosongan dan sinyal produksi ASI.X. Perencanaan Jangka Panjang dan Bantuan Profesional
Setelah ASI berhasil cepat keluar dan pasokan stabil, langkah selanjutnya adalah mempertahankan ritme tersebut. Menyusui adalah sebuah perjalanan yang memerlukan adaptasi dan penyesuaian berkelanjutan.
1. Mengenal Tanda Kecukupan ASI pada Bayi
Cara terbaik untuk mengetahui bahwa ASI sudah keluar cukup cepat dan berlimpah adalah melalui output bayi, bukan perasaan payudara ibu.
- Frekuensi Pipis: Setelah hari kelima, bayi harus basah minimal 6-8 popok sehari dengan urin yang jernih.
- Frekuensi BAB: Bayi baru lahir sering BAB (setiap menyusui) dan tinja berubah dari mekonium hitam menjadi kekuningan (seperti biji mustard) pada hari ke-3 atau ke-4.
- Kenaikan Berat Badan: Bayi kembali ke berat lahirnya pada usia sekitar 10-14 hari dan terus naik sesuai kurva pertumbuhan.
2. Mencari Bantuan Konselor Laktasi
Jika ibu telah mencoba semua tips di atas dan masih merasa ASI lambat keluar, nyeri saat menyusui, atau bayi tidak menunjukkan kenaikan berat badan yang memuaskan, jangan ragu mencari bantuan profesional.
Konselor laktasi bersertifikat (IBCLC) dapat mengevaluasi pelekatan secara langsung, mengidentifikasi kondisi medis (seperti tongue tie), atau merancang rencana pumping yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik ibu untuk memastikan ASI cepat keluar dan berlimpah.
3. Penyesuaian Gaya Hidup Total
Kecepatan ASI keluar tidak hanya dipengaruhi oleh sesi menyusui, tetapi juga oleh keseluruhan gaya hidup ibu. Menyusui adalah komitmen total yang menuntut ibu untuk memprioritaskan diri sendiri. Prioritas ini meliputi:
- Batasan Aktivitas: Hindari kembali bekerja atau melakukan aktivitas berat terlalu cepat.
- Dukungan Mental: Terlibat dalam kelompok dukungan ibu menyusui untuk berbagi pengalaman dan meredakan rasa cemas.
- Kesabaran: Perlu diingat, dibutuhkan waktu bagi tubuh untuk beradaptasi. Produksi ASI mencapai puncaknya (stabil) beberapa minggu setelah melahirkan.
Inti dari keberhasilan agar ASI cepat keluar adalah kombinasi antara stimulasi frekuentif (hisapan bayi yang sering dan efektif) dan kenyamanan emosional ibu (rendahnya tingkat stres). Berfokus pada sinyal tubuh bayi dan menjaga diri sendiri akan membuka jalur alami laktasi.